18. Pulang ...

Rhea hanya membisu melihat Utami menangis di pelukan Eza. Kenzi pun tersenyum lalu merengkuh bahu Rhea. Kenzi ingin Rhea bisa terbiasa dengan kehadiran Utami di kehidupan mereka nanti.

Ya, rupanya Kenzi mencium adanya romansa diantara Eza dan Utami yang saat itu masih dirasuki arwah Aziz dan Asih. Nampaknya cinta yang tertunda milik Aziz dan Asih akan bisa terwujud melalui raga Eza dan Utami nanti.

Setelah beberapa saat menangis, Asih pun melerai pelukan Aziz. Keduanya saling menatap sejenak lalu tersenyum. Wajah mereka nampak merona setelah menyadari apa yang baru saja mereka lakukan.

"Apa kamu baik-baik aja Sih?" tanya Aziz.

"Iya Mas. Aku gapapa kok," sahut Asih sambil tersenyum.

"Syukur lah. Tapi Damar mati Sih. Apa kamu ga merasa sedih?" tanya Aziz.

"Jujur aku sedih. Selain bapak dari anakku, mas Damar pernah menjadi bagian penting di hidupku. Tapi apa yang dia lakukan ga bisa aku terima Mas. Dan aku senang karena akhirnya dia mendapatkan apa yang seharusnya. Meski terlambat, tapi gapapa. Aku puas melihat dia mati dengan cara seperti itu. Setidaknya dendamku atas kematian anakku terbalas sudah," sahut Asih sambil menatap kejauhan dengan tatapan kosong.

Aziz pun mengangguk. Nampaknya dia mengerti bagaimana perasaan Asih yang kecewa dan sakit hati atas ulah Damar.

Sesaat kemudian Asih nampak menoleh ke kanan dan ke kiri seolah sedang mencari sesuatu.

"Cari apa Sih?" tanya Aziz.

"Anakku Mas," sahut Asih.

Aziz ikut mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru lalu menggelengkan kepala karena tak tahu dimana bayi Asih.

"Di sana," sela Rhea sambil menunjuk ke satu titik.

Asih pun menatap kearah yang ditunjuk Rhea dan terkejut.

"Di sana?. Kenapa kamu meninggalkannya di sana sendiri Rhea?" tanya Asih.

"Aku ... maksudku mmm ... " Rhea sengaja menggantung ucapannya karena bingung bagaimana menjelaskan kondisi sang bayi pada Asih.

"Bayimu sudah meninggal Asih. Itu sebabnya Rhea meninggalkan dia di sana tadi. Selain meninggal, bayimu juga ga utuh lagi. Mungkin karena tertindih beban berat saat kamu tertimbun tanah dalam musibah tanah longsor dulu. Itu menyebabkan kondisi bayimu jadi terlihat sangat mengenaskan," kata Kenzi menjelaskan.

Mendengar ucapan Kenzi, Asih pun terkejut. Dia berlari cepat ke tempat di mana Rhea membuang bayinya tadi. Kenzi, Rhea dan Aziz pun mengikuti dari belakang.

Asih berhenti tepat di mana gumpalan daging busuk itu berada. Dengan tangan gemetar dia meraih gumpalan daging busuk yang diselimuti belatung itu lalu memeluknya dengan erat.

"Anakku ...," panggil Asih sambil menangis.

Apa yang Asih lakukan membuat Rhea mual. Gadis itu segera menjauh karena tak sanggup melihat Asih yang menangis sambil mendekap daging busuk berbelatung itu.

Aziz pun mendekati Asih. Dia mengusap bahu Asih dengan lembut sambil mengucapkan kalimat yang membuat Asih tenang.

"Ikhlaskan dia Asih. Kamu ga perlu bersedih lagi karena anakmu sudah berada di tempat terbaik di sisi Allah. Berbahagia lah, karena anak yang meninggal saat di dalam kandungan akan menjadi penolong orangtuanya kelak di akhirat. Dia akan menyambutmu di pintu surga lalu membawamu masuk ke sana," kata Aziz.

"Apa aku bisa masuk surga setelah dosa-dosa yang kulakukan Mas ... ?" tanya Asih lirih.

"Aku ga tau Asih. Tapi setidaknya kamu sudah punya tabungan di akhirat berupa anak yang meninggal dalam kandunganmu itu. Allah Maha Adil. Dia ga akan menyia-nyiakan kebaikan yang pernah kamu lakukan walau itu hanya sebesar butiran debu," sahut Aziz.

"Terima kasih Mas. Kamu memang orang baik. Andai aku bisa mengenalmu lebih awal, mungkin aku akan memilih menikah denganmu daripada dia," kata Asih sambil menatap Aziz lekat.

"Jangan sesali semua yang telah terjadi Asih. Itu takdir hidup yang harus kamu lalui. Sekarang sebaiknya kita kubur anakmu lalu doakan dia agar bisa kembali kepada Allah dengan tenang," sela Kenzi tiba-tiba.

Asih pun menoleh kearah Kenzi sejenak lalu kembali menatap bayinya. Nampaknya Asih ragu untuk melepas bayinya. Lagi-lagi Aziz maju untuk membujuk Asih.

"Dia betul Asih. Memang itu yang sebaiknya kita lakukan. Bayimu sudah meninggal, jadi sudah seharusnya dikubur. Kasian dia kalo kamu menahannya lebih lama, pasti arwahnya ga akan tenang nanti. Lebih cepat dikubur lebih baik, buat bayi itu juga kamu," kata Aziz.

Asih pun mengangguk. Setelah mengecup gumpalan daging itu beberapa kali, Asih pun menyerahkan bayinya kepada Kenzi.

Selanjutnya Kenzi menguburkan gumpalan daging yang dipercaya sebagai bayi Asih itu di atas bukit. Kenzi juga yang memimpin pembacaan doa untuk 'mengantar' kepergian sang bayi. Sambil berdoa Kenzi terus mengamati Asih dan Aziz.

"Sekarang giliran kalian," kata Kenzi setelah beberapa saat selesai berdoa.

Asih dan Aziz pun saling menatap sejenak lalu mengangguk. Kenzi dan Rhea pun menghela nafas lega mengetahui betapa mudahnya mengingatkan Asih dan Aziz agar segera 'pulang' ke tempat seharusnya.

Kemudian Asih dan Aziz duduk berhadapan sambil menautkan jemari. Kesedihan terlihat di wajah keduanya.

"Terima kasih Mas. Terima kasih atas semua yang telah kamu beri dan kamu lakukan," kata Asih sambil mengeratkan genggaman jemari tangannya.

"Jangan bilang terima kasih karena aku melakukannya dengan ikhlas Asih," kata Aziz sambil tersenyum getir.

"Aku percaya itu Mas ...," sahut Asih.

Untuk sejenak Aziz dan Asih kembali terdiam.

"Sekarang waktunya!" sela Kenzi tiba-tiba.

Asih dan Aziz mengangguk. Keduanya pun tersenyum lalu mulai memejamkan mata. Dan saat itu lah tubuh Asih dan Aziz diselimuti cahaya yang sangat terang yang terbelah menjadi dua bagian. Setelahnya kedua cahaya itu melesat cepat ke atas lalu menghilang di langit.

Setelah cahaya itu menghilang, tubuh Eza dan Utami pun terkulai jatuh di tanah dalam kondisi jemari tangan yang saling bertaut. Eza lah yang pertama kali siuman. Dia mengerutkan keningnya saat melihat jemari tangannya bertaut dengan jemari Utami.

Tak lama kemudian Utami pun siuman. Dia nampak meringis sambil memegangi kepalanya yang terasa berdenyut. Saat itu lah Utami baru menyadari jemarinya yang bertaut dengan jemari Eza.

Tidak seperti Eza, Utami justru terlihat gugup. Dia segera melepaskan tautan jemari itu sambil meminta maaf.

"Maaf Mas Eza. Saya ga sengaja," kata Utami.

"Iya. Kamu gapapa kan Ut?" tanya Eza sambil mengamati Utami dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Alhamdulillah, saya gapapa Mas ...," sahut Utami sambil tersenyum.

Saat Eza akan mengucapkan kalimat berikutnya tiba-tiba Rhea menyela pembicaraan mereka.

"Ehm ... yang pingsan sama siumannya barengan. Jangan lupa kalo masih ada orang lain selain kalian di sini ya," sela Rhea sambil berdehem keras.

Eza dan Utami pun menoleh lalu tersenyum. Kemudian Eza mengulurkan tangannya untuk membantu Utami berdiri. Mau tak mau gadis itu pun menyambutnya walau dengan wajah yang merona karena malu.

"Karena kalian udah siuman, kita pulang sekarang ya," kata Kenzi sesaat kemudian.

"Terus wak Damar gimana Bang. Kan belum ketemu," kata Eza.

Pertanyaan Eza membuat Kenzi dan Rhea saling menatap kemudian tersenyum mengetahui Eza tak tahu apa yang terjadi tadi.

"Udah ketemu kok Za. Tapi ... " Kenzi menggantung ucapannya sambil menatap Eza dan Utami bergantian.

"Tapi apa Bang?" tanya Eza penasaran.

"Tapi wak Damar udah meninggal Za. Dia jatuh dari atas bukit tadi. Abang ga sempet nolongin karena kejadiannya cepet banget," sahut Kenzi.

"Inna Lillahi wainna ilaihi rojiuun. Ga nyangka wak Damar meninggal secepat ini," gumam Eza tak percaya.

"Iya. Makanya kita turun sekarang terus kita ke kantor polisi buat bikin laporan tentang meninggalnya wak Damar," sahut Kenzi.

"Kalo kita dituduh bersekongkol merencanakan pembunuhan wak Damar gimana Pa. Soalnya kan tempat wak Damar ditemukan jauh dari rumah. Selain itu cuma ada kita di sini. Bisa jadi kan polisi menyimpulkan kita yang udah menghabisi wak Damar secara keroyokan?" tanya Rhea cemas.

"Awalnya pasti begitu. Tapi polisi kan juga bukan orang bodoh Rhe. Mereka pasti bakal melakukan penyelidikan dan mencocokkan dengan laporan yang kita buat. Pokoknya ga usah takut. Insyaa Allah semua akan baik-baik aja nanti," sahut Kenzi sambil mengusap kepala Rhea dengan lembut.

"Iya Pa. Eh, ngomong-ngomong kamu masih kuat jalan kan Ut?" tanya Rhea sambil menoleh kearah Utami.

"Masih kok. Kenapa kamu tanya gitu Rhe?" tanya Utami tak mengerti.

"Soalnya kamu pingsan beberapa kali tadi Ut. Aku khawatir kamu masih pusing dan belum bisa jalan cepet," sahut Rhea.

"Masa sih. Tapi aku merasa baik-baik aja tuh," kata Utami.

"Bagus deh. Kalo kamu ga kuat, kamu bisa minta tolong kak Eza buat gendong kamu lho Ut. Dia pasti dengan senang hati melakukannya," sahut Rhea sambil melirik kearah Eza.

Jika Eza nampak tersenyum, tapi tidak dengan Utami. Gadis itu terlihat salah tingkah usai mendengar ucapan Rhea.

"Ga usah Rhe. Aku masih kuat kok. Kalo kamu ga percaya, ayo kita jalan sekarang," ajak Utami sambil menggamit lengan Rhea.

Sambil tertawa Rhea mengikuti langkah Utami. Di belakangnya terlihat Kenzi dan Eza yang juga tersenyum melihat sikap Utami.

"Kayanya ada yang lagi happy nih," goda Kenzi.

"Ck, jangan mulai deh Bang ...," sahut Eza sambil melengos.

"Abang cuma mau kasih tau aja kok. Kalo diliat-liat, kayanya Utami juga suka sama kamu Za. Abang sih ga keberatan ya kamu jadian sama Utami," bisik Kenzi.

Tentu saja ucapan Kenzi membuat wajah Eza merona. Kemudian Eza mempercepat langkahnya karena tahu Kenzi tak akan berhenti membuatnya salah tingkah.

\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

Alhamdulillah.. masalah Asih dan Damar serta Aziz dapat selesai dngn baik.. dan semoga Eza dan Utami berjodoh dan cepat menikah

2024-10-17

0

Ali B.U

Ali B.U

next.

2024-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!