4. Harus menikah

Aza terperanjat ketika Abah Yai mengusulkan solusi yang membuat dadanya serasa sesak. Menikah? Dengan Gus Zidan? Orang yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali? Matanya membelalak, dan napasnya terasa berat. Tak pernah ia bayangkan hidupnya bisa berbelok ke arah yang begitu jauh hanya dalam hitungan jam.

"Tidak, Abah! Tolong, jangan menikahkan kami!" Aza berseru, suaranya penuh kepanikan. Ia berbalik pada ayahnya, Ustaz Zaki, yang diam mendengarkan saran Abah Yai dengan raut serius. Aza berusaha keras menahan air mata yang hampir tumpah. "Ayah, tolong jangan setuju! Aku tidak bisa menikah dengan orang yang bahkan tidak aku kenal!"

Gus Zidan diam, wajahnya masih penuh dengan rasa tertekan dan kebingungan. Ia menatap Aza yang jelas-jelas merasa terjebak dalam situasi ini, sama seperti dirinya. Meski ia menghormati keputusan Abah Yai, ia juga bisa merasakan tekanan besar yang dirasakan Aza.

Ustaz Zaki menatap putrinya dengan mata yang penuh dilema. Di satu sisi, ia mengerti rasa takut dan ketidaksetujuan Aza, putrinya itu bahkan belum genap sembilan belas tahun, namun di sisi lain, nama baik keluarga dan pesantren Abah yai Jazuli dan juga pesantren abinya yang ia jaga selama ini terancam. Dengan nada berat, ia akhirnya berbicara.

"Aza, kamu harus mengerti... ini bukan soal perasaan pribadi semata. Ini tentang nama baik kita dan pesantren," kata Ustaz Zaki dengan suara yang lebih lembut dari sebelumnya, meski ada ketegasan yang tidak bisa diabaikan. "Wartawan sudah menyebarkan berita ini, dan kalau kita tidak segera bertindak, situasi ini akan semakin sulit dikendalikan."

"Tapi, Ayah... aku belum siap. Aku tidak mengenalnya," Aza memohon, suaranya hampir putus sembari menunjuk tajam kearah Gus Zidan. "Tolong, jangan biarkan ini terjadi begitu saja."

Abah Yai, yang sedari tadi mendengarkan dengan penuh perhatian, menatap Aza dengan bijak. "Nak," suaranya pelan namun penuh otoritas, "aku paham ini berat untukmu. Tapi dalam keadaan seperti ini, kita harus memikirkan dampak yang lebih besar. Jika kalian tidak segera menikah, fitnah akan menyebar, dan keluarga kalian, juga pesantren, akan tercemar."

Aza terisak pelan, merasa terdesak dari segala arah. Ia merasakan beban besar di pundaknya, seolah dunia tak memberikan ruang sedikit pun untuk ia bernapas. Apalagi saat ini ia masih punya seseorang yang ia cintai dan jelas jika menikah mungkin ia akan menikah dengan pria itu. Takdir seperti sedang mengarahkannya ke jalan yang ia sendiri tak siap jalani.

"Ayah... mohon," Aza berkata, mencoba memohon sekali lagi kepada ayahnya. "Ada cara lain, pasti ada, Aza akan menikah tapi dengan pilihan Aza sendiri."

Ustaz Zaki menundukkan kepalanya, menatap putrinya dengan kasih sayang yang dalam. Namun, ia juga tahu, dalam dunia yang mereka hidupi, menjaga kehormatan adalah segalanya.

Gus Zidan, yang dari tadi memilih diam, akhirnya bicara. "Abah Yai, Ustaz Zaki... aku siap menerima tanggung jawab ini jika memang itu yang terbaik. Tapi... kalau Aza tidak setuju, aku tidak ingin memaksa. Ini juga hidupnya." sebenarnya itu hanya alibi Gus Zidan untuk menolak pernikahan ini, dari cara Aza menanggapi keputusan Abah yai, jelas Aza tidak akan setuju, begitu pikirnya.

Aza menatap Gus Zidan, terkejut dengan kata-katanya. Meski tidak mengenalnya, ada sedikit rasa lega mendengar bahwa Gus Zidan tidak ingin memaksanya.

Abah Yai menarik napas panjang, lalu berkata, "Baiklah, kita beri waktu Aza untuk berpikir. Ini keputusan besar, dan aku ingin keputusan itu dibuat dengan hati yang tenang. Namun ingat, semakin lama kita menunggu, semakin banyak fitnah yang bisa tersebar."

Dengan kata-kata itu, suasana di ruangan menjadi sedikit lebih tenang, meski ketegangan masih terasa kuat. Aza tahu, waktu untuk berpikir yang diberikan mungkin tidak akan lama, dan keputusan ini akan mengubah hidupnya selamanya.

Aza merasa harapannya runtuh ketika mendengar pernyataan tegas ayahnya. Ustaz Zaki, yang ia kira akan membelanya, ternyata justru menekan dirinya untuk setuju dengan usulan Abah Yai. Ayahnya yang selama ini selalu mendukungnya dalam banyak hal, kini bersikap berbeda.

"Aza," Ustaz Zaki berkata dengan nada serius, "kamu harus mendengarkan dan mematuhi keputusan ini. Aku tahu kamu merasa ini mendadak, tapi kita tidak bisa bermain-main dengan nama baik keluarga dan pesantren. Abah Yai Jazuli dan Gus Zidan adalah orang-orang yang sangat dihormati. Menikah dengan Gus Zidan adalah jalan terbaik untuk menghindari fitnah yang lebih besar."

Aza menatap ayahnya dengan mata yang memerah, berusaha mencari tanda-tanda pengertian. Namun yang ia lihat hanyalah tatapan penuh keyakinan. Ia tidak tahu betapa ayahnya sangat menghormati keluarga Abah Yai Jazuli, pemilik pesantren besar di Jawa Timur, tetapi ia tidak siap menerima ini begitu saja.

"Ayah...," Aza berkata dengan suara gemetar, "aku tidak mau tahu siapa mereka, aku juga tidak peduli jika pesantren mereka besar dan dihormati. Yang aku tahu, aku tidak kenal Gus Zidan. Aku bahkan baru bertemu dengannya hari ini, secara tidak sengaja!"

Namun, Ustaz Zaki tetap dengan pendiriannya. "Aza, kamu harus melihat gambaran yang lebih besar. Ini bukan hanya soal kamu dan Gus Zidan. Ini soal menjaga nama baik keluarga kita dan pesantren. Fitnah yang sudah beredar tidak bisa dibersihkan dengan mudah jika kita tidak segera bertindak."

Aza ingin berteriak, ingin protes, tapi kata-kata ayahnya membuatnya terdiam. Ia tahu betapa pentingnya kehormatan dalam keluarga ayahnya, betapa seriusnya konsekuensi dari gosip yang sudah menyebar. Namun, hatinya menolak. Ia belum siap untuk menikah, apalagi dengan seseorang yang tidak ia kenal.

Gus Zidan yang sedari tadi diam, kembali merasa tergugah oleh perdebatan itu. Ia melihat bagaimana Aza berusaha keras melawan takdir yang seolah menjeratnya, sementara Ustaz Zaki terus menekan putrinya untuk setuju.

"Ustaz Zaki," Gus Zidan akhirnya angkat bicara lagi, suaranya lebih tenang namun tegas, "meski saya menghormati keputusan Anda, saya ingin ini juga menjadi keputusan Aza. Saya tidak ingin dia merasa terpaksa atau tertekan. Ini pernikahan, bukan sekadar solusi sementara."

Ustaz Zaki menghela napas panjang. "Gus Zidan, saya paham niat baikmu, tapi dalam situasi seperti ini, kita harus berpikir secara realistis. Kita harus melindungi kehormatan dan nama baik. Terkadang, kita harus mengorbankan sedikit perasaan pribadi demi kebaikan yang lebih besar."

Aza semakin merasa terpojok. Di satu sisi, ia tahu ayahnya benar—fitnah akan merusak nama baik mereka semua jika tidak segera diselesaikan. Di sisi lain, ia merasa hidupnya akan berubah drastis tanpa ia punya kuasa untuk memutuskan.

Air mata mulai mengalir di pipi Aza. "Ayah, tolong... beri aku waktu. Aku tidak siap," katanya lirih, suaranya bergetar karena emosi yang memuncak.

Namun, Ustaz Zaki hanya menggeleng pelan. "Waktu bukan sesuatu yang bisa kita buang sekarang, Aza. Jika kamu menghormati keluargamu dan pesantren, maka ini adalah jalan yang harus kamu terima."

Aza terdiam, hatinya berkecamuk antara rasa marah, sedih, dan tak berdaya. Keputusan ini seolah diambil dari tangannya, dan ia harus menghadapi kenyataan yang tidak pernah ia bayangkan akan terjadi.

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

mungkin itu jln yg terbaik untukmu aza

2024-11-26

0

fee2

fee2

susahnya menerima sesuatu yang tidak sesuai dengan yang kita inginkan... tapi itulah hidup kita hanya bisa menjalani....

2024-09-22

2

Lutfi Alvian

Lutfi Alvian

lnjut thor

2024-09-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Terjebak di kamar hotel
2 2. Semakin terjebak
3 3. Sidang dengan Abah yai
4 4. Harus menikah
5 5. Mendadak menikah
6 6. Malam menegangkan
7 7. Ditinggal begitu saja
8 8. Pesantren Al-Hikmah
9 9. Menitipkannya di pesantren
10 10. Terjebak di pesantren
11 11. Senior itu mbak Farah
12 12. Gara-gara mengantuk
13 13. Hukuman pertama
14 14. Siapa Gus Zidan?
15 15. Gus Zidan yang suka menggoda
16 16. Memberitahu Zahra
17 17. Sikap hangat ustad Zaki
18 18. Beralasan untuk keluar
19 19. Makan berdua
20 20. Si penjual gorengan minta putus
21 21. Kepergok Farah
22 22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23 23. Tertidur di kelas
24 24. Isi kitabnya yang penting
25 25. Kelas Gus Zidan
26 26. Hukuman baru untuk Aza
27 27. Ijin keluarga
28 28. Melihat workshop
29 29. Tidur berdua
30 30. Ketakutan Aza
31 31. Ini namanya kencan
32 32. Ketemu Tante Nur
33 33. Cincin untuk Aza
34 34. Cemburu atau bukan?
35 35. blessing in disguise
36 36. KDRT
37 37. Tante Nur tidak suka
38 38. Parah si pengganggu
39 39. Kerja keras Aza
40 40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41 41. Dia memang cantik
42 42. Ternyata dia....
43 43. Salah faham
44 44. Aza yang semakin gundah
45 45. penjelasan Gus Zidan
46 46. Akan menyesal nanti
47 47. Farah mencari kesempatan
48 48. Bagaimana kalau tidak suka?
49 49. Terasa familiar
50 50. Suka menggoda
51 51. Belajar memasak
52 52. Menikmati moment indah bersama
53 53. Usaha Ning Chusna
54 54. Istri kedua
55 55. kisah masa lalu
56 56. Jalan berdua
57 57. lesehan sederhana
58 58. Ketabahan hati Ning Chusna
59 59. Diskusi serius
60 60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61 61. Disamakan dengan kucing
62 62. Rasanya berat
63 63. Keliling pesantren
64 64. Anak kedua
65 65. Ultimatum dari Aza
66 66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67 67. Semangat Ning Chusna
68 68. Bertemu dengan Syakil
69 69. Rasa cemburu Gus Zidan
70 70. Semakin dekat saja
71 71. cemburunya Gus Zidan
72 72. Perang batin Gus Zidan
73 73. Kejujuran Syakil
74 74. Pergulatan hati Syakil
75 75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76 76. Tuduhan dari Farah
77 77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78 78. Ego Gus Zidan
79 79. Fitnah untuk Aza
80 80. Rasa bersalah gua Zidan
81 81. Harus mengungkap semuanya
82 82. Pengakuan Gus Zidan
83 83. Perawat yang baik
84 84. Curahan hati Syakil
85 85. di sisi Farah (1)
86 86. Di sisi Farah (2)
87 87. Di sisi Farah (3)
88 88. Di sisi Farah (4)
89 89. Perhatian Gus Zidan
90 90. Perhatian manis Gus Zidan
91 91. Sweetnya Gus Zidan
92 92. suami yang baik
93 93. Pernyataan Gus Zidan
94 94. ingin kembali ke pesantren
95 95. kembali ke pesantren
96 96. Perubahan sikap Farah
97 97. Gagal
98 98. Permintaan maaf Farah
99 99. Minta maaf pada Gus Zidan
100 100. hukuman untuk mereka
101 101. tawaran kuliah
102 102. Parah dijodohkan?
103 103. Kayak ustad Zaki
104 104. Imbalan untuk Gus Zidan
105 105. Menagih imbalan
106 106. Lebih agresif
107 107. otak sama mulut nggak singkron
108 108. Aza tiba-tiba agresif
109 109. Rencana ke Blitar
110 110. Akhirnya
111 111. Pagi yang syahdu
112 112. ujian semester
113 113. Gara-gara Gosong
114 114. Akhirnya pulang kampung
115 115. sampai di Blitar
116 116. Hangatnya keluarga
117 117. Getaran di hati Wahyu
118 118. Kehangatan di pagi hari
119 119. Reoni kecil-kecilan
120 120. Kedatangan Samuel
121 121. Kekecewaan Ning Chusna
122 122. cara Gus Zidan
123 123. Rasa bersalah Aza
124 124. Hidayah
125 125. Menjelaskan semuanya
126 126. Bertemu Farah
127 127. Bertemu budhe Imah
128 128. Pelajaran berharga
129 129. Rasa rindu Gus Zidan
130 130. Menanyakan langsung
131 131. Lamaran untuk Farah
132 132. Bertemu Gus Syakil
133 133. Bertemu Ning Chusna
134 134. Zahra cemburu
135 135. Sikap ya masih sama
136 136. Keputusan semakin bulat
137 137. Suasana canggung
138 138. Perasaan masing-masing
139 139. Gus Syakil kecelakaan
140 140. sikap tenang Gus Zidan
141 141. Dibatalkan
142 142. Kekesalan Aza
143 143. tiba-tiba ngajak nikah
144 144. Tiba-tiba pusing
145 145. Masuk angin atau apa...?
146 146. Periksa ke bidan
147 147. Syukuran
148 148. Menunda kuliah
149 149. kembali ke pesantren
150 150. Sambutan yang hangat
151 151. semakin sibuk
152 152. Keluh kesah Aza
153 153. Trimester ke 2
154 154. keromantisan Gus Zidan
155 155. Zahra melahirkan
156 156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157 157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158 158. kuliah online
159 159. Kehidupan damai di pesantren
160 160. Akhir yang bahagia (End)
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1. Terjebak di kamar hotel
2
2. Semakin terjebak
3
3. Sidang dengan Abah yai
4
4. Harus menikah
5
5. Mendadak menikah
6
6. Malam menegangkan
7
7. Ditinggal begitu saja
8
8. Pesantren Al-Hikmah
9
9. Menitipkannya di pesantren
10
10. Terjebak di pesantren
11
11. Senior itu mbak Farah
12
12. Gara-gara mengantuk
13
13. Hukuman pertama
14
14. Siapa Gus Zidan?
15
15. Gus Zidan yang suka menggoda
16
16. Memberitahu Zahra
17
17. Sikap hangat ustad Zaki
18
18. Beralasan untuk keluar
19
19. Makan berdua
20
20. Si penjual gorengan minta putus
21
21. Kepergok Farah
22
22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23
23. Tertidur di kelas
24
24. Isi kitabnya yang penting
25
25. Kelas Gus Zidan
26
26. Hukuman baru untuk Aza
27
27. Ijin keluarga
28
28. Melihat workshop
29
29. Tidur berdua
30
30. Ketakutan Aza
31
31. Ini namanya kencan
32
32. Ketemu Tante Nur
33
33. Cincin untuk Aza
34
34. Cemburu atau bukan?
35
35. blessing in disguise
36
36. KDRT
37
37. Tante Nur tidak suka
38
38. Parah si pengganggu
39
39. Kerja keras Aza
40
40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41
41. Dia memang cantik
42
42. Ternyata dia....
43
43. Salah faham
44
44. Aza yang semakin gundah
45
45. penjelasan Gus Zidan
46
46. Akan menyesal nanti
47
47. Farah mencari kesempatan
48
48. Bagaimana kalau tidak suka?
49
49. Terasa familiar
50
50. Suka menggoda
51
51. Belajar memasak
52
52. Menikmati moment indah bersama
53
53. Usaha Ning Chusna
54
54. Istri kedua
55
55. kisah masa lalu
56
56. Jalan berdua
57
57. lesehan sederhana
58
58. Ketabahan hati Ning Chusna
59
59. Diskusi serius
60
60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61
61. Disamakan dengan kucing
62
62. Rasanya berat
63
63. Keliling pesantren
64
64. Anak kedua
65
65. Ultimatum dari Aza
66
66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67
67. Semangat Ning Chusna
68
68. Bertemu dengan Syakil
69
69. Rasa cemburu Gus Zidan
70
70. Semakin dekat saja
71
71. cemburunya Gus Zidan
72
72. Perang batin Gus Zidan
73
73. Kejujuran Syakil
74
74. Pergulatan hati Syakil
75
75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76
76. Tuduhan dari Farah
77
77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78
78. Ego Gus Zidan
79
79. Fitnah untuk Aza
80
80. Rasa bersalah gua Zidan
81
81. Harus mengungkap semuanya
82
82. Pengakuan Gus Zidan
83
83. Perawat yang baik
84
84. Curahan hati Syakil
85
85. di sisi Farah (1)
86
86. Di sisi Farah (2)
87
87. Di sisi Farah (3)
88
88. Di sisi Farah (4)
89
89. Perhatian Gus Zidan
90
90. Perhatian manis Gus Zidan
91
91. Sweetnya Gus Zidan
92
92. suami yang baik
93
93. Pernyataan Gus Zidan
94
94. ingin kembali ke pesantren
95
95. kembali ke pesantren
96
96. Perubahan sikap Farah
97
97. Gagal
98
98. Permintaan maaf Farah
99
99. Minta maaf pada Gus Zidan
100
100. hukuman untuk mereka
101
101. tawaran kuliah
102
102. Parah dijodohkan?
103
103. Kayak ustad Zaki
104
104. Imbalan untuk Gus Zidan
105
105. Menagih imbalan
106
106. Lebih agresif
107
107. otak sama mulut nggak singkron
108
108. Aza tiba-tiba agresif
109
109. Rencana ke Blitar
110
110. Akhirnya
111
111. Pagi yang syahdu
112
112. ujian semester
113
113. Gara-gara Gosong
114
114. Akhirnya pulang kampung
115
115. sampai di Blitar
116
116. Hangatnya keluarga
117
117. Getaran di hati Wahyu
118
118. Kehangatan di pagi hari
119
119. Reoni kecil-kecilan
120
120. Kedatangan Samuel
121
121. Kekecewaan Ning Chusna
122
122. cara Gus Zidan
123
123. Rasa bersalah Aza
124
124. Hidayah
125
125. Menjelaskan semuanya
126
126. Bertemu Farah
127
127. Bertemu budhe Imah
128
128. Pelajaran berharga
129
129. Rasa rindu Gus Zidan
130
130. Menanyakan langsung
131
131. Lamaran untuk Farah
132
132. Bertemu Gus Syakil
133
133. Bertemu Ning Chusna
134
134. Zahra cemburu
135
135. Sikap ya masih sama
136
136. Keputusan semakin bulat
137
137. Suasana canggung
138
138. Perasaan masing-masing
139
139. Gus Syakil kecelakaan
140
140. sikap tenang Gus Zidan
141
141. Dibatalkan
142
142. Kekesalan Aza
143
143. tiba-tiba ngajak nikah
144
144. Tiba-tiba pusing
145
145. Masuk angin atau apa...?
146
146. Periksa ke bidan
147
147. Syukuran
148
148. Menunda kuliah
149
149. kembali ke pesantren
150
150. Sambutan yang hangat
151
151. semakin sibuk
152
152. Keluh kesah Aza
153
153. Trimester ke 2
154
154. keromantisan Gus Zidan
155
155. Zahra melahirkan
156
156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157
157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158
158. kuliah online
159
159. Kehidupan damai di pesantren
160
160. Akhir yang bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!