Setelah sholat Maghrib berjamaah di mushola terdekat bersama Eza, Kenzi pun pergi ke rumah Damar.
Saat tiba di sana Ruci dan Rhea sudah lebih dulu sampai. Keduanya nampak sedang berbincang hangat dengan Mina dan Isma.
"Assalamualaikum ...," sapa Kenzi dan Eza bersamaan.
"Wa alaikumsalam. Eh, mas Kenzi. Mari silakan duduk Mas," kata Mina dengan ramah.
"Cuma bang Kenzi aja yang disuruh duduk Wak. Kok saya ga ditawarin duduk juga sih," protes Eza.
"Ck, kamu mah ga perlu ditawarin Za. Kan udah tiap hari bolak-balik ke sini. Udah ga bisa diitung pake jari saking seringnya," sahut Mina disambut tawa semua orang.
Kenzi pun duduk di samping Ruci dan berhadapan dengan Rhea.
"Waktu sholat di mushola tadi, saya ga ngeliat Mas Damar. Apa beliau ga ada di rumah Mbak?" tanya Kenzi basa-basi.
"Ada kok. Karena sakit, mas Damar sholatnya di rumah aja Mas," sahut Mina.
"Lho, sakit apa Mbak?" tanya Kenzi.
"Sakit apa ya, saya juga bingung ngomongnya. Pokoknya udah beberapa hari ini mas Damar ga keluar rumah. Sering ngunci diri di kamar. Keliatan gelisah kaya ada yang dipikirin. Tapi pas saya tanya kenapa, mas Damar ga pernah mau cerita," sahut Mina dengan nada kecewa.
Kenzi dan Rhea pun saling menatap sejenak usai mendengar jawaban Mina.
"Boleh saya jenguk Mbak?" tanya Kenzi sesaat kemudian.
"Boleh Mas. Tapi maaf, cuma Mas Kenzi yang saya kasih ijin jenguk. Soalnya mas Damar suka ngamuk kalo ditemuin orang yang bukan keluarga apalagi perempuan. Mungkin kalo ditemuin mas Kenzi dia ga bakal ngamuk karena sungkan," sahut Mina tak enak hati.
"Oh gitu. Gapapa Mbak, saya dan anak-anak di sini aja," kata Ruci sambil tersenyum.
Mina pun nampak menghela nafas lega mengetahui Ruci memaklumi sikap suaminya. Setelahnya Mina mengajak Kenzi ke kamar yang berhadapan dengan ruang tengah. Dengan hati-hati Mina membuka pintu kamar. Dan Kenzi yang berdiri di belakangnya nampak mengerutkan keningnya melihat kondisi kamar yang gelap gulita.
Seolah mengerti apa yang Kenzi pikirkan, Mina pun menjelaskan mengapa kamar tidur tak diterangi lampu.
"Sejak sakit mas Damar ga suka terang, katanya matanya sakit kalo ngeliat cahaya. Makanya lampu kamar ga pernah dinyalain Mas," kata Mina.
"Padahal kalo lagi kurang sehat ga baik berdiam di tempat gelap begini lho Mbak," kata Kenzi mengingatkan.
"Iya sih. Abis mau gimana lagi. Daripada mas Damar ngamuk, ya lebih baik saya turutin aja apa maunya Mas," sahut Mina.
Kenzi pun mengangguk lalu mengikuti Mina masuk ke dalam kamar yang gelap itu. Beruntung ada cahaya lampu dari ruang tengah yang membias masuk ke dalam kamar hingga Kenzi bisa melihat kondisi Damar yang sedang berbaring miring.
Saat itu Kenzi juga melihat sosok arwah Asih yang sedang menduduki tubuh Damar. Posisi Asih duduk sambil menunduk hingga ujung rambutnya jatuh menjuntai di atas tubuh Damar.
Kondisi Asih terlihat sangat mengenaskan, sangat berbeda dengan penampilannya saat menemui Kenzi kemarin malam.
Kenzi melihat tubuh dan pakaian Asih yang kotor dengan rambut kusut dipenuhi gumpalan tanah berwarna coklat kehitaman. Ada beberapa luka di permukaan kulit wajah, leher, tangan dan kaki Asih yang mengelupas hingga mengeluarkan darah beraroma busuk.
Perlahan arwah Asih mendongakkan kepala hingga Kenzi bisa melihat wajahnya dengan jelas. Kenzi pun bergidik melihat kedua mata Asih yang hanya berupa rongga hitam dipenuhi belatung.
Sesaat kemudian Kenzi nampak menggelengkan kepala saat arwah Asih akan membuka mulut. Kenzi tak ingin arwah Asih membuat masalah sekarang karena itu akan merepotkan. Saat ini Kenzi ingin menggali cerita dari sisi Damar lebih dulu supaya tak salah bertindak nanti.
Seolah mengerti isyarat yang Kenzi berikan, arwah Asih pun mengangguk lalu melayang menjauhi Damar.
Kenzi tersenyum mendapati arwah Asih yang sangat kooperatif itu. Suara Mina yang membangunkan Damar pun membuat perhatian Kenzi teralihkan.
"Pak, kamu lagi tidur atau udah bangun?. Ini lho ada tamu mau ketemu sama kamu," kata Mina sambil menepuk punggung Damar dengan lembut.
Damar menoleh kearah Mina. Dia nampak memicingkan mata karena silau dengan pantulan cahaya yang masuk ke dalam kamar.
"Tamu siapa Bu?" tanya Damar dengan suara parau.
"Saya Mas Damar. Kenzi ...," sela Kenzi cepat.
Mengetahui Kenzi yang datang menjenguk, Damar pun bergegas bangkit. Setelah berhasil duduk, Damar nampak memayungi kedua matanya dengan telapak tangan. Nampaknya dia benar-benar terganggu dengan cahaya lampu ruang tengah yang membias masuk ke dalam kamar.
"Apa kabar Mas?" sapa Kenzi sambil mengulurkan tangannya.
"Alhamdulillah baik Mas Ken. Cuma lagi ga enak badan aja nih," sahut Damar sambil tersenyum.
"Udah berobat belum?" tanya Kenzi.
"Ga perlu Mas. Ini cuma sakit biasa kok. Istirahat sebentar juga pasti sembuh," sahut Damar.
"Ini namanya bukan sakit biasa Pak. Kamu tuh sampe ga mau makan dan keluar kamar lho. Liat badanmu sampe abis begitu," sela Mina kesal.
Damar menoleh kearah sang istri lalu menggeleng.
"Kenapa kamu kesel gitu Bu. Aku baru sekarang sakit tapi kamu ngomongnya udah kaya aku ngerepotin kamu seumur hidup," kata Damar dengan nada tak suka.
"Bukan gitu Pak. Tapi kamu ... " ucapan Mina terputus karena Kenzi memberi isyarat agar dia mengalah.
Mina pun mengangguk lalu dengan terpaksa meninggalkan kamar. Dia berharap Kenzi bisa membujuk Damar untuk keluar dan berobat jika memang diperlukan.
Sepeninggal Mina, Damar pun mulai menceritakan apa yang menganggu pikirannya selama beberapa hari ini kepada Kenzi. Sayangnya Damar tak menceritakan apa pun mengenai Asih dan itu membuat Kenzi sedikit kesal.
"Maaf Mas. Tapi saya ngeliat sosok makhluk astral ada di kamar ini bahkan tadi sempat menduduki tubuhmu. Mungkin kehadirannya lah yang bikin kamu sakit kaya gini," kata Kenzi kemudian.
Tentu saja ucapan Kenzi membuat Damar terkejut. Selama ini Damar hanya mendengar dari cerita tentang kemampuan Kenzi yang bisa berinteraksi dengan makhluk astral. Dan baru kali ini dia membuktikannya. Bahkan Damar mendengar dan melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri bagaimana cara Kenzi berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata itu.
Sebelum bertanya, Damar nampak mengusap wajahnya lalu menghela nafas panjang.
"Sosoknya kaya gimana Mas?" tanya Damar sesaat kemudian.
"Wanita dewasa, berambut panjang dan bergaun selutut. Saya ga yakin warna gaunnya, mungkin merah atau coklat karena udah terlihat lusuh banget. Sekilas saya liat perutnya agak membuncit, mungkin dia sakit atau justru sedang hamil," sahut Kenzi sambil menatap sosok Asih yang ada di sudut kamar.
Tubuh Damar nampak menegang mendengar penuturan Kenzi. Wajahnya pun memucat. Dan saat dia bertanya, suaranya terdengar berat seolah sarat dengan rasa takut.
"Apa Mas Ken tau siapa namanya?" tanya Damar dengan suara serak.
"Dia bilang namanya Asih ...," sahut Kenzi.
Jawaban Kenzi membuat Damar terlonjak dari duduknya. Dia tak menyangka arwah istri pertamanya itu kembali mendatanginya bahkan mengikutinya.
"A-Asih?. Kenapa dia ngikutin saya Mas. Apa maunya?" tanya Damar panik.
"Keliatannya dia marah sama kamu Mas. Dia bilang dia ga akan pernah maafin kamu," sahut Kenzi sambil menatap arwah Asih yang nampak menyeringai.
"Saya ... apa salah saya. Kenapa dia mengganggu saya setelah sekian lama?" tanya Damar.
"Apa kamu beneran ga tau apa salah kamu sama Asih Mas?" tanya Kenzi sambil menatap Damar penuh selidik.
Damar nampak salah tingkah mendengar pertanyaan Kenzi. Untuk beberapa saat dia hanya membisu sambil berusaha mengatur nafasnya.
"Kalo kamu ga mau cerita gapapa Mas. Itu artinya saya ga bisa bantu kamu. Karena kamu ga butuh bantuan saya, ya ga ada gunanya juga saya di sini kan?. Maaf udah bikin kamu ga nyaman. Saya pamit ya Mas," kata Kenzi sambil bersiap meninggalkan kamar.
Damar menatap punggung Kenzi yang menjauh itu dengan tatapan bingung. Sebenarnya dia ingin dibantu, tapi rasa malu terlanjur mendominasi hingga membuat Damar ragu.
Tiba-tiba Damar menjerit saat merasa sakit yang amat sangat menyerang bahunya. Disusul rasa sesak yang membuatnya kesulitan mendapatkan pasokan oksigen seolah ada sebuah benda berat yang menghimpit tubuhnya dari berbagai arah.
Betapa terkejutnya Kenzi melihat kondisi Damar. Dan dia tahu arwah Asih lah penyebabnya.
Kenzi melihat bagaimana arwah Asih duduk di atas bahu Damar. Kedua kakinya yang semula menjuntai ke depan itu perlahan ditekuk hingga telapak kakinya menekan dada Damar. Itu lah yang membuat Damar merasa sesak nafas. Sambil duduk di atas bahu Damar, Asih juga nampak menatap Damar dengan marah sambil menekan kepalanya dengan kuat.
Karena iba melihat kondisi Damar, Kenzi pun kembali lalu meminta arwah Asih untuk turun.
"Jangan begini Asih. Turun lah, kasian dia," pinta Kenzi.
Ajaib. Sesaat setelah Kenzi menyelesaikan kalimatnya, Damar merasa sakit dan sesak yang dia rasakan lenyap seketika. Saat itu lah Damar yakin Kenzi bisa membantunya lepas dari kejaran arwah Asih.
Damar segera meraih tangan Kenzi lalu menggenggamnya dengan erat.
"Tolong saya Mas. Tolong bantu saya melepaskan diri dari kejaran Asih ...," pinta Damar penuh harap.
Kenzi pun menatap Damar dan arwah Asih bergantian lalu mengangguk. Kenzi senang karena kedatangan ke desa itu tidak sia-sa dan bisa membuahkan hasil.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
neng ade
pasti kesalahan Damar sm Asih sangat fatal hingga Asih menuntut balas
2024-10-14
0
Ali B.U
penasaran di tunggu up-nya kak
2024-10-06
2
Cahaya
lanjut Thor, sibuk apa sekarang, kok jarang up?
2024-10-06
2