5. Mendadak menikah

Malam itu, suasana di mushola kecil dekat hotel terasa begitu tegang dan sunyi. Hanya beberapa orang yang hadir, namun beban yang mereka bawa terasa berat, terutama di pundak Aza. Di bawah sorot lampu mushola yang temaram, ia duduk bersanding dengan Gus Zidan, pria yang baru dikenalnya hari ini, namun takdir seakan memaksanya untuk menerima keadaan yang berlawanan dengan keinginannya.

Abah Yai Jazuli duduk di depan mereka sebagai penghulu, wajahnya tenang namun penuh kharisma. Di sisi lain, Paman Amir dan Wahyu duduk sebagai saksi, memperhatikan setiap gerakan dengan penuh keseriusan. Semuanya terasa seperti mimpi yang terlalu cepat berjalan bagi Aza, tapi kenyataannya kini sudah tidak bisa dihindari.

Sebelum memulai ijab kabul, Abah Yai Jazuli menatap Gus Zidan dengan penuh bijaksana. "Zidan," katanya dengan suara dalam yang menggema di ruang kecil itu, "sebelum ijab kabul dilaksanakan, aku harus menanyakan apa yang akan kamu berikan sebagai mahar kepada mempelai perempuan?"

Gus Zidan terdiam sejenak, jelas tidak ada persiapan untuk momen seperti ini. Ia tidak membawa apapun selain dirinya dan perasaan tanggung jawab yang mendesak. Matanya melirik ke arah Aza yang duduk dengan wajah lesu dan penuh ketegangan. Ia tahu bahwa ini bukan pernikahan impian bagi siapapun di sini, terutama bagi Aza.

Dengan ragu, Gus Zidan menatap cincin perak yang melingkar di jari kelingkingnya. Sebuah cincin perak sederhana yang melingkar di jarinya—tidak ada yang istimewa tentang cincin itu, hanya simbol dari kehidupannya yang biasa. Tapi di momen genting seperti ini, itu adalah satu-satunya yang ia miliki.

Gus Zidan pun melepas cincin perak itu dari jarinya dengan hati-hati. Ia menyerahkannya kepada Abah Yai Jazuli, sambil berkata, "Untuk saat ini saya hanya punya ini, saya akan serahkan cincin ini sebagai mahar untuk Aza."

Kemudian Abah yai Jazuli beralih menatap Aza, "Apa kamu bersedia nak dengan cincin ini?" tanyanya kemudian.

Aza mendongakkan kelapanya tanpa berkeinginan untuk menjawab, rasanya tenaganya sudah terlalu habis untuk semua yang terjadi sore ini hingga malam, ia hanya menganggukkan kepalanya pasrah, ia sama sekali tidak memikirkan soal mahar atau apapun saat ini, ia hanya berharap pernikahan ini tidak benar-benar terjadi dan semua ini hanyalah mimpi.

Ya Allah, bisa nggak ini hanya mimpi, besok pagi aku akan bangun dan tidak pa pa deh di pesantren ...., doa Aza dalam hati.

Melihat respon Aza, Abah Yai pun mengangguk pelan, menerima cincin tersebut sebagai simbol mahar. Meskipun sederhana, keikhlasan dan niat baik lebih penting daripada kemewahan dalam momen sakral seperti ini.

Aza, yang sejak tadi menundukkan kepala, tak bisa menahan perasaan campur aduk dalam hatinya. Sebuah cincin perak sederhana kini menjadi penanda ikatan pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan. Air matanya hampir jatuh, tetapi ia menahannya sekuat mungkin. Situasi ini sudah di luar kendalinya, dan ia tahu tidak ada jalan kembali.

Kemudian, dengan tenang, Abah Yai mulai melafalkan kalimat-kalimat ijab kabul, yang terasa begitu berat di telinga Aza.

"Saya nikahkan Engkau Zidan Az-zikri bin Syahab dengan Mazaya Farha Kaina bin Zaki dengan mahar tersebut tunai."

Gus Zidan menjawab dengan lantang dan tegas, "Saya terima nikahnya Mazaya Farha Kaina binti Zaki dengan mahar tersebut."

Seketika para saksi yang kebetulan hadir di mushola itu menjawab 'sah', pernikahan mereka resmi. Suasana di mushola itu menjadi semakin hening, seolah semua orang sedang merenungi makna dari apa yang baru saja terjadi. Aza menunduk, berusaha keras menerima kenyataan yang kini telah mengubah hidupnya selamanya. Gus Zidan, di sampingnya, mencoba menenangkan diri setelah semua tekanan yang ia rasakan.

Malam itu, Aza dan Gus Zidan tidak hanya diikat oleh sebuah pernikahan yang tak direncanakan, tetapi juga oleh situasi yang jauh lebih besar dari diri mereka berdua.

Setelah ijab kabul selesai, Ustaz Zaki, yang sejak tadi mengamati seluruh proses, maju perlahan menuju Gus Zidan dan Aza. Wajahnya tampak tenang, meskipun dalam hati ia sadar bahwa keputusan ini tidak mudah bagi dirinya dan putrinya, Aza.

Dengan penuh keikhlasan, Ustaz Zaki meletakkan tangan di pundak Gus Zidan, menatapnya dengan sorot mata yang tegas namun penuh harap. "Gus Zidan," katanya dengan suara rendah namun jelas, "sekarang Aza adalah istrimu. Aku percayakan putriku kepadamu. Jaga dia baik-baik. Bimbing dia sebagaimana seorang suami membimbing istrinya menuju kebaikan."

Aza yang mendengar kata-kata ayahnya hanya bisa menunduk dalam-dalam. Hatinya masih berat menerima kenyataan, tapi ia tahu pernikahan ini sudah sah. Tidak ada lagi jalan kembali.

Gus Zidan pun tampak kaget, namun ia menanggapinya dengan anggukan hormat. "Insya Allah, Ustaz Zaki. Saya akan menjaga Aza dengan sebaik-baiknya. Saya mohon doanya," jawabnya dengan tulus.

Momen itu terasa sangat berat bagi Aza. Sejak kecil, ia selalu dilindungi oleh ayahnya, tetapi kini ia harus memulai kehidupan baru dengan pria yang bahkan baru saja dikenalnya. Ia merasakan beban tanggung jawab yang besar di atas pundaknya, namun sekaligus merasa pasrah. Keputusan ayahnya sudah bulat, dan kini semuanya berada di tangan Gus Zidan.

Setelah menyampaikan amanahnya, Ustaz Zaki pun mundur perlahan, menyerahkan sepenuhnya nasib putrinya kepada Gus Zidan. "Semoga Allah memberkahi pernikahan kalian dan memberikan jalan terbaik untuk masa depan kalian berdua," ucap Ustaz Zaki dengan harapan tulus.

Gus Zidan hanya bisa diam sejenak, memahami bahwa tanggung jawab besar kini ada di tangannya.

Sementara itu, Aza, meski hatinya masih penuh gejolak, mencoba menerima kenyataan bahwa hidupnya kini telah berubah selamanya.

Setelah semua proses selesai, ustad Zaki pun hendak berpamitan untuk pulang, kepergiannya tadi bahkan tidak terpikirkan untuk menikahkan putrinya, ia ayah yang tengah menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang putrinya tersandung masalah, tapi apa boleh buat ternyata ia malah menikahkan putrinya dengan seorang Gus besar.

"Saya harus kembali ke Blitar, mohon maaf karena tidak bisa berlama di sini." ucap ustad Zaki pada Abah yai Jazuli yang terlihat sungkan.

"Saya pun demikian ustad, biarkan anak-anak menyelesiakan masalahnya sendiri, apa yang menjadi kewajiban kita sebagai orang tua sudah selesai." ucap Abah yai dengan bijak.

Aza berdiri terpaku, menahan segala rasa yang bercampur di hatinya. Ia masih belum sepenuhnya percaya bahwa hidupnya telah berubah begitu drastis dalam hitungan jam.

Dengan hati yang berat, ia melangkah ke arah ayahnya, Ustaz Zaki, yang menatapnya penuh rasa iba namun tegar.

Aza tidak mampu menahan air matanya lebih lama. Sesampainya di hadapan ayahnya, ia langsung memeluknya erat. “Ayah, aku... aku belum siap, bawa aku pulang bersamamu, atau ayah bisa bawa aku ke tempat kakek, aku tidak pa pa." bisiknya pelan di antara isak tangis yang mulai memenuhi ruangan kecil itu. Air matanya mengalir deras, membasahi bahu ayahnya.

Ustaz Zaki mengelus kepala putrinya dengan lembut, mencoba menenangkan. “Nak, Ayah mengerti... Ayah tahu ini berat untukmu. Tapi percayalah, Gus Zidan adalah orang baik, dan Ayah yakin kamu akan bisa melalui ini semua dengan baik. Allah punya rencana yang lebih besar untukmu, yang mungkin belum kamu pahami sekarang.”

Aza menangis semakin keras dalam pelukan ayahnya. Bagaimanapun, ia baru saja lulus SMA, masih sangat muda, dan tiba-tiba saja harus menjalani peran baru sebagai seorang istri. Perasaan takut dan tidak siap membanjiri pikirannya. Namun, di sisi lain, ia tahu bahwa menolak kenyataan ini hanya akan memperumit semuanya.

Setelah beberapa saat, Ustaz Zaki melepaskan pelukannya dan menatap wajah putrinya yang sembab. “Aza, Ayah akan selalu ada di sini untukmu. Kamu tidak sendiri,” ujarnya penuh keyakinan. Aza hanya bisa mengangguk pelan, meski hatinya masih belum tenang.

Gus Zidan, yang menyaksikan momen haru itu dari jarak dekat, merasa semakin berat untuk melangkah. Namun ia tahu bahwa tanggung jawabnya kini semakin besar. Setelah Aza melepaskan pelukannya, Gus Zidan pun mendekati Ustaz Zaki, menunduk hormat, dan berkata, “Terima kasih, Ustaz, atas kepercayaannya. Saya mohon bimbingannya selalu.”

Ustaz Zaki mengangguk, kemudian merangkul Gus Zidan. “Jagalah putriku baik-baik, Gus Zidan. Tugasmu kini adalah menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab. Ayah yakin kamu bisa.”

"Kalau begitu ijinkan saya membawa Aza pergi bersama saya." ucap Gus Zidan sopan.

"Tentu, bawalah bersamamu." sahut ustad Zaki legowo.

Setelah itu, dengan langkah berat, Gus Zidan menggenggam tangan Aza, mengajaknya pergi. Namun sebelum melangkah lebih jauh, Aza menoleh sekali lagi ke arah ayahnya. "Ayah..." Aza berbisik pelan, air matanya kembali mengalir. "Aku nggak mau,"

Ustaz Zaki tersenyum, meski di dalam hatinya juga terasa berat. "Pergilah, Nak. Semoga Allah selalu melindungimu."

Dengan berat hati, Aza akhirnya mengikuti Gus Zidan menuju kehidupan barunya, sementara isak tangis kecil masih terdengar dalam keheningan malam itu.

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

klu emaknya malah ngajak ustadz zaki menikah duluan 🤣🤣

2024-11-26

0

Puspa Dewi kusumaningrum

Puspa Dewi kusumaningrum

Ben kapok lah,gak nurut sich

2024-09-23

0

ir

ir

paham di posisi ustadz Zaki, semoga Gus Zidan sabarnya sama kaya ustadz Zaki ngadepin Zahra dulu 🤣🤣

2024-09-23

0

lihat semua
Episodes
1 1. Terjebak di kamar hotel
2 2. Semakin terjebak
3 3. Sidang dengan Abah yai
4 4. Harus menikah
5 5. Mendadak menikah
6 6. Malam menegangkan
7 7. Ditinggal begitu saja
8 8. Pesantren Al-Hikmah
9 9. Menitipkannya di pesantren
10 10. Terjebak di pesantren
11 11. Senior itu mbak Farah
12 12. Gara-gara mengantuk
13 13. Hukuman pertama
14 14. Siapa Gus Zidan?
15 15. Gus Zidan yang suka menggoda
16 16. Memberitahu Zahra
17 17. Sikap hangat ustad Zaki
18 18. Beralasan untuk keluar
19 19. Makan berdua
20 20. Si penjual gorengan minta putus
21 21. Kepergok Farah
22 22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23 23. Tertidur di kelas
24 24. Isi kitabnya yang penting
25 25. Kelas Gus Zidan
26 26. Hukuman baru untuk Aza
27 27. Ijin keluarga
28 28. Melihat workshop
29 29. Tidur berdua
30 30. Ketakutan Aza
31 31. Ini namanya kencan
32 32. Ketemu Tante Nur
33 33. Cincin untuk Aza
34 34. Cemburu atau bukan?
35 35. blessing in disguise
36 36. KDRT
37 37. Tante Nur tidak suka
38 38. Parah si pengganggu
39 39. Kerja keras Aza
40 40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41 41. Dia memang cantik
42 42. Ternyata dia....
43 43. Salah faham
44 44. Aza yang semakin gundah
45 45. penjelasan Gus Zidan
46 46. Akan menyesal nanti
47 47. Farah mencari kesempatan
48 48. Bagaimana kalau tidak suka?
49 49. Terasa familiar
50 50. Suka menggoda
51 51. Belajar memasak
52 52. Menikmati moment indah bersama
53 53. Usaha Ning Chusna
54 54. Istri kedua
55 55. kisah masa lalu
56 56. Jalan berdua
57 57. lesehan sederhana
58 58. Ketabahan hati Ning Chusna
59 59. Diskusi serius
60 60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61 61. Disamakan dengan kucing
62 62. Rasanya berat
63 63. Keliling pesantren
64 64. Anak kedua
65 65. Ultimatum dari Aza
66 66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67 67. Semangat Ning Chusna
68 68. Bertemu dengan Syakil
69 69. Rasa cemburu Gus Zidan
70 70. Semakin dekat saja
71 71. cemburunya Gus Zidan
72 72. Perang batin Gus Zidan
73 73. Kejujuran Syakil
74 74. Pergulatan hati Syakil
75 75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76 76. Tuduhan dari Farah
77 77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78 78. Ego Gus Zidan
79 79. Fitnah untuk Aza
80 80. Rasa bersalah gua Zidan
81 81. Harus mengungkap semuanya
82 82. Pengakuan Gus Zidan
83 83. Perawat yang baik
84 84. Curahan hati Syakil
85 85. di sisi Farah (1)
86 86. Di sisi Farah (2)
87 87. Di sisi Farah (3)
88 88. Di sisi Farah (4)
89 89. Perhatian Gus Zidan
90 90. Perhatian manis Gus Zidan
91 91. Sweetnya Gus Zidan
92 92. suami yang baik
93 93. Pernyataan Gus Zidan
94 94. ingin kembali ke pesantren
95 95. kembali ke pesantren
96 96. Perubahan sikap Farah
97 97. Gagal
98 98. Permintaan maaf Farah
99 99. Minta maaf pada Gus Zidan
100 100. hukuman untuk mereka
101 101. tawaran kuliah
102 102. Parah dijodohkan?
103 103. Kayak ustad Zaki
104 104. Imbalan untuk Gus Zidan
105 105. Menagih imbalan
106 106. Lebih agresif
107 107. otak sama mulut nggak singkron
108 108. Aza tiba-tiba agresif
109 109. Rencana ke Blitar
110 110. Akhirnya
111 111. Pagi yang syahdu
112 112. ujian semester
113 113. Gara-gara Gosong
114 114. Akhirnya pulang kampung
115 115. sampai di Blitar
116 116. Hangatnya keluarga
117 117. Getaran di hati Wahyu
118 118. Kehangatan di pagi hari
119 119. Reoni kecil-kecilan
120 120. Kedatangan Samuel
121 121. Kekecewaan Ning Chusna
122 122. cara Gus Zidan
123 123. Rasa bersalah Aza
124 124. Hidayah
125 125. Menjelaskan semuanya
126 126. Bertemu Farah
127 127. Bertemu budhe Imah
128 128. Pelajaran berharga
129 129. Rasa rindu Gus Zidan
130 130. Menanyakan langsung
131 131. Lamaran untuk Farah
132 132. Bertemu Gus Syakil
133 133. Bertemu Ning Chusna
134 134. Zahra cemburu
135 135. Sikap ya masih sama
136 136. Keputusan semakin bulat
137 137. Suasana canggung
138 138. Perasaan masing-masing
139 139. Gus Syakil kecelakaan
140 140. sikap tenang Gus Zidan
141 141. Dibatalkan
142 142. Kekesalan Aza
143 143. tiba-tiba ngajak nikah
144 144. Tiba-tiba pusing
145 145. Masuk angin atau apa...?
146 146. Periksa ke bidan
147 147. Syukuran
148 148. Menunda kuliah
149 149. kembali ke pesantren
150 150. Sambutan yang hangat
151 151. semakin sibuk
152 152. Keluh kesah Aza
153 153. Trimester ke 2
154 154. keromantisan Gus Zidan
155 155. Zahra melahirkan
156 156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157 157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158 158. kuliah online
159 159. Kehidupan damai di pesantren
160 160. Akhir yang bahagia (End)
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1. Terjebak di kamar hotel
2
2. Semakin terjebak
3
3. Sidang dengan Abah yai
4
4. Harus menikah
5
5. Mendadak menikah
6
6. Malam menegangkan
7
7. Ditinggal begitu saja
8
8. Pesantren Al-Hikmah
9
9. Menitipkannya di pesantren
10
10. Terjebak di pesantren
11
11. Senior itu mbak Farah
12
12. Gara-gara mengantuk
13
13. Hukuman pertama
14
14. Siapa Gus Zidan?
15
15. Gus Zidan yang suka menggoda
16
16. Memberitahu Zahra
17
17. Sikap hangat ustad Zaki
18
18. Beralasan untuk keluar
19
19. Makan berdua
20
20. Si penjual gorengan minta putus
21
21. Kepergok Farah
22
22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23
23. Tertidur di kelas
24
24. Isi kitabnya yang penting
25
25. Kelas Gus Zidan
26
26. Hukuman baru untuk Aza
27
27. Ijin keluarga
28
28. Melihat workshop
29
29. Tidur berdua
30
30. Ketakutan Aza
31
31. Ini namanya kencan
32
32. Ketemu Tante Nur
33
33. Cincin untuk Aza
34
34. Cemburu atau bukan?
35
35. blessing in disguise
36
36. KDRT
37
37. Tante Nur tidak suka
38
38. Parah si pengganggu
39
39. Kerja keras Aza
40
40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41
41. Dia memang cantik
42
42. Ternyata dia....
43
43. Salah faham
44
44. Aza yang semakin gundah
45
45. penjelasan Gus Zidan
46
46. Akan menyesal nanti
47
47. Farah mencari kesempatan
48
48. Bagaimana kalau tidak suka?
49
49. Terasa familiar
50
50. Suka menggoda
51
51. Belajar memasak
52
52. Menikmati moment indah bersama
53
53. Usaha Ning Chusna
54
54. Istri kedua
55
55. kisah masa lalu
56
56. Jalan berdua
57
57. lesehan sederhana
58
58. Ketabahan hati Ning Chusna
59
59. Diskusi serius
60
60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61
61. Disamakan dengan kucing
62
62. Rasanya berat
63
63. Keliling pesantren
64
64. Anak kedua
65
65. Ultimatum dari Aza
66
66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67
67. Semangat Ning Chusna
68
68. Bertemu dengan Syakil
69
69. Rasa cemburu Gus Zidan
70
70. Semakin dekat saja
71
71. cemburunya Gus Zidan
72
72. Perang batin Gus Zidan
73
73. Kejujuran Syakil
74
74. Pergulatan hati Syakil
75
75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76
76. Tuduhan dari Farah
77
77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78
78. Ego Gus Zidan
79
79. Fitnah untuk Aza
80
80. Rasa bersalah gua Zidan
81
81. Harus mengungkap semuanya
82
82. Pengakuan Gus Zidan
83
83. Perawat yang baik
84
84. Curahan hati Syakil
85
85. di sisi Farah (1)
86
86. Di sisi Farah (2)
87
87. Di sisi Farah (3)
88
88. Di sisi Farah (4)
89
89. Perhatian Gus Zidan
90
90. Perhatian manis Gus Zidan
91
91. Sweetnya Gus Zidan
92
92. suami yang baik
93
93. Pernyataan Gus Zidan
94
94. ingin kembali ke pesantren
95
95. kembali ke pesantren
96
96. Perubahan sikap Farah
97
97. Gagal
98
98. Permintaan maaf Farah
99
99. Minta maaf pada Gus Zidan
100
100. hukuman untuk mereka
101
101. tawaran kuliah
102
102. Parah dijodohkan?
103
103. Kayak ustad Zaki
104
104. Imbalan untuk Gus Zidan
105
105. Menagih imbalan
106
106. Lebih agresif
107
107. otak sama mulut nggak singkron
108
108. Aza tiba-tiba agresif
109
109. Rencana ke Blitar
110
110. Akhirnya
111
111. Pagi yang syahdu
112
112. ujian semester
113
113. Gara-gara Gosong
114
114. Akhirnya pulang kampung
115
115. sampai di Blitar
116
116. Hangatnya keluarga
117
117. Getaran di hati Wahyu
118
118. Kehangatan di pagi hari
119
119. Reoni kecil-kecilan
120
120. Kedatangan Samuel
121
121. Kekecewaan Ning Chusna
122
122. cara Gus Zidan
123
123. Rasa bersalah Aza
124
124. Hidayah
125
125. Menjelaskan semuanya
126
126. Bertemu Farah
127
127. Bertemu budhe Imah
128
128. Pelajaran berharga
129
129. Rasa rindu Gus Zidan
130
130. Menanyakan langsung
131
131. Lamaran untuk Farah
132
132. Bertemu Gus Syakil
133
133. Bertemu Ning Chusna
134
134. Zahra cemburu
135
135. Sikap ya masih sama
136
136. Keputusan semakin bulat
137
137. Suasana canggung
138
138. Perasaan masing-masing
139
139. Gus Syakil kecelakaan
140
140. sikap tenang Gus Zidan
141
141. Dibatalkan
142
142. Kekesalan Aza
143
143. tiba-tiba ngajak nikah
144
144. Tiba-tiba pusing
145
145. Masuk angin atau apa...?
146
146. Periksa ke bidan
147
147. Syukuran
148
148. Menunda kuliah
149
149. kembali ke pesantren
150
150. Sambutan yang hangat
151
151. semakin sibuk
152
152. Keluh kesah Aza
153
153. Trimester ke 2
154
154. keromantisan Gus Zidan
155
155. Zahra melahirkan
156
156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157
157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158
158. kuliah online
159
159. Kehidupan damai di pesantren
160
160. Akhir yang bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!