Jika Rhea bersikeras Utami adalah sosok jelmaan hantu yang gentayangan, maka hal berbeda justru dirasakan Isma.
Saat berkenalan dengan Utami tadi Isma merasa familiar seolah mereka pernah bertemu sebelumnya. Dan perasaan itu terus terbawa hingga malam menjelang tidur.
Malam itu Isma berbaring di tempat tidurnya sambil terus berusaha mengingat dimana pernah bertemu Utami. Tapi sayang, setelah beberapa saat mencoba, Isma gagal mengingat siapa Utami.
Selain itu Isma juga penasaran dengan reaksi Damar saat makan keripik pisang yang dibawa Eza tadi.
"Wah ada keripik pisang. Beli dimana Is?" tanya Damar sambil meraih keripik pisang tersebut dari dalam toples.
"Ga beli Pak. Itu oleh-oleh dari mas Eza," sahut Isma.
"Oh gitu. Enak juga. Tapi ... " Damar sengaja memutus ucapannya hingga membuat Isma dan Mina menoleh.
"Tapi apa Pak?" tanya Mina.
"Mmm ... gapapa Bu. Ini, maksudku keripik ini kenapa rasanya kaya ... " lagi-lagi Damar memutus ucapannya.
Tak hanya menggantung ucapannya, Damar bahkan meneguk air sebanyak-banyaknya agar keripik pisang yang ada di mulutnya bisa segera tertelan. Setelahnya Damar meninggalkan Isma dan Mina begitu saja hingga membuat keduanya bingung.
"Bapak kenapa sih Bu?" tanya Isma.
"Mana ibu tau Is. Kamu kan denger dan liat sendiri Bapakmu pergi tanpa menyelesaikan kalimatnya tadi," sahut Mina sambil menggedikkan bahu.
Karena penasaran Isma dan Mina sama-sama meraih keripik pisang itu lalu memakannya.
"Enak kok," kata Mina sambil terus mengunyah.
"Iya. Terus kenapa bapak kaya orang mual begitu ya Bu. Sampe minum air banyak banget lho tadi," kata Isma.
"Ck, bapakmu itu kan emang begitu Is. Bercandanya suka berlebihan, mengada-ada biar kita panik," sahut Mina sambil tersenyum.
Isma pun ikut tersenyum mendengar jawaban sang ibu. Meski Isma tak bicara lagi setelahnya, tapi dia terus mengingat kalimat Damar yang menggantung tadi hingga menjelang tidur.
"Emangnya keripik itu buatan siapa sih. Kenapa bapak langsung kabur kaya orang ketakutan sehabis memakan keripik itu. Mungkin keripik pisang itu buatannya Utami dan jangan-jangan bapak kenal juga sama Utami. Itu sebabnya kenapa bapak langsung mual karena tau siapa yang bikin keripik pisang itu. Pantesan aku merasa familiar banget sama wajahnya, ternyata dia kenalannya bapak. Tapi Utami kayanya ga kenal sama bapak. Buktinya dia ga tanya soal bapak sama sekali walau udah sampe di depan rumah ini tadi," batin Isma gusar.
Akhirnya malam itu terlewati begitu saja. Dan keesokan harinya Isma sengaja menemui Rhea untuk membicarakan tentang Utami.
"Pucuk dicinta ulam pun tiba," batin Rhea saat mendengar ucapan Isma.
"Dan sampe sekarang aku masih belum bisa inget siapa Utami itu lho Rhe," kata Isma kemudian.
"Sebenernya aku udah kenal sama Utami. Ga sengaja kenalan waktu abis ngikutin kamu ke pabrik tempat kamu kerja itu Is. Nah pas pulang ke rumah, Wak Damar nyuruh aku naro sepeda di halaman samping. Saat itu aku liat sampah lagi dibakar di tempat biasa. Tadinya aku ga peduli. Tapi pas balik ke depan aku kaget karena ga sengaja ngeliat foto-foto lawas yang terbakar. Dan kamu tau Is, diantara foto-foto itu ada fotonya Utami lho," kata Rhea berapi-api.
"Foto Utami?" ulang Isma.
"Iya. Dan yang bikin aku kaget karena yang bakar foto itu ya bapakmu," sahut Rhea.
"Masa sih Rhe?" tanya Isma tak percaya.
"Kok kamu kaya ga percaya gitu sih Is. Sekarang coba kamu pikir, kalo kamu merasa kenal sama Utami, jangan-jangan ya karena kamu pernah melihatnya di foto yang disimpan bapakmu," sahut Rhea berusaha meyakinkan.
"Masuk akal juga. Mungkin itu sebabnya aku merasa familiar sama wajahnya ya Rhe," kata Isma.
"Iya. Nah, sekarang coba kamu ingat-ingat lagi siapa Utami. Keluarga atau kerabat mungkin?" saran Rhea.
"Lupa Rhe ...," kata Isma sambil menggelengkan kepala.
"Ck, gimana sih Is. Masih muda tapi udah pikun," gerutu Rhea yang disambut tawa oleh Isma.
"Biar aku tanya bapak aja nanti Rhe," kata Isma sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Eh, jangan Is!" kata Rhea.
"Lho, kenapa Rhe?" tanya Isma tak mengerti.
"Kalo dari ceritamu tentang reaksi wak Damar yang berubah aneh setelah makan keripik pisang semalam, kayanya ada sesuatu deh Is. Dan aku yakin bapakmu itu bakal pura-pura menghindar saat ditanya tentang Utami. Makanya lebih baik ajak Utami ketemu sama bapakmu langsung. Kita liat gimana reaksi mereka berdua. Mudah-mudahan sih ga ada apa-apa diantara mereka ya," kata Rhea.
"Kamu nuduh bapakku selingkuh sama Utami Rhe?!" tanya Isma dengan mimik wajah tak suka.
"Bukan nuduh Is, cuma membantu kamu membuktikan kecurigaan kamu aja kok. Emangnya kamu mau bapakmu punya istri selain ibumu?" tanya Rhea.
"Ya ga mau lah. Aku ga rela ibuku dimadu apalagi sama Utami yang umurnya ga beda jauh sama aku," sahut Isma cepat.
"Nah, kalo gitu buktiin dong," kata Rhea memprovokasi.
"Ck, tapi gimana caranya Rhe?" tanya Isma putus asa.
"Gampang. Ntar biar aku minta tolong sama kak Eza buat bikin janji sama Utami. Aku yakin dia nyimpen nomor teleponnya Utami setelah pulang bareng semalem," sahut Rhea.
"Begitu juga boleh Rhe. Makasih ya, aku jadi ngerasa lebih tenang sekarang," kata Isma.
"Sama-sama Is. Sekarang kamu berangkat gih, ntar kesiangan lho," kata Rhea mengingatkan.
"Iya. Kamu ga ikut lagi Rhe?" tanya Isma sambil melangkah menuju sepeda miliknya yang diparkir di teras rumah.
"Ga Is, lagi males. Capek ...," sahut Rhea.
Isma tersenyum mendengar jawaban Rhea. Tak lama kemudian gadis itu pun mengayuh sepedanya meninggalkan Rhea yang masih berdiri di teras rumah.
\=\=\=\=\=
Dengan sedikit kerja keras akhirnya keinginan Rhea untuk mempertemukan Utami dengan Damar pun bisa terwujud. Meski Eza menolak menghubungi Utami, tapi Rhea tak kehabisan akal.
"Kalo gitu aku aja yang nelepon Utami. Bagi nomornya kak," pinta Rhea.
Eza pun memberikan ponselnya dan membiarkan Rhea mencari sendiri nomor telepon Utami.
Di luar dugaan, Utami bersedia memenuhi undangan Rhea. Dia datang menemui Rhea di tempat yang telah disepakati yaitu sebuah kios baso yang lumayan terkenal di tempat itu.
Dalam pertemuan itu Rhea meminta maaf atas sikapnya yang tak bersahabat dan terkesan menghindari Utami.
"Waktu itu aku kebelet pup," kata Rhea berbohong.
"Oh gitu, aku kira kamu ga suka ketemu aku Rhe. Bahkan aku juga sempet mikir kalo kamu takut sama aku. Aneh kan?" tanya Utami sambil tersenyum.
"Ngapain aku takut sama kamu, kamu kan bukan hantu Ut," sahut Rhea yang disambut senyum Utami.
"Maaf aku telat ya ...," sapa Isma tiba-tiba.
Rhea dan Utami pun menoleh. Jika Rhea nampak tersenyum menyambut Isma tapi tidak dengan Utami. Gadis itu nampak mengerutkan keningnya karena mencium ada sesuatu di balik pertemuan yang diatur Rhea hari itu.
"Ga terlambat kok Is. Eh, gapapa kan kalo aku ngajak Isma sekalian?" tanya Rhea sambil menatap Utami.
"Gapapa Rhe. Banyak orang kan tambah rame dan seru," sahut Utami sambil berusaha tersenyum.
"Apa kabar Ut?" sapa Isma sambil mengulurkan tangannya.
"Alhamdulillah baik. Wah ternyata kamu kerja di pabrik itu ya Is. Udah lama?" tanya Utami sambil mengamati Isma dari atas kepala hingga ujung kaki dengan takjub.
"Baru setahun Ut. Kenapa, kamu mau juga daftar jadi karyawan?" tanya Isma basa-basi.
"Mau sih, tapi sayang ga boleh sama Emak," sahut Utami dengan nada kecewa.
"Lho kenapa?" tanya Rhea dan Isma bersamaan.
"Ga tau. Emak lebih suka aku bantuin dia jualan sayur di pasar. Karena banyak waktu luang sepulang dari pasar, makanya aku inisiatif bikin keripik pisang. Setelahnya aku kirim ke warung-warung dan toko di stasiun," sahut Utami.
Rhea dan Isma nampak saling menatap sambil tersenyum mendengar jawaban Utami. Keduanya senang seolah menemukan jalan untuk mencari tahu tentang Utami tanpa harus bersusah payah mencari bahan obrolan.
"Jadi keripik pisang yang kemarin dibawa kak Eza itu buatan kamu?" tanya Rhea pura-pura tak tahu.
"Iya," sahut Utami sambil tersenyum.
"Keripik pisang buatan kamu enak Ut. Kamu belajar darimana bisa bikin keripik seenak itu?" tanya Isma.
"Kreasi sendiri Is. Awalnya iseng nyoba-nyoba karena banyak pisang mateng di belakang rumah. Pas udah jadi aku kirim ke tetangga dan mereka bilang enak. Makanya aku bikin lagi lalu aku jual di lapak Emak di pasar. Alhamdulillah laku," sahut Utami.
"Sampe sekarang masih bikin?. Kalo perlu banyak bisa pesen ga?" tanya Rhea.
"Belum pernah ada yang pesen banyak sih Rhe. Lagian aku bikin keripik cuma pas pohon di belakang rumah berbuah aja kok. Lumayan kan buat nambah penghasilan," sahut Utami sambil tersenyum.
Tiba-tiba Isma berdiri lalu memanggil seseorang yang kebetulan melintas di depan kios.
"Isma manggil siapa Rhe?" tanya Utami.
"Bapaknya," sahut Rhea sambil bangkit dari duduknya.
Tak lama kemudian Damar menghampiri Isma yang berdiri di ambang pintu.
"Kamu sama siapa di sini Is?" tanya Damar setelah Isma mencium punggung tangannya.
"Sama Rhea dan Utami Pak," sahut Isma sambil bergeser hingga Damar bisa melihat Rhea dan Utami.
Jika Damar tersenyum saat Rhea mencium punggung tangannya, tapi saat melihat Utami wajahnya nampak menegang dan kedua matanya membola. Apalagi saat Utami mendekat lalu mencium punggung tangannya dengan takzim, Damar nampak shock.
Reaksi Damar tak lepas dari pengamatan Rhea dan Isma. Diam-diam keduanya saling menatap sambil mengangguk samar.
"Bapak sakit ya. Kok muka Bapak pucet banget?" tanya Isma cemas.
"Bapak emang lagi ga enak badan Is. Bapak pulang duluan ya," sahut Damar sambil membalikkan tubuhnya lalu melangkah cepat keluar kios.
"Eh, aku anter ya Pak," kata Isma sambil mengejar sang ayah.
Damar mengangguk dan membiarkan Isma mengendarai motornya sedangkan dia duduk di belakang Isma.
Aksi Damar dan Isma sempat membuat Utami bingung. Namun Rhea berhasil menenangkan Utami dan mengajaknya duduk.
"Apa kamu ga kenal sama bapaknya Isma, Ut. Maksudku mungkin pernah ketemu dimana gitu?" tanya Rhea sesaat kemudian.
"Aku ga tau Rhe. Mungkin pernah ya," sahut Utami ragu.
"Tapi ngeliat reaksi bapaknya Isma tadi bikin aku curiga dan ngira kalian saling kenal lho Ut," kata Rhea sambil menatap Utami lekat.
Mendengar pertanyaan Rhea yang menyudutkan itu membuat Utami tak enak hati. Utami menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan Rhea.
"Kalo pertemuan ini cuma untuk memaksa aku mengakui hubungan yang ga pernah ada, lebih baik aku pergi Rhe," kata Utami sambil bangkit dari duduknya.
"Maaf Utami. Aku ga bermaksud nuduh. Aku cuma ... " ucapan Rhea terputus karena Utami memotong cepat.
"Kamu salah orang Rhe. Aku ga kenal sama bapaknya Isma dan aku bukan pelakor," kata Utami sambil melangkah keluar kios dengan cepat.
"Utami tunggu!" panggil Rhea tapi Utami tak peduli.
Tiba di depan kios baso Utami memanggil ojeg motor yang mangkal di pinggir jalan. Setelahnya dia pergi tanpa menoleh lagi.
Di perjalanan Utami terus memikirkan ucapan Rhea. Dia sendiri bingung mengapa saat melihat Damar ada rasa aneh yang berkecamuk di dalam hatinya. Perasaan senang sekaligus marah yang berbaur jadi satu dan membuatnya ingin menangis.
Akhirnya Utami tak lagi bisa membendung tangisnya. Anehnya Utami tak tahu mengapa dia menangis, mungkin karena ucapan Rhea atau justru karena Damar. Yang Utami tahu setelah menangis perasaan sesak yang memenuhi rongga dadanya terasa berkurang dan membuatnya bisa bernafas lega.
Tanpa Utami sadari, di belakangnya ada Rhea yang sedang mengikuti dirinya menggunakan ojeg motor.
Rhea memang penasaran dengan jati diri Utami. Rhea berharap Utami benar-benar manusia dan bukan hantu seperti dugaannya selama ini.
Saat melihat Utami berhenti di depan sebuah rumah sederhana, Rhea pun meminta pengendara motor untuk berhenti.
"Tunggu sebentar ya Pak. Saya cuma sebentar kok," kata Rhea.
"Lama juga gapapa Mbak," sahut pengendara motor sambil tersenyum.
Rhea pun mengangguk lalu bergegas mengejar Utami tapi terlambat. Utami telah masuk ke dalam rumah. Beruntung pintu masih terbuka hingga Rhea bisa melihat suasana di dalam rumah Utami yang bersih dan terawat. Sapaan seorang wanita yang diduga ibu kandung Utami pun mengejutkan Rhea.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
neng ade
Rhea katahuan ngintip sm ibu nya Utami..
2024-10-12
0
Ali B.U
penasaran lanjut kak
2024-09-30
2