2. Semakin terjebak

Kemudian Gus Zidan beralih menatap Aza yang perlahan keluar dari persembunyiannya, "Apa sebenarnya yang kau lakukan di sini?" ia berbisik dengan nada penuh amarah, sementara kilatan kamera masih terdengar dari balik pintu yang tertutup rapat.

"Aku kan sudah bilang dari tadi." ucap Aza tanpa rasa bersalah.

Setelah semua wartawan berhasil diusir oleh Wahyu, Aza menghela napas lega, perasaannya sedikit lebih tenang. Masih dengan hati-hati, ia melangkah ke depan, mencoba menghindari tatapan tajam Gus Zidan. Aza merasa sudah cukup masalah untuk satu malam.

"Terima kasih atas bantuanmu," ucap Aza pelan, masih dengan nada penuh rasa syukur meski situasinya terasa begitu canggung. Ia menundukkan kepala sejenak dan berbalik untuk pergi. Namun, baru saja ia melangkah menuju pintu, Wahyu dengan cepat memblokir jalannya, wajahnya tampak serius.

"Maaf, Nona, tapi Anda tidak bisa pergi sekarang," kata Wahyu tegas, tangannya terangkat seolah untuk menghentikannya.

Aza menatap Wahyu, bingung dan frustrasi. "Kenapa? Saya sudah berterima kasih kan? saya tidak ingin menimbulkan lebih banyak masalah. Saya hanya ingin keluar dari sini."

Wahyu menggeleng. "Tidak sesederhana itu. Wartawan di luar mungkin sudah pergi, tapi masalah yang lebih besar pasti akan muncul. Mereka sudah melihat Anda di sini bersama Gus Zidan. Jika Anda pergi begitu saja, spekulasi akan semakin liar. Mereka akan menganggap ada sesuatu yang disembunyikan dan akan sangat merugikan Gus Zidan begitu juga dengan anda."

Aza terdiam, memikirkan kata-kata Wahyu. Perasaannya yang sebelumnya lega mulai kembali tegang. Ia bisa membayangkan judul-judul berita esok hari jika ia keluar dari hotel ini sendirian setelah kehebohan tadi. Apalagi dengan klarifikasi yang dibuat pria yang bernama Wahyu tentang dirinya sebagai "istri" Gus Zidan. Segalanya akan jadi lebih buruk.

Gus Zidan akhirnya berbicara, nadanya lebih tenang namun penuh ketegasan. "Wahyu benar. Jika kamu pergi sekarang, gosip itu akan meledak, dan kami tidak akan bisa mengendalikannya. Kamu harus tinggal sementara sampai situasi tenang."

Aza membelalak. "Tinggal di sini? Tapi… ini tidak masuk akal. Saya hanya gadis biasa yang baru lulus SMA, memang siapa yang akan membuat gosip bodoh itu!?"

Wahyu tersenyum miring, "Mungkin anda gadis biasa, lalu bagaiman dengan Gus Zidan, ia seorang...," belum sampai menyelesaikan ucapanya Gus Zidan segera memberi isyarat pada wahyu agar tidak melanjutkan ucapannya.

"Kalian benar-benar misterius, tapi apapun itu aku tidak bisa terjebak dalam masalah ini lebih lama lagi." ucap Aza yang kembali panik.

Wahyu menatapnya serius. "Percayalah, ini bukan hanya masalah Anda. Jika Anda pergi, situasi ini bisa menghancurkan reputasi Gus Zidan dan juga Anda. Anda harus menunggu sampai kami bisa mengurus semuanya dengan aman."

Aza merasa terjebak dalam situasi yang semakin rumit. Ia ingin kabur dari masalah awalnya, tetapi kini malah terjebak dalam masalah yang lebih besar. Mata Gus Zidan masih mengamati, dan Aza tahu dia tidak akan mengizinkannya pergi begitu saja.

Dengan berat hati, Aza menghela napas panjang. "Jadi… apa yang harus saya lakukan sekarang?" tanyanya, setengah putus asa.

Gus Zidan dan Wahyu saling bertukar pandang. Mereka tahu ini bukan pilihan yang mudah, tapi situasi ini menuntut tindakan hati-hati.

Gus Zidan menghela napas panjang, merasa situasi ini semakin tidak masuk akal. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia berbalik dan berjalan menuju lemari di sudut kamar, mengabaikan perdebatan antara Aza dan Wahyu yang semakin memanas. Dia tahu, mengenakan handuk mandi sambil berdiskusi dengan wanita asing yang jelas bukan mahramnya adalah hal yang tak mungkin ia lakukan lebih lama.

"Biarkan aku ganti baju dulu," katanya dengan suara rendah namun tegas, meski lebih ditujukan untuk dirinya sendiri.

Aza menatapnya sekilas, merasa semakin canggung dengan keadaan ini. Ia menyadari betapa aneh dan tidak nyaman posisi mereka saat ini, terutama bagi Gus Zidan yang harus berurusan dengan seseorang yang baru saja masuk ke kamarnya tanpa izin. Sementara itu, Wahyu masih berdiri di ambang pintu, menjaga agar Aza tidak keluar.

Gus Zidan dengan cepat membuka lemari, mengambil pakaian, dan masuk ke kamar mandi untuk mengganti bajunya. Suara air keran yang menyala terdengar samar-samar di balik pintu. Di dalam kamar mandi, Gus Zidan merasa perlu menenangkan pikirannya. Ini semua terjadi begitu cepat—dari wartawan yang menyerbu hingga klaim Wahyu bahwa Aza adalah istrinya. Sesuatu yang jelas-jelas tidak pernah ia bayangkan.

Di luar, Aza berdiri canggung, memeluk dirinya sendiri. Perasaannya berkecamuk, ia merasa ingin pergi, tapi tahu bahwa Wahyu mungkin benar—masalah ini bisa jadi lebih besar jika ia bertindak sembarangan. Namun, tinggal di sini lebih lama bersama Gus Zidan juga bukanlah sesuatu yang nyaman baginya.

"Kenapa aku bisa terjebak dalam situasi seperti ini?" pikirnya, sambil menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat.

Wahyu, yang diam-diam memperhatikan Aza, tahu bahwa masalah ini harus diatasi dengan hati-hati. “Nona, kita harus menyelesaikan ini dengan baik. Saya yakin Gus Zidan tidak ingin masalah ini berkembang lebih jauh, dan begitu juga dengan Anda. Kita tunggu saja sampai dia selesai ganti baju, baru kita bicarakan solusinya."

Aza hanya bisa mengangguk pelan, berharap ada jalan keluar dari kekacauan ini.

Baru saja Gus Zidan selesai mengganti bajunya dan melangkah keluar dari kamar mandi, ponsel Wahyu tiba-tiba berdering. Wahyu memandang layar ponselnya sejenak, wajahnya berubah tegang saat melihat nama yang tertera.

"Ini dari Abah Yai," katanya dengan suara rendah, sambil melirik Gus Zidan.

Gus Zidan mengangguk perlahan. "Angkat. Aku ingin tahu apa yang akan Abah Yai katakan."

Wahyu segera mengangkat telepon, suaranya hormat ketika berbicara, "Assalamualaikum, Abah Yai."

Suara di ujung telepon terdengar dalam dan serius, meski Aza tak bisa mendengar dengan jelas apa yang dibicarakan. Namun dari ekspresi wajah Wahyu yang semakin cemas, ia tahu bahwa masalah ini jauh lebih besar dari yang ia bayangkan. Setelah beberapa saat, Wahyu memandang Gus Zidan dengan sorot mata serius.

"Berita tentang kejadian tadi sudah menyebar, Gus. Abah Yai sudah mengetahuinya. Beliau meminta pertanggungjawaban dan menuntut kita untuk tidak bergerak dari sini. Beliau akan datang segera untuk menyelesaikan masalah ini."

Gus Zidan terdiam sejenak, meresapi kata-kata itu. Hatinya mulai dipenuhi perasaan berat. Abah Yai, kakeknya, adalah sosok yang dihormati, baik dalam keluarga besar maupun di kalangan pesantren. Jika Abah Yai sudah turun tangan, itu berarti masalah ini sudah dianggap serius.

Aza yang mendengar itu, langsung merasa tubuhnya melemas. Ia semakin terjebak dalam situasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.

"Siapa yang mau datang? Apa aku juga harus ikut menunggu?" tanya Aza yang sudah tidak nyaman berada di dekat Gus Zidan dan Wahyu, rasanya ingin segera kabur saja.

"Abah Yai... kakek saya." ucap Gus Zidan singkat bahkan tanpa menatap Aza.

"Memang apa hubungannya denganku kalau dia akan datang ke sini?" tanyanya berlagak cuek sembari membetulkan penutup jaketnya agar menutupi kepalanya yang memang tidak memakai jilbab. Meskipun ustad Zaki begitu religius tapi ia tidak pernah memaksakan putrinya untuk memakai jilbab, ia yakin suatu saat putrinya itu akan terbuka sendiri hatinya untuk memakai jilbab.

Gus Zidan mengangguk perlahan, tatapannya masih serius. "Karena kamu sudah berurusan dengan saya. Jadi jangan harap bisa kabur sampai Abah yai datang."

Aza hampir tidak bisa percaya dengan apa yang terjadi. Rencana kaburnya telah berubah menjadi bencana yang lebih besar. Dan kini, ia harus menunggu kedatangan seorang ulama besar yang akan menuntut penjelasan atas semua ini.

Di luar kamar, suasana kembali sunyi, tapi ketegangan di dalam semakin memuncak. Gus Zidan merasakan tekanan yang luar biasa, tapi ia tahu tak ada jalan lain selain menghadapi masalah ini dengan tegar. Abah Yai tidak akan menerima alasan apapun selain kebenaran, dan Gus Zidan harus bersiap untuk memberikan jawaban yang jelas—entah untuk dirinya sendiri atau untuk gadis yang kini terjebak dalam kehidupannya.

Bersambung

Happy reading

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

ya Alloh baru ngeh aku klu ini anaknya duo Z 😂

2024-11-26

1

fee2

fee2

aza mirip. ibunya ya...

2024-09-22

0

ir

ir

makanya nduk kalo di omongin orang tua jangan ngeyel, tersesat nya makin jauh kan, untung ketemu org baik 🤣🤣

2024-09-21

4

lihat semua
Episodes
1 1. Terjebak di kamar hotel
2 2. Semakin terjebak
3 3. Sidang dengan Abah yai
4 4. Harus menikah
5 5. Mendadak menikah
6 6. Malam menegangkan
7 7. Ditinggal begitu saja
8 8. Pesantren Al-Hikmah
9 9. Menitipkannya di pesantren
10 10. Terjebak di pesantren
11 11. Senior itu mbak Farah
12 12. Gara-gara mengantuk
13 13. Hukuman pertama
14 14. Siapa Gus Zidan?
15 15. Gus Zidan yang suka menggoda
16 16. Memberitahu Zahra
17 17. Sikap hangat ustad Zaki
18 18. Beralasan untuk keluar
19 19. Makan berdua
20 20. Si penjual gorengan minta putus
21 21. Kepergok Farah
22 22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23 23. Tertidur di kelas
24 24. Isi kitabnya yang penting
25 25. Kelas Gus Zidan
26 26. Hukuman baru untuk Aza
27 27. Ijin keluarga
28 28. Melihat workshop
29 29. Tidur berdua
30 30. Ketakutan Aza
31 31. Ini namanya kencan
32 32. Ketemu Tante Nur
33 33. Cincin untuk Aza
34 34. Cemburu atau bukan?
35 35. blessing in disguise
36 36. KDRT
37 37. Tante Nur tidak suka
38 38. Parah si pengganggu
39 39. Kerja keras Aza
40 40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41 41. Dia memang cantik
42 42. Ternyata dia....
43 43. Salah faham
44 44. Aza yang semakin gundah
45 45. penjelasan Gus Zidan
46 46. Akan menyesal nanti
47 47. Farah mencari kesempatan
48 48. Bagaimana kalau tidak suka?
49 49. Terasa familiar
50 50. Suka menggoda
51 51. Belajar memasak
52 52. Menikmati moment indah bersama
53 53. Usaha Ning Chusna
54 54. Istri kedua
55 55. kisah masa lalu
56 56. Jalan berdua
57 57. lesehan sederhana
58 58. Ketabahan hati Ning Chusna
59 59. Diskusi serius
60 60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61 61. Disamakan dengan kucing
62 62. Rasanya berat
63 63. Keliling pesantren
64 64. Anak kedua
65 65. Ultimatum dari Aza
66 66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67 67. Semangat Ning Chusna
68 68. Bertemu dengan Syakil
69 69. Rasa cemburu Gus Zidan
70 70. Semakin dekat saja
71 71. cemburunya Gus Zidan
72 72. Perang batin Gus Zidan
73 73. Kejujuran Syakil
74 74. Pergulatan hati Syakil
75 75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76 76. Tuduhan dari Farah
77 77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78 78. Ego Gus Zidan
79 79. Fitnah untuk Aza
80 80. Rasa bersalah gua Zidan
81 81. Harus mengungkap semuanya
82 82. Pengakuan Gus Zidan
83 83. Perawat yang baik
84 84. Curahan hati Syakil
85 85. di sisi Farah (1)
86 86. Di sisi Farah (2)
87 87. Di sisi Farah (3)
88 88. Di sisi Farah (4)
89 89. Perhatian Gus Zidan
90 90. Perhatian manis Gus Zidan
91 91. Sweetnya Gus Zidan
92 92. suami yang baik
93 93. Pernyataan Gus Zidan
94 94. ingin kembali ke pesantren
95 95. kembali ke pesantren
96 96. Perubahan sikap Farah
97 97. Gagal
98 98. Permintaan maaf Farah
99 99. Minta maaf pada Gus Zidan
100 100. hukuman untuk mereka
101 101. tawaran kuliah
102 102. Parah dijodohkan?
103 103. Kayak ustad Zaki
104 104. Imbalan untuk Gus Zidan
105 105. Menagih imbalan
106 106. Lebih agresif
107 107. otak sama mulut nggak singkron
108 108. Aza tiba-tiba agresif
109 109. Rencana ke Blitar
110 110. Akhirnya
111 111. Pagi yang syahdu
112 112. ujian semester
113 113. Gara-gara Gosong
114 114. Akhirnya pulang kampung
115 115. sampai di Blitar
116 116. Hangatnya keluarga
117 117. Getaran di hati Wahyu
118 118. Kehangatan di pagi hari
119 119. Reoni kecil-kecilan
120 120. Kedatangan Samuel
121 121. Kekecewaan Ning Chusna
122 122. cara Gus Zidan
123 123. Rasa bersalah Aza
124 124. Hidayah
125 125. Menjelaskan semuanya
126 126. Bertemu Farah
127 127. Bertemu budhe Imah
128 128. Pelajaran berharga
129 129. Rasa rindu Gus Zidan
130 130. Menanyakan langsung
131 131. Lamaran untuk Farah
132 132. Bertemu Gus Syakil
133 133. Bertemu Ning Chusna
134 134. Zahra cemburu
135 135. Sikap ya masih sama
136 136. Keputusan semakin bulat
137 137. Suasana canggung
138 138. Perasaan masing-masing
139 139. Gus Syakil kecelakaan
140 140. sikap tenang Gus Zidan
141 141. Dibatalkan
142 142. Kekesalan Aza
143 143. tiba-tiba ngajak nikah
144 144. Tiba-tiba pusing
145 145. Masuk angin atau apa...?
146 146. Periksa ke bidan
147 147. Syukuran
148 148. Menunda kuliah
149 149. kembali ke pesantren
150 150. Sambutan yang hangat
151 151. semakin sibuk
152 152. Keluh kesah Aza
153 153. Trimester ke 2
154 154. keromantisan Gus Zidan
155 155. Zahra melahirkan
156 156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157 157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158 158. kuliah online
159 159. Kehidupan damai di pesantren
160 160. Akhir yang bahagia (End)
Episodes

Updated 160 Episodes

1
1. Terjebak di kamar hotel
2
2. Semakin terjebak
3
3. Sidang dengan Abah yai
4
4. Harus menikah
5
5. Mendadak menikah
6
6. Malam menegangkan
7
7. Ditinggal begitu saja
8
8. Pesantren Al-Hikmah
9
9. Menitipkannya di pesantren
10
10. Terjebak di pesantren
11
11. Senior itu mbak Farah
12
12. Gara-gara mengantuk
13
13. Hukuman pertama
14
14. Siapa Gus Zidan?
15
15. Gus Zidan yang suka menggoda
16
16. Memberitahu Zahra
17
17. Sikap hangat ustad Zaki
18
18. Beralasan untuk keluar
19
19. Makan berdua
20
20. Si penjual gorengan minta putus
21
21. Kepergok Farah
22
22. Malah kepikiran sama Gus Zidan
23
23. Tertidur di kelas
24
24. Isi kitabnya yang penting
25
25. Kelas Gus Zidan
26
26. Hukuman baru untuk Aza
27
27. Ijin keluarga
28
28. Melihat workshop
29
29. Tidur berdua
30
30. Ketakutan Aza
31
31. Ini namanya kencan
32
32. Ketemu Tante Nur
33
33. Cincin untuk Aza
34
34. Cemburu atau bukan?
35
35. blessing in disguise
36
36. KDRT
37
37. Tante Nur tidak suka
38
38. Parah si pengganggu
39
39. Kerja keras Aza
40
40. Ukhti yang bersama Gus Zidan
41
41. Dia memang cantik
42
42. Ternyata dia....
43
43. Salah faham
44
44. Aza yang semakin gundah
45
45. penjelasan Gus Zidan
46
46. Akan menyesal nanti
47
47. Farah mencari kesempatan
48
48. Bagaimana kalau tidak suka?
49
49. Terasa familiar
50
50. Suka menggoda
51
51. Belajar memasak
52
52. Menikmati moment indah bersama
53
53. Usaha Ning Chusna
54
54. Istri kedua
55
55. kisah masa lalu
56
56. Jalan berdua
57
57. lesehan sederhana
58
58. Ketabahan hati Ning Chusna
59
59. Diskusi serius
60
60. Tidak sesuai prediksi BMKG
61
61. Disamakan dengan kucing
62
62. Rasanya berat
63
63. Keliling pesantren
64
64. Anak kedua
65
65. Ultimatum dari Aza
66
66. Saat sudah siap menjadi istri Gus Zidan
67
67. Semangat Ning Chusna
68
68. Bertemu dengan Syakil
69
69. Rasa cemburu Gus Zidan
70
70. Semakin dekat saja
71
71. cemburunya Gus Zidan
72
72. Perang batin Gus Zidan
73
73. Kejujuran Syakil
74
74. Pergulatan hati Syakil
75
75. Kepergian Syakil dan Gus Zidan
76
76. Tuduhan dari Farah
77
77. Hari-hari tanpa Gus Zidan
78
78. Ego Gus Zidan
79
79. Fitnah untuk Aza
80
80. Rasa bersalah gua Zidan
81
81. Harus mengungkap semuanya
82
82. Pengakuan Gus Zidan
83
83. Perawat yang baik
84
84. Curahan hati Syakil
85
85. di sisi Farah (1)
86
86. Di sisi Farah (2)
87
87. Di sisi Farah (3)
88
88. Di sisi Farah (4)
89
89. Perhatian Gus Zidan
90
90. Perhatian manis Gus Zidan
91
91. Sweetnya Gus Zidan
92
92. suami yang baik
93
93. Pernyataan Gus Zidan
94
94. ingin kembali ke pesantren
95
95. kembali ke pesantren
96
96. Perubahan sikap Farah
97
97. Gagal
98
98. Permintaan maaf Farah
99
99. Minta maaf pada Gus Zidan
100
100. hukuman untuk mereka
101
101. tawaran kuliah
102
102. Parah dijodohkan?
103
103. Kayak ustad Zaki
104
104. Imbalan untuk Gus Zidan
105
105. Menagih imbalan
106
106. Lebih agresif
107
107. otak sama mulut nggak singkron
108
108. Aza tiba-tiba agresif
109
109. Rencana ke Blitar
110
110. Akhirnya
111
111. Pagi yang syahdu
112
112. ujian semester
113
113. Gara-gara Gosong
114
114. Akhirnya pulang kampung
115
115. sampai di Blitar
116
116. Hangatnya keluarga
117
117. Getaran di hati Wahyu
118
118. Kehangatan di pagi hari
119
119. Reoni kecil-kecilan
120
120. Kedatangan Samuel
121
121. Kekecewaan Ning Chusna
122
122. cara Gus Zidan
123
123. Rasa bersalah Aza
124
124. Hidayah
125
125. Menjelaskan semuanya
126
126. Bertemu Farah
127
127. Bertemu budhe Imah
128
128. Pelajaran berharga
129
129. Rasa rindu Gus Zidan
130
130. Menanyakan langsung
131
131. Lamaran untuk Farah
132
132. Bertemu Gus Syakil
133
133. Bertemu Ning Chusna
134
134. Zahra cemburu
135
135. Sikap ya masih sama
136
136. Keputusan semakin bulat
137
137. Suasana canggung
138
138. Perasaan masing-masing
139
139. Gus Syakil kecelakaan
140
140. sikap tenang Gus Zidan
141
141. Dibatalkan
142
142. Kekesalan Aza
143
143. tiba-tiba ngajak nikah
144
144. Tiba-tiba pusing
145
145. Masuk angin atau apa...?
146
146. Periksa ke bidan
147
147. Syukuran
148
148. Menunda kuliah
149
149. kembali ke pesantren
150
150. Sambutan yang hangat
151
151. semakin sibuk
152
152. Keluh kesah Aza
153
153. Trimester ke 2
154
154. keromantisan Gus Zidan
155
155. Zahra melahirkan
156
156. Kehidupan baru sebagai orang tua
157
157. Kesibukan Gus Zidan dan Aza
158
158. kuliah online
159
159. Kehidupan damai di pesantren
160
160. Akhir yang bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!