3. Sidang dengan Abah yai

Aza memandang Gus Zidan dan Wahyu dengan penuh kecemasan. Perasaan terjebak semakin menghimpit dirinya, dan yang ada di pikirannya hanyalah pamannya, Amir, yang pasti sedang panik mencarinya. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi paman Amir jika tahu dia terjebak dalam situasi ini.

"Please... lepaskan aku. Paman ku pasti sedang mencariku. Dia akan panik kalau aku tidak kembali," Aza memohon, ia sengaja menggunakan pamannya agar bisa kabur dari dua pria asing di depannya itu.

Gus Zidan menatapnya, ekspresinya tidak menunjukkan amarah atau simpati, hanya ketenangan yang dingin. Ia tahu bahwa gadis di depannya berada dalam situasi yang sulit, tetapi melepaskannya sekarang hanya akan memperburuk keadaan, terutama dengan perintah dari Abah Yai. Namun, melihat kegelisahan Aza, ia tahu ada satu hal yang bisa ia lakukan.

"Wahyu," katanya pelan, memanggil asistennya, "serahkan ponselmu pada gadis itu. Biarkan dia menghubungi pamannya."

Wahyu menatap Gus Zidan sejenak, agak ragu, tetapi kemudian menyerahkan ponselnya kepada Aza. "Hubungi dia," ucap Wahyu singkat, mencoba menawarkan sedikit kenyamanan dalam situasi yang serba salah ini.

Aza mengambil ponsel itu dengan ragu, bukan itu yang ia inginkan. "Aku bisa pergi saja menemuinya, dia di hotel ini juga." ucap Aza beralasan.

"Telpon atau tidak sama sekali." ucap Gus Zidan dingin membuat Aza semakin terjebak. Pikirannya berkecamuk—apa yang harus ia katakan pada Paman Amir? Bagaimana ia bisa menjelaskan semuanya tanpa memperburuk keadaan? Namun, ia tahu ia tidak punya pilihan lain. Aza pun mengetik nomor pamannya dan menunggu dengan ragu.

Panggilan itu tersambung, dan suara Paman Amir terdengar di ujung sana, penuh kekhawatiran. "Aza? Kamu di mana? Kenapa belum kembali? Ini nomor siapa?"

Aza menelan ludah, mencoba meredam kegugupannya. "Paman... aku... aku baik-baik saja. Maaf, aku tidak bisa kembali sekarang. Ada masalah yang terjadi."

"Apa? Masalah apa?" Suara Paman Amir terdengar semakin cemas.

Aza mengambil napas panjang, mengumpulkan keberanian untuk melanjutkan. Aza pun mulai menjelaskan semuanya pada paman Amir tanpa terkecuali.

Di seberang telepon, terdengar keheningan yang mencekam, dan Aza bisa merasakan betapa terkejutnya Paman Amir. " Aza, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kamu bisa ada di sana?"

Aza menggigit bibirnya, bingung bagaimana menjelaskan semuanya tanpa membuat situasi semakin buruk. "Aku akan jelaskan nanti, Paman. Tapi sekarang, aku hanya ingin Paman datang ke sini."

Paman Amir terdengar menarik napas panjang, jelas ia masih merasa khawatir. "Baik, jangan kemana-mana sampai paman datang."

Aza mengangguk meski tahu Paman Amir tak bisa melihatnya. "Terima kasih, Paman."

Setelah panggilan itu berakhir, Aza menyerahkan ponsel kembali pada Wahyu. Ia menatap Gus Zidan yang kini menunggu dengan sabar.

"Terimakasih, pamanku akan segera ke sini dan membawaku pergi dari sini." ucap Aza, suaranya masih sedikit gemetar.

Gus Zidan hanya tersenyum hambar. "Terserah. Sekarang kita tunggu Abah Yai. Sampai saat itu, saya yakin kamu tidak bisa ke mana-mana."

Hanya butuh waktu lima menit, pintu kamar hotel itu diketuk dari luar. Wahyu pun segera membuka pintu dan tanpa salam paman Amir masuk dengan tergesa-gesa.

"Aza, kamu tidak pa pa?!" ucap ya panik dan Aza pun segara berhambur memeluk paman Amir.

"Paman, bawa aku pergi." rengek Aza membuat paman Amir meradang, ia segera menarik Aza kebelakang punggungnya.

"Siapa yang berani menahan keponakan saya?" ucapnya dengan penuh emosi.

"Saya." ucap Gus Zidan membuat Amir menoleh ke arah Gus Zidan, melihat siapa yang berada di depannya Amir segera membungkukkan badannya dengan hormat.

"Gus Zidan, bagaimana anda di sini?" tanya Amir sungkan.

"Tanya sama keponakan 'njenengan', saja." ucap Gus Zidan dengan sopan.

***

Di dalam ruang VVIP hotel, suasana begitu tegang. Seorang pria dengan rambut dan jenggot yang hampir sepenuhnya memutih duduk tegak di kursinya, menatap Gus Zidan dan Aza dengan mata tajam namun teduh. Sosok itu adalah Abah Yai, ulama besar sekaligus kakek Gus Zidan yang sangat dihormati. Di sampingnya, Ustaz Zaki—ayah Aza—juga hadir, setelah diberi kabar oleh Paman Amir.

Abah Yai memandang kedua anak muda itu dengan ekspresi penuh pertimbangan. Meski tatapannya lembut, ada kekuatan dalam sorot matanya yang membuat Gus Zidan merasa terpaku di tempatnya, sementara Aza semakin gelisah di kursi yang ia duduki. Tidak ada satu pun dari mereka yang berani memulai bicara.

"Saya ingin penjelasan," suara Abah Yai akhirnya terdengar, pelan namun tegas. "Apa yang sebenarnya terjadi?"

Gus Zidan menelan ludah, mengumpulkan keberanian untuk bicara. Sebagai cucu Abah Yai, ia sangat menghormati kakeknya, namun kali ini situasinya terlalu rumit untuk dijelaskan dengan mudah. Ia menoleh sebentar ke arah Aza yang tampak gugup, lalu kembali menatap kakeknya.

"Abah Yai, ini semua hanya kesalahpahaman," Gus Zidan memulai dengan nada hati-hati. "Kami hanya terjebak dalam situasi yang tidak ia inginkan, gadis ini masuk tanpa ijin ke dalam kamar saya dan tanpa sengaja wartawan menemukan kami dalam kondisi yang salah. Kami tidak melakukan sesuatu yang melanggar, tapi... keadaan terlihat buruk."

Aza yang duduk di sebelah Gus Zidan segera mengangguk, mencoba menegaskan pernyataan itu. "Benar, Abah. Saya hanya... saya sedang mencoba kabur dari paman saya yang mau membawa saya ke pesantren, dan kebetulan saya masuk ke kamar Gus Zidan tanpa tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Saya tidak bermaksud menyebabkan masalah ini."

Abah Yai tetap diam, mendengarkan setiap kata dengan seksama. Sementara itu, Ustaz Zaki—ayah Aza—tampak tegang dan tidak sabar. Ia menatap putrinya dengan campuran rasa marah dan kecewa, tetapi ia menahan diri untuk tidak memotong penjelasan mereka.

"Saya tidak menyangka ada wartawan yang akan datang," lanjut Gus Zidan. "Dan karena situasinya begitu rumit, Wahyu terpaksa memberikan klarifikasi bahwa gadis ini adalah istri saya untuk meredam situasi. Tapi jelas, itu hanya untuk menghentikan wartawan agar tidak memperburuk keadaan."

Mendengar penjelasan itu, Ustaz Zaki menghela napas panjang, matanya terpejam sejenak seolah berusaha meredam emosinya. Ketika ia membuka mata, tatapannya langsung tertuju pada putrinya.

"Aza, apa yang kamu lakukan ini sangat mencoreng nama baik keluarga kita," katanya dengan nada rendah namun sarat dengan kekecewaan. "Mengapa kamu kabur dari pamanmu? Apa yang sebenarnya kamu pikirkan?"

Aza menunduk, menahan air mata yang mulai menggenang di sudut matanya. Ia tahu ia telah membuat kesalahan besar, namun di saat itu ia hanya ingin melarikan diri dari tekanan yang ia rasakan. "Ayah, aku... aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Aku merasa terjebak. Maafkan aku."

Abah Yai menghela napas panjang, menenangkan suasana yang semakin memanas. "Zidan, nak Aza," katanya lembut tapi tegas, "kalian berdua telah membuat situasi ini menjadi jauh lebih rumit. Jika kami para orang tua tidak turun tangan sekarang, nama baik pesantren dan keluarga kita akan dipertaruhkan."

Gus Zidan dan Aza saling menatap, keduanya tahu bahwa apa pun yang terjadi selanjutnya akan sangat menentukan. Mereka hanya bisa menunggu apa yang akan diputuskan oleh Abah Yai dan Ustaz Zaki, serta berharap bahwa solusi terbaik akan ditemukan.

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

kayaknya gak kalah seru dari cerita nya ortunya Aza nih lanjut thor

2024-11-26

0

Aisyah

Aisyah

perfek Thor lanjut kan sudah sekian purnama aku menunggu novel mu,akhirnya lanjut juga,semangat Thor💪💪💪💪

2024-09-21

0

Abel_alone

Abel_alone

kasih nikah
beres semua masalah 🤭🤭

2024-09-21

0

lihat semua
Episodes
1 1. Terjebak di kamar hotel
2 2. Semakin terjebak
3 3. Sidang dengan Abah yai
4 4. Harus menikah
5 5. Mendadak menikah
6 6. Malam menegangkan
7 7. Ditinggal begitu saja
8 8. Pesantren Al-Hikmah
9 9. Menitipkannya di pesantren
10 10. Terjebak di pesantren
11 11. Senior itu mbak Farah
12 12. Gara-gara mengantuk
13 13. Hukuman pertama
14 14. Siapa Gus Zidan?
15 15. Gus Zidan yang suka menggoda
16 16. Memberitahu Zahra
17 17. Sikap hangat ustad Zaki
18 18. Beralasan untuk keluar
19 19. Makan berdua
20 20. Si penjual gorengan minta putus
21 21. Kepergok Farah
22 22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23 23. Tertidur di kelas
24 24. Isi kitabnya yang penting
25 25. Kelas Gus Zidan
26 26. Hukuman baru untuk Aza
27 27. Ijin keluarga
28 28. Melihat workshop
29 29. Tidur berdua
30 30. Ketakutan Aza
31 31. Ini namanya kencan
32 32. Ketemu Tante Nur
33 33. Cincin untuk Aza
34 34. Cemburu atau bukan?
35 35. blessing in disguise
36 36. KDRT
37 37. Tante Nur tidak suka
38 38. Parah si pengganggu
39 39. Kerja keras Aza
40 40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41 41. Dia memang cantik
42 42. Ternyata dia....
43 43. Salah faham
44 44. Aza yang semakin gundah
45 45. penjelasan Gus Zidan
46 46. Akan menyesal nanti
47 47. Farah mencari kesempatan
48 48. Bagaimana kalau tidak suka?
49 49. Terasa familiar
50 50. Suka menggoda
51 51. Belajar memasak
52 52. Menikmati moment indah bersama
53 53. Usaha Ning Chusna
54 54. Istri kedua
55 55. kisah masa lalu
56 56. Jalan berdua
57 57. lesehan sederhana
58 58. Ketabahan hati Ning Chusna
59 59. Diskusi serius
60 60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61 61. Disamakan dengan kucing
62 62. Rasanya berat
63 63. Keliling pesantren
64 64. Anak kedua
65 65. Ultimatum dari Aza
66 66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67 67. Semangat Ning Chusna
68 68. Bertemu dengan Syakil
69 69. Rasa cemburu Gus Zidan
70 70. Semakin dekat saja
71 71. cemburunya Gus Zidan
72 72. Perang batin Gus Zidan
73 73. Kejujuran Syakil
74 74. Pergulatan hati Syakil
75 75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76 76. Tuduhan dari Farah
77 77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78 78. Ego Gus Zidan
79 79. Fitnah untuk Aza
80 80. Rasa bersalah gua Zidan
81 81. Harus mengungkap semuanya
82 82. Pengakuan Gus Zidan
83 83. Perawat yang baik
84 84. Curahan hati Syakil
85 85. di sisi Farah (1)
86 86. Di sisi Farah (2)
87 87. Di sisi Farah (3)
88 88. Di sisi Farah (4)
89 89. Perhatian Gus Zidan
90 90. Perhatian manis Gus Zidan
91 91. Sweetnya Gus Zidan
92 92. suami yang baik
93 93. Pernyataan Gus Zidan
94 94. ingin kembali ke pesantren
95 95. kembali ke pesantren
96 96. Perubahan sikap Farah
97 97. Gagal
98 98. Permintaan maaf Farah
99 99. Minta maaf pada Gus Zidan
100 100. hukuman untuk mereka
101 101. tawaran kuliah
102 102. Parah dijodohkan?
103 103. Kayak ustad Zaki
104 104. Imbalan untuk Gus Zidan
105 105. Menagih imbalan
106 106. Lebih agresif
107 107. otak sama mulut nggak singkron
108 108. Aza tiba-tiba agresif
109 109. Rencana ke Blitar
110 110. Akhirnya
111 111. Pagi yang syahdu
112 112. ujian semester
113 113. Gara-gara Gosong
114 114. Akhirnya pulang kampung
115 115. sampai di Blitar
116 116. Hangatnya keluarga
117 117. Getaran di hati Wahyu
118 118. Kehangatan di pagi hari
119 119. Reoni kecil-kecilan
120 120. Kedatangan Samuel
121 121. Kekecewaan Ning Chusna
122 122. cara Gus Zidan
123 123. Rasa bersalah Aza
124 124. Hidayah
125 125. Menjelaskan semuanya
126 126. Bertemu Farah
127 127. Bertemu budhe Imah
128 128. Pelajaran berharga
129 129. Rasa rindu Gus Zidan
130 130. Menanyakan langsung
131 131. Lamaran untuk Farah
132 132. Bertemu Gus Syakil
133 133. Bertemu Ning Chusna
134 134. Zahra cemburu
135 135. Sikap ya masih sama
136 136. Keputusan semakin bulat
137 137. Suasana canggung
138 138. Perasaan masing-masing
139 139. Gus Syakil kecelakaan
140 140. sikap tenang Gus Zidan
141 141. Dibatalkan
142 142. Kekesalan Aza
143 143. tiba-tiba ngajak nikah
144 144. Tiba-tiba pusing
145 145. Masuk angin atau apa...?
146 146. Periksa ke bidan
147 147. Syukuran
148 148. Menunda kuliah
149 149. kembali ke pesantren
150 150. Sambutan yang hangat
151 151. semakin sibuk
152 152. Keluh kesah Aza
153 153. Trimester ke 2
154 154. keromantisan Gus Zidan
155 155. Zahra melahirkan
156 156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157 157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158 158. kuliah online
159 159. Kehidupan damai di pesantren
160 160. Akhir yang bahagia (End)
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1. Terjebak di kamar hotel
2
2. Semakin terjebak
3
3. Sidang dengan Abah yai
4
4. Harus menikah
5
5. Mendadak menikah
6
6. Malam menegangkan
7
7. Ditinggal begitu saja
8
8. Pesantren Al-Hikmah
9
9. Menitipkannya di pesantren
10
10. Terjebak di pesantren
11
11. Senior itu mbak Farah
12
12. Gara-gara mengantuk
13
13. Hukuman pertama
14
14. Siapa Gus Zidan?
15
15. Gus Zidan yang suka menggoda
16
16. Memberitahu Zahra
17
17. Sikap hangat ustad Zaki
18
18. Beralasan untuk keluar
19
19. Makan berdua
20
20. Si penjual gorengan minta putus
21
21. Kepergok Farah
22
22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23
23. Tertidur di kelas
24
24. Isi kitabnya yang penting
25
25. Kelas Gus Zidan
26
26. Hukuman baru untuk Aza
27
27. Ijin keluarga
28
28. Melihat workshop
29
29. Tidur berdua
30
30. Ketakutan Aza
31
31. Ini namanya kencan
32
32. Ketemu Tante Nur
33
33. Cincin untuk Aza
34
34. Cemburu atau bukan?
35
35. blessing in disguise
36
36. KDRT
37
37. Tante Nur tidak suka
38
38. Parah si pengganggu
39
39. Kerja keras Aza
40
40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41
41. Dia memang cantik
42
42. Ternyata dia....
43
43. Salah faham
44
44. Aza yang semakin gundah
45
45. penjelasan Gus Zidan
46
46. Akan menyesal nanti
47
47. Farah mencari kesempatan
48
48. Bagaimana kalau tidak suka?
49
49. Terasa familiar
50
50. Suka menggoda
51
51. Belajar memasak
52
52. Menikmati moment indah bersama
53
53. Usaha Ning Chusna
54
54. Istri kedua
55
55. kisah masa lalu
56
56. Jalan berdua
57
57. lesehan sederhana
58
58. Ketabahan hati Ning Chusna
59
59. Diskusi serius
60
60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61
61. Disamakan dengan kucing
62
62. Rasanya berat
63
63. Keliling pesantren
64
64. Anak kedua
65
65. Ultimatum dari Aza
66
66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67
67. Semangat Ning Chusna
68
68. Bertemu dengan Syakil
69
69. Rasa cemburu Gus Zidan
70
70. Semakin dekat saja
71
71. cemburunya Gus Zidan
72
72. Perang batin Gus Zidan
73
73. Kejujuran Syakil
74
74. Pergulatan hati Syakil
75
75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76
76. Tuduhan dari Farah
77
77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78
78. Ego Gus Zidan
79
79. Fitnah untuk Aza
80
80. Rasa bersalah gua Zidan
81
81. Harus mengungkap semuanya
82
82. Pengakuan Gus Zidan
83
83. Perawat yang baik
84
84. Curahan hati Syakil
85
85. di sisi Farah (1)
86
86. Di sisi Farah (2)
87
87. Di sisi Farah (3)
88
88. Di sisi Farah (4)
89
89. Perhatian Gus Zidan
90
90. Perhatian manis Gus Zidan
91
91. Sweetnya Gus Zidan
92
92. suami yang baik
93
93. Pernyataan Gus Zidan
94
94. ingin kembali ke pesantren
95
95. kembali ke pesantren
96
96. Perubahan sikap Farah
97
97. Gagal
98
98. Permintaan maaf Farah
99
99. Minta maaf pada Gus Zidan
100
100. hukuman untuk mereka
101
101. tawaran kuliah
102
102. Parah dijodohkan?
103
103. Kayak ustad Zaki
104
104. Imbalan untuk Gus Zidan
105
105. Menagih imbalan
106
106. Lebih agresif
107
107. otak sama mulut nggak singkron
108
108. Aza tiba-tiba agresif
109
109. Rencana ke Blitar
110
110. Akhirnya
111
111. Pagi yang syahdu
112
112. ujian semester
113
113. Gara-gara Gosong
114
114. Akhirnya pulang kampung
115
115. sampai di Blitar
116
116. Hangatnya keluarga
117
117. Getaran di hati Wahyu
118
118. Kehangatan di pagi hari
119
119. Reoni kecil-kecilan
120
120. Kedatangan Samuel
121
121. Kekecewaan Ning Chusna
122
122. cara Gus Zidan
123
123. Rasa bersalah Aza
124
124. Hidayah
125
125. Menjelaskan semuanya
126
126. Bertemu Farah
127
127. Bertemu budhe Imah
128
128. Pelajaran berharga
129
129. Rasa rindu Gus Zidan
130
130. Menanyakan langsung
131
131. Lamaran untuk Farah
132
132. Bertemu Gus Syakil
133
133. Bertemu Ning Chusna
134
134. Zahra cemburu
135
135. Sikap ya masih sama
136
136. Keputusan semakin bulat
137
137. Suasana canggung
138
138. Perasaan masing-masing
139
139. Gus Syakil kecelakaan
140
140. sikap tenang Gus Zidan
141
141. Dibatalkan
142
142. Kekesalan Aza
143
143. tiba-tiba ngajak nikah
144
144. Tiba-tiba pusing
145
145. Masuk angin atau apa...?
146
146. Periksa ke bidan
147
147. Syukuran
148
148. Menunda kuliah
149
149. kembali ke pesantren
150
150. Sambutan yang hangat
151
151. semakin sibuk
152
152. Keluh kesah Aza
153
153. Trimester ke 2
154
154. keromantisan Gus Zidan
155
155. Zahra melahirkan
156
156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157
157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158
158. kuliah online
159
159. Kehidupan damai di pesantren
160
160. Akhir yang bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!