Utami terbangun saat merasa ada tepukan di pipinya. Terasa panas karena dilakukan berulang-ulang. Tak hanya tepukan, Utami juga mendengar suara sang ibu yang memanggil namanya dengan cemas.
"Utami, kamu kenapa Nak?. Utami ... !" panggil ibu Utami.
Utami pun membuka kedua matanya perlahan. Saat melihat kedua mata sang anak terbuka, ibu Utami nampak tersenyum.
"Alhamdulillah akhirnya ...," kata ibu Utami sambil membantu Utami duduk di lantai.
Utami pun meraba belakang kepalanya yang terasa nyeri.
"Ssshhh ..., sakit banget sih," gumam Utami sambil meringis.
"Ya pasti sakit lah kalo jatohnya kepala duluan. Lagian kamu kenapa sih, kok bisa-bisanya tidur di depan pintu begini?" tanya ibu Utami.
Seolah baru menyadari keberadaannya, Utami pun segera melompat dari duduknya lalu meraih handle pintu untuk membuka pintu.
"Mau kemana Ut?. Bahaya buka pintu sebelum Subuh. Kan belum banyak orang yang keluar rumah sepagi ini," kata ibu Utami sambil menahan pintu dengan tangannya.
"Mau liat kereta Bu," sahut Utami.
"Kereta apa?. Jangan ngaco deh kamu," kata ibu Utami sambil menarik Utami agar menjauh dari pintu.
"Aku ga ngaco Bu. Tadi aku denger suara kereta api lewat di depan rumah kita. Suaranya kenceng banget. Karena penasaran, aku keluar dari kamar dan ngeliat ada kereta api lewat di depan rumah. Abis itu aku inget di sekitar sini kan ga ada rel kereta. Kalo ada kereta api lewat tanpa rel, artinya itu kereta hantu. Itu sebabnya aku pingsan tadi Bu," sahut Utami gusar.
"Jangan mengada-ada deh kamu. Itu pasti cuma mimpi dan mimpi itu bunganya tidur," kata ibu Utami tak mau kalah.
"Tapi Bu ... " ucapan Utami terputus karena sang ibu memotong cepat.
"Cukup, sekarang kamu masuk ke kamar dan jangan keluar kalo ga ibu panggil," kata ibu Utami sambil melotot.
Dengan terpaksa Utami pun masuk ke dalam kamar meninggalkan sang ibu yang masih mengomel.
\=\=\=\=\=
Sepanjang hari itu Utami terus memikirkan pengalaman anehnya. Utami juga merasa tak nyaman dengan mimpinya. Karena tak tahu harus bercerita pada siapa, akhirnya Utami menghubungi Rhea.
Rhea nampak antusias saat Utami mengajaknya bertemu. Saking antusiasnya dia mengabaikan pertanyaan Eza.
Keesokan harinya Rhea mengayuh sepeda dengan cepat ke tempat pertama kali dia bertemu Utami.
Dari kejauhan Rhea sudah bisa melihat Utami yang berdiri gelisah di pinggir jalan. Beruntung jam kerja pabrik sudah mulai hingga tak terlihat satu pun karyawan pabrik di sekitar tempat itu.
"Utami ... !" sapa Rhea sambil tersenyum.
"Hai Rhe," sahut Utami datar.
Mendengar jawaban Utami yang datar membuat Rhea kecewa. Tapi hanya sebentar karena setelahnya Rhea justru meminta Utami naik ke atas sepeda.
"Buat apa?" tanya Utami.
"Kita harus cari tempat yang enak buat ngobrol Utami. Ga mungkin kita ngobrol di sini karena aku yakin banyak yang bakal kita bahas. Iya kan?" tanya Rhea.
Utami pun mengangguk lalu naik ke boncengan sepeda yang dikendarai Rhea.
Sesuai arahan Utami, akhirnya Rhea berhenti di sebuah saung yang ada di pinggir jalan. Saung itu berhadapan dengan sawah warga.
"Emangnya gapapa kalo kita di sini. Ntar kalo yang punya marah gimana?" tanya Rhea.
"Gapapa kok. Saung ini emang biasa dipake warga buat istirahat. Tuh, yang punya lagi garap sawah," sahut Utami sambil menunjuk sepasang suami istri yang sedang menanam padi di tengah sawah.
"Tapi ijin dulu lah Ut. Ga enak kalo mereka ngeliat kita seenaknya aja pake saung," kata Rhea setengah memaksa.
"Iya iya. Cerewet banget sih kamu," sahut Utami sambil melangkah menyusuri pematang sawah untuk menemui kedua petani itu.
Rhea mengamati dari jauh apa yang Utami lakukan. Tak lama kemudian kedua petani tersebut nampak menoleh kearah Rhea sambil mengacungkan jari jempol di atas kepala seolah memberi isyarat bahwa mereka tak keberatan Rhea dan Utami menggunakan saung milik mereka.
Rhea pun tersenyum lebar sambil menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada sebagai ungkapan terima kasih.
Setelah Utami kembali, Rhea pun mulai membuka pembicaraan. Dia kembali meminta maaf atas ucapannya yang membuat Utami tersinggung. Rhea juga menjelaskan alasan mengapa dia mencurigai Utami.
Selama Rhea bicara, Utami hanya diam sambil menyimak baik-baik.
"Aku udah maafin kamu Rhea," kata Utami kemudian.
"Alhamdulillah. Yang bener Rhe?" tanya Rhea.
"Iya. Sebenarnya aku ngajak kamu ketemu juga mau cerita sesuatu Rhe. Tapi janji jangan kasih tau Isma ya. Aku khawatir dia malah nuduh yang aneh-aneh nanti," pinta Utami.
"Iya. Aku janji ga bakal ngelibatin Isma," sahut Rhea.
Utami pun tersenyum lalu mulai menceritakan mimpi anehnya. Rhea nampak termenung mendengar cerita Utami. Dia mencoba menghubungkan mimpi Utami dengan mimpinya sendiri.
"Mimpi itu terasa nyata banget Rhe. Aku juga masih ngerasa sisa sentuhan laki-laki tua itu di pipi dan perutku. Dan ini benar-benar bikin aku ga nyaman," kata Utami sambil bergidik.
Dan saat Utami menceritakan pengalamannya melihat kereta ghaib itu, Rhea pun terkejut.
"Jadi menurut kamu itu kereta api hantu Ut?" tanya Rhea.
"Iya lah. Terus apa namanya kalo bukan kereta api hantu. Kan kamu tau ga ada rel kereta api yang melintas di depan rumahku. Kalo ada, kok aku ga pernah tau," sahut Utami cepat.
"Gimana wujud kereta api itu Ut?" tanya Rhea penasaran.
"Kereta api itu terbuat dari besi Rhe. Warnanya hitam legam, suaranya berisik banget, kayanya di dalamnya juga banyak orang karena aku liat bayangan orang di tiap gerbongnya. Dan bahan bakarnya masih pake batu bara soalnya ada kepulan asap di atasnya. Itu juga yang bikin aku sadar kalo kereta api itu bukan kereta biasa. Karena jaman sekarang kan kereta api udah pake listrik, jadi ga mungkin berasap begitu," sahut Utami.
"Beneran begitu wujudnya Ut?" tanya Rhea dengan suara tercekat.
"Iya. Emang kamu pikir aku lagi ngarang Rhe?" tanya Utami mulai kesal.
"Bukan gitu Ut. Justru apa yang kamu liat itu aku juga pernah liat kok," sahut Rhea.
"Hah. Yang bener Rhe?!" tanya Utami sambil menatap Rhea lekat.
"Iya. Aku sengaja nanya karena mau mastiin kalo yang kita liat itu kereta api yang sama Ut," sahut Rhea lirih.
Untuk sejenak Utami dan Rhea terdiam. Mereka seolah sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Jangan-jangan ini jawaban dari pertanyaanku selama ini ya Ut," kata Rhea tiba-tiba hingga membuat Utami menoleh.
"Pertanyaan apa Rhe?" tanya Utami.
"Sebenernya waktu aku datang ke sini, malam pertama aja aku udah diperdengarkan suara kereta api misterius itu Ut. Pas aku tanya sama wak Damar, beliau cuma bilang kalo aku halu karena jalur kereta api yang pernah ada di lereng bukit udah ditutup akibat tertimbun longsor. Awalnya aku percaya. Tapi saat aku mimpi naik kereta api dan ngeliat semua kejadian naas itu, aku jadi curiga dan mulai nyari tau," sahut Rhea.
"Tapi kamu curiganya ngasal Rhe. Masa aku masuk ke dalam daftar orang yang kamu curigai juga," kata Utami kesal.
"Itu karena aku ngeliat kamu di dalam mimpi aku Ut," sahut Rhea.
"Masa sih Rhe?" tanya Utami tak percaya.
"Iya. Di mimpi aku yang naik kereta naas itu, aku ngeliat kamu lagi duduk sambil merem Ut. Aku sempet kaget ngeliat perut kamu yang membuncit kaya orang hamil. Pas aku mau deketin kamu, eh keretanya kecelakaan. Awalnya ada benturan keras disertai lampu gerbong yang mati total. Ga lama setelahnya terdengar jeritan semua penumpang yang ketakutan saat tanah menerobos masuk melalui jendela dan menimbun semuanya. Kejadiannya cepet banget Ut. Aku aja sampe bingung ngingetnya," sahut Rhea sambil mengusap wajahnya.
"Jangan-jangan itu gambaran kejadian kecelakaan sesungguhnya yang nimpa kereta itu Rhe," kata Utami.
"Aku juga nebak begitu Ut. Makanya saat ketemu kamu lagi aku langsung kabur menghindar. Soalnya waktu itu aku takut banget dan sempet ngirain kamu adalah hantu wanita hamil yang gentayangan. Aku pikir kamu sengaja nemuin aku karena mau minta tolong supaya jasadmu dan para penumpang kereta api naas itu disempurnain," sahut Rhea.
Utami nampak membulatkan mata mendengar ucapan Rhea.
"Tapi aku bukan hantu Rhe!" kata Utami lantang.
"Iya tau. Aku kan udah minta maaf tadi," sahut Rhea sambil nyengir.
Utami pun mendengus kesal mendengar ucapan Rhea.
"Atau jangan-jangan kamu lahir kembali melalui orangtuamu hanya untuk membalas dendam Ut," kata Rhea tiba-tiba.
"Maksud kamu apa sih Rhe?" tanya Utami tak mengerti.
"Maksud aku, wanita mirip kamu yang aku liat di kereta api itu ya memang kamu tapi di tahun yang berbeda. Karena kamu meninggal ga wajar, makanya kamu memilih lahir kembali walau dari pasangan orangtua yang berbeda. Dan itu disebut reinkarnasi. Kalo dalam Islam ga ada istilah kelahiran kembali atau reinkarnasi ini. Tapi dalam kepercayaan agama lain ada Ut," sahut Rhea.
"Gitu ya. Dan orang yang menjadi tujuan balas dendam aku di masa lalu adalah bapaknya Isma. Begitu Rhe?" tanya Utami.
"Betul. Keliatannya wak Damar punya istri lain sebelum menikahi ibunya Isma. Dan istri pertamanya itu ya kamu tapi dengan nama lain Ut. Mungkin meninggalnya kamu dan para penumpang kereta api lainnya melibatkan wak Damar. Atau justru ada pesan khusus yang ingin wanita itu sampaikan ke Wak Damar, tapi ga sempet diucapkan karena keburu meninggal dalam kecelakaan tragis itu. Makanya Wak Damar lah orang yang diperlihatkan di dalam mimpi kamu kemarin," sahut Rhea.
"Ya Allah. Terus aku harus gimana Rhe?. Aku ga mau jadi media balas dendam orang yang udah meninggal. Aku takut Rhe!" kata Utami panik.
"Tenang dulu ya Ut. Aku bakal cari bantuan secepatnya biar kamu ga terlibat sama urusan balas dendam ini," sahut Rhea.
"Janji cari bantuan ya. Tapi jangan lama-lama Rhe, aku takut ...," kata Utami sambil menggenggam jemari Rhea dengan erat.
Rhea pun mengangguk mengiyakan.
\=\=\=\=\=
Dan orang yang dihubungi Rhea untuk membantunya adalah Kenzi, papa kandungnya sendiri.
Saat dihubungi oleh putri semata wayangnya, Kenzi sedang berada di rumah. Dia baru saja tiba dari kantor. Ruci yang sedang menyiapkan makan malam pun tersenyum saat mendengar sapaan khas Kenzi pada anak tunggal mereka itu.
"Papa sibuk ga?" tanya Rhea setelah saling menanyakan kabar masing-masing.
"Lumayan. Ada apa Nak?" tanya Kenzi sambil menyesap kopi yang disuguhkan Ruci.
"Susah nyeritainnya Pa. Kalo bisa Papa sama mama ke sini deh. Ntar kalo udah sampe aku ceritain semuanya," sahut Rhea.
"Alasan. Bilang aja kamu kangen sama papa dan Mama," sindir Ruci.
"Ga kebalik ya. Bukannya Mama yang kangen sama aku?" sahut Rhea sambil menaik turunkan alisnya.
Ruci pun berdecak sebal mendengar jawaban sang anak sedangkan Rhea dan Kenzi nampak tertawa puas.
"Gimana Pa, bisa ga?" tanya Rhea sesaat kemudian.
"Weekend papa ada waktu luang Rhe. Insyaa Allah papa sama mama ke sana deh ngunjungin kamu," sahut Kenzi.
"Yeeyyy .... Papa emang the best. Aku tunggu ya Pa!" sahut Rhea antusias.
Kenzi dan Ruci pun tertawa melihat reaksi sang anak.
"Sekarang udahan dulu ya, papa mau sholat Maghrib nih. Udah hampir azan tuh," kata Kenzi sambil melirik kearah jam dinding.
"Ok Papa. Love you both so much," kata Rhea sambil memonyongkan bibirnya.
"Love you too sweetheart" sahut Kenzi dan Ruci bersamaan.
Setelah pembicaraan dengan Rhea berakhir, Kenzi pun bergegas masuk ke kamar untuk membersihkan diri.
"Apa kamu serius mau ke sana Pa?" tanya Ruci.
"Iya Ma. Kamu ikut kan?" tanya Kenzi.
"Ikut dong," sahut Ruci cepat hingga membuat Kenzi tersenyum.
"Aku tau ini moment yang paling kamu tunggu. Iya kan?" kata Kenzi sambil mendaratkan kecupan singkat di kening sang istri.
Ruci pun mengangguk sambil tersenyum.
Setelah saling mengurai pelukan Ruci pun meraih tas dari dalam lemari. Kenzi hanya bisa menggelengkan kepala melihat betapa antusiasnya Ruci mempersiapkan keberangkatan mereka yang masih beberapa hari ke depan.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Ali B.U
next.
2024-10-03
1