Malam itu Kenzi nampak gelisah. Meski malam telah larut tapi Kenzi masih terjaga. Karena tak bisa memejamkan mata akhirnya Kenzi keluar dari kamar lalu berjalan mondar-mandir di ruang tengah sambil berpikir.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Kenzi memutuskan akan berangkat mengunjungi Rhea lebih awal yaitu besok pagi setelah sholat Subuh.
Kenzi merasa apa yang sedang Rhea hadapi tidak lah sederhana meski pun gadis itu terlihat santai.
Ya, walau Rhea belum menceritakan apa pun, tapi Kenzi tahu apa yang sedang sang anak hadapi. Rupanya arwah Asih sendiri lah yang membocorkan semuanya.
Awalnya, usai makan malam Kenzi duduk di ruang tengah untuk menyelesaikan pekerjaannya. Kenzi memilih duduk di ruang tengah karena di sana lah dia bisa berinteraksi dengan istrinya sambil menyelesaikan pekerjaannya.
Entah karena lelah atau memang mengantuk, Kenzi yang baru memulai pekerjaannya tiba-tiba menguap panjang. Kenzi bermaksud merelakskan tubuhnya sejenak dengan cara bersandar di sandaran kursi. Tapi sesaat kemudian dia justru tertidur lelap. Dalam tidurnya Kenzi dibawa ke sebuah peristiwa mengenaskan yang terjadi di masa lampau.
Ya sama seperti Rhea, Kenzi juga ada di salah satu gerbong kereta api itu. Bahkan Kenzi bisa melihat Rhea yang kebingungan. Kenzi berusaha mendekati Rhea tapi gagal karena kondisi gerbong yang lumayan padat. Alhasil Kenzi hanya bisa mengamati sang anak dari kejauhan dengan cemas.
Sambil terus mengawasi Rhea, Kenzi juga sesekali mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru gerbong. Saat itu lah tatapannya bertemu dengan tatapan Asih, seorang wanita hamil yang duduk sambil mengusap perutnya.
Tiba-tiba Asih berdiri lalu berjalan mendekati Kenzi dengan cepat. Kenzi tahu wanita itu bukan manusia tapi hanya sosok arwah karena berhasil melewati kepadatan penumpang dengan mudah.
"Kamu bisa melihatku juga kan?" tanya Asih sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Kenzi.
"Iya," sahut Kenzi lugas.
Asih pun tersenyum. Namun bagi Kenzi senyum Asih terlihat dingin cenderung menyeramkan karena mengandung dendam dan amarah.
"Apa yang terjadi?" tanya Kenzi tak sabar.
"Aku menyesali semua yang terjadi padaku. Tak seharusnya aku berada di sini. Karena kecerobohanku anakku jadi korban," sahut Asih sambil membelai perutnya dengan penuh sayang.
Kenzi ikut menatap kearah perut Asih sejenak. Setelahnya Kenzi membuang tatapannya kearah lain karena tak sanggup memberi tahu Asih tentang kondisi bayinya yang tak lagi bernyawa.
Seolah mengerti apa yang ada di kepala Kenzi, tiba-tiba Asih menangis. Sangat lirih dan menyedihkan.
"Tolong aku. Kumohon ...," pinta Asih di sela Isak tangisnya.
"Kamu ingin aku melakukan apa?" tanya Kenzi hati-hati.
"Cari dan temui ayah bayiku. Bilang sama dia, aku ga akan pernah memaafkan dia!" sahut Asih.
"Aku ga kenal ayah bayimu. Lalu gimana caranya aku bisa menyampaikan pesanmu?" tanya Kenzi dengan berani.
"Kamu mengenalnya. Dia Damar. Damaarr ... !" jerit Asih tepat di depan wajah Kenzi.
Kenzi terkejut bukan kepalang mendengar jawaban Asih. Akibat jeritan Asih membuat telinga Kenzi berdengung sakit. Ditambah aroma busuk yang menguar dari mulut Asih membuat Kenzi menahan nafas sambil memejamkan kedua matanya.
Kenzi masih memejamkan mata beberapa saat dan berharap Asih pergi menjauh setelah menyampaikan permintaannya tadi. Dan Kenzi terbangun saat aroma harum yang familiar menyapa Indra penciumannya. Kenzi pun tersenyum karena tahu aroma itu berasal dari tubuh istrinya. Senyum Kenzi makin terkembang saat melihat Ruci ada di hadapannya dan sedang berusaha membangunkannya.
"Pa, bangun. Katanya mau lembur, kok malah tidur sih," kata Ruci sambil menepuk pipi Kenzi beberapa kali.
Kenzi pun menghela nafas panjang lalu menegakkan tubuhnya dan kembali ke posisi semula.
"Kalo capek istirahat aja Pa," pinta Ruci sambil mengusap kepala Kenzi dengan lembut.
"Ga capek sih Ma. Cuma ... " ucapan Kenzi terputus karena Ruci memotong cepat.
"Cuma ketiduran. Sama aja Pa. Kalo udah tidur tanpa sengaja, artinya badan kamu udah terlalu lelah. Makanya perlu istirahat. Aku yakin kerjaan ini bisa kamu selesaikan di kantor besok. Ga usah ngoyo deh Pa, aku ga mau kamu sakit ya," kata Ruci gusar.
"Ok, aku beresin ini sebentar terus tidur deh," sahut Kenzi sambil tersenyum.
"Beneran ya," kata Ruci sambil menatap Kenzi lekat.
"Iya Sayang ...," sahut Kenzi sambil mengacak rambut Ruci dengan gemas.
Ruci pun tertawa lalu melangkah ke depan televisi. Setelahnya Ruci memadamkan lampu ruang tengah sebagai isyarat agar Kenzi menyudahi pekerjaannya.
Kenzi segera merapikan meja lalu menghampiri Ruci yang masih setia menunggunya di depan pintu kamar. Kemudian keduanya masuk ke kamar untuk beristirahat.
Tapi satu jam kemudian Kenzi keluar dari kamar. Selain ingin menyendiri, Kenzi juga tak ingin mengganggu tidur istrinya. Dan Kenzi memilih berada di ruang tengah hingga detik ini.
Lamunan Kenzi buyar saat sebuah notifikasi masuk ke ponselnya. Dan Kenzi pun tersenyum saat mengetahui ijin cutinya dikabulkan sang atasan yang merupakan teman baiknya.
"Seminggu ya Ken. Ga lebih," tulis Garin dalam pesan teksnya.
"Ok. Thanks honey," balas Kenzi cepat dan tak lupa menambahkan emoticon love.
Kenzi sengaja melakukannya karena tahu Garin benci kaum pelangi.
Bisa ditebak bagaimana reaksi Garin. Pria itu langsung menelepon Kenzi dan marah-marah. Kenzi hanya tertawa mendengar ucapan sang atasan.
"Kalo lo masih mau kerja sama gue, jangan sekali-kali ngerayu gue kaya gitu Ken!" kata Garin lantang.
"Becanda Gar, masa gitu aja marah. Jangan terlalu serius lah, ntar cepet tua lho," sahut Kenzi sambil tertawa.
"Sialan, gue ga suka becanda lo. Awalnya gue pengen transfer uang buat nambahin uang jajan lo pas mudik nanti. Tapi karena lo songong, gue ga jadi transfer. Oh satu lagi, gue batalin ijin cuti lo yang seminggu itu. Jadi cuti lo cuma tiga hari ya Ken. Inget itu!" kata Garin di akhir kalimatnya.
"Bodo amat," gumam Kenzi sambil tertawa.
Kenzi tahu Garin tak serius dengan ucapannya tadi. Buktinya Garin langsung merespon pesannya meski pun dikirim saat dini hari.
Setelah mengantongi ijin dari Garin, Kenzi pun kembali ke kamar untuk membangunkan Ruci. Dia bermaksud mengajak Ruci sholat tahajud karena jam telah menunjukkan pukul setengah empat pagi.
Tapi saat tiba di kamar Kenzi justru melihat Ruci sedang berdoa di atas sajadah. Kenzi pun tersenyum lalu bergegas pergi ke kamar mandi untuk berwudhu.
\=\=\=\=\=
Perjalanan Kenzi dan Ruci dengan mobil pun berjalan lancar. Mereka tiba di depan rumah saat sore hari.
Rhea dan Eza nampak antusias menyambut kedatangan Kenzi dan Ruci.
Setelah saling mengurai pelukan mereka duduk lesehan di lantai ruang tamu.
"Kemana sofa yang biasanya ada di sini?" tanya Ruci penasaran.
"Rusak gara-gara kak Eza Ma," sahut Rhea sambil melirik kearah Eza.
"Kok aku sih Rhe," protes Eza.
"Emangnya siapa, setan?. Kan kamu yang banting aku ke sofa itu sampe sofanya hancur Kak," sahut Rhea sambil cemberut.
"Eh, maksud kamu gimana Rhe. Kamu dibanting sama Eza, kok bisa sih Za?!" tanya Ruci sambil melotot kearah Eza.
"Maaf Kak, ga sengaja. Aku kan lagi jalan, eh tau-tau Rhea main naik aja ke punggung aku. Karena kaget, refleks aku tepis. Ga taunya Rhea malah jatoh di atas sofa," sahut Eza sambil nyengir.
"Itu bukan ga sengaja namanya. Lagian kamu udah besar Za, tenagamu juga kan bertambah. Pasti Rhea kesakitan deh dibanting sama kamu kaya gitu. Buktinya sofanya aja sampe hancur," kata Ruci kesal.
Melihat Eza dimarahi sang mama Rhea nampak tersenyum puas. Sedangkan Eza nampak menggaruk tengkuknya sambil melirik tajam kearah Rhea.
Kenzi yang menyaksikan tingkah Ruci, Rhea dan Eza pun nampak menggelengkan kepala. Sesaat kemudian dia pun melerai keributan kecil itu.
"Sssttt ... udah lah Ma. Mereka cuma bercanda kok. Biasa kan?. Coba Mama liat Rhea, dia baik-baik aja tuh," kata Kenzi.
Ruci pun mengamati Rhea sejenak lalu menghela nafas panjang. Setelahnya dia bangkit meninggalkan Kenzi, Rhea dan Eza untuk istirahat di kamar.
"Kalo gitu Mama ke kamar dulu Pa. Mau tiduran dulu sebentar," kata Ruci sambil menguap.
"Iya Ma," sahut Kenzi sambil tersenyum.
"Aku juga mau ke dapur bikin kopi, Abang mau ga?" tanya Eza.
"Boleh, makasih ya Za," sahut Kenzi.
"Sama-sama Bang," sahut Eza sambil berlalu.
Setelah Ruci dan Eza berlalu, Rhea pun segera menceritakan apa yang pernah dia alami selama tinggal di desa itu. Kenzi mendengarkan semuanya dengan seksama.
"Papa ditemuin sama arwah wanita yang mirip Utami itu Rhe, itu sebabnya Papa mempercepat kedatangan Papa ke sini," kata Kenzi.
"Masa sih Pa. Kapan?" tanya Rhea.
"Semalam. Nama wanita itu Asih. Keliatannya dia marah banget sama wak Damar. Mungkin mereka berdua punya masalah di masa lalu yang belum selesai. Makanya Asih masih berkeliaran sampe sekarang," sahut Kenzi.
"Masuk akal sih. Terus gimana cara kita bantuin mereka Pa?" tanya Rhea.
"Papa belum tau Rhe. Tolong kasih Papa waktu buat istirahat sebentar ya. Papa capek banget abis bawa mobil seharian tadi," sahut Kenzi.
Rhea pun mengangguk. Dia tahu sang papa perlu waktu untuk berpikir. Dalam hati Rhea berharap Kenzi segera memperoleh cara menyelesaikan urusan Asih dengan Damar.
Tak lama kemudian Eza kembali sambil membawa nampan berisi empat cangkir kopi. Kenzi pun menyambut antusias secangkir kopi panas yang disodorkan Eza padanya.
Setelah meneguk kopinya perlahan, Kenzi pun terlihat jauh lebih baik dan itu membuat Rhea ikut merasa senang.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ali B.U
next
2024-10-06
1