6. Siapa Utami ?

Rhea terus mengayuh sepedanya hingga tiba di rumah Damar. Istri Damar yang sedang memberi makan ayam-ayam peliharaannya pun terkejut melihat penampilan Rhea yang kusut.

"Assalamualaikum Wak!" sapa Rhea saat melintasi pintu pagar.

"Wa alaikumsalam," sahut Mina sambil menatap Rhea yang melintas di depannya dengan tatapan penuh tanya.

Setelah Rhea meletakkan sepeda di halaman samping, dia mendekati Mina.

"Kamu kenapa Rhe, kok penampilanmu jadi semrawut begini?" tanya Mina sambil mengerutkan keningnya.

"Aku abis jatoh Wak," sahut Rhea sambil mengibas pakaiannya dengan tangan.

"Ya Allah!. Jatoh dimana, kok bisa sih. Ada yang luka ga?!" tanya Mina panik sambil melempar wadah makanan ayam ke tanah.

Setelahnya Mina langsung mengecek kondisi tubuh Rhea dari atas kepala hingga ujung kaki. Rhea nampak nyengir mendapat perlakuan seperti itu.

"Alhamdulillah. Untung gapapa Rhe," kata Mina sambil menghela nafas lega.

"Iya Wak," sahut Rhea sambil tersenyum.

"Kamu kok malah senyum-senyum sih Rhe. Saya nih lagi khawatir sama kamu tau ga!" kata Mina sambil mencubit lengan Rhea dengan gemas.

Rhea pun tertawa. Dia menepis tangan Mina sambil berusaha membalas cubitan Mina. Tentu saja Mina ikut tertawa karena ulah Rhea yang kekanakan itu.

"Udah ah, capek," kata Mina.

"Alhamdulillah, akhirnya capek juga," gumam Rhea.

Meski pun diucapkan dengan lirih tapi tetap terdengar oleh Mina dan membuatnya melotot kearah Rhea.

"Kamu tuh ya. Mandi gih biar cakep. Kalo ngeliat kamu dekil begini ntar yang mau naksir jadi urung lho Rhe," gurau Mina.

Sambil tertawa Rhea pun melangkah masuk ke dalam rumah. Setelah mengambil pakaian ganti di kamar Isma, Rhea pun masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Saat sedang menyisir rambut di depan cermin Rhea mendengar bunyi dering ponselnya. Rhea meraih ponselnya laly tersenyum saat mengetahui Eza lah yang menghubungi.

"Assalamualaikum. Iya, kenapa kak?" tanya Rhea.

"Wa alaikumsalam. Kamu dimana Rhe?" tanya Eza.

"Aku nginep di rumah wak Damar, kak" sahut Rhea.

"Oh gitu," kata Eza sambil tersenyum.

"Terus Kakak kapan balik ke sini?" tanya Rhea kemudian.

"Insya Allah hari ini aku balik Rhe. Ini baru aja keluar kampus. Dari sini aku pulang ke rumah, terus langsung pergi ke stasiun. Paling ntar malam aku sampe sana," sahut Eza.

"Beneran nih Kak?" tanya Rhea antusias.

"Iya lah. Ngapain juga aku bohong. Aku sengaja balik cepet sebelum mama kamu tau aku pulang. Bisa marah dia kalo tau anaknya aku tinggalin sendirian di kampung orang," sahut Eza sambil mencibir.

Rhea pun tertawa mendengar jawaban Eza. Setelah Eza mengakhiri pembicaraan, Rhea pun melanjutkan menyisir rambut.

Saat mengamati pantulan dirinya di cermin, tiba-tiba ingatan tentang mimpi itu kembali hadir. Bayangan Utami yang tertimbun tanah dan Utami yang dia lihat sedang menyebrang jalan tadi pun kembali memenuhi kepalanya hingga membuat Rhea gelisah.

"Kalo Utami hantu, mana berani dia tampil di tempat umum di saat bumi diterangi cahaya matahari," gumam Rhea.

Setelah meletakkan sisir di atas meja rias, Rhea pun memoles bedak di wajahnya. Namun aksinya terhenti saat dia teringat sesuatu.

"Atau jangan-jangan orang-orang ga ngeliat Utami dan cuma ngeliat aku yang ngomong sendiri kemarin. Soalnya ga satu pun yang nanya waktu aku ngerem mendadak kemarin. Kayanya mereka emang ga ngeliat Utami deh. Dan kalo itu terjadi, artinya Utami emang beneran hantu dong," gumam Rhea gusar.

Dan lamunan Rhea terus berlanjut hingga beberapa saat. Ketika Mina memanggil dan mengajaknya sarapan, Rhea pun memasukkan alat make up ke dalam tas lalu bergegas keluar dari kamar.

\=\=\=\=\=

Eza tiba di stasiun saat adzan Maghrib berkumandang. Eza pun menunaikan sholat Maghrib lebih dulu di mushola stasiun sebelum melanjutkan perjalanan ke rumah Damar.

Setelahnya Eza keluar menuju parkiran Taxi. Karena khawatir kemalaman, Eza pun mempercepat langkahnya hingga tak sengaja menabrak seorang gadis yang membawa tas besar berisi keripik pisang.

"Aduh ... !" jerit gadis itu.

"Eh, maaf Mbak. Ga sengaja. Sakit ya, ada yang luka ga?" tanya Eza sambil membantu mengumpulkan bungkusan keripik yang berserakan di lantai.

"Bukan soal sakitnya Mas. Tapi dagangan saya bisa ga laku nih!" kata gadis itu sambil melotot.

"Kalo ga laku itu mah takdir Mbak. Kenapa situ nyalahin saya," sahut Eza santai.

"Gimana saya ga nyalahin kamu. Kan gara-gara kecerobohan kamu makanya keripik saya jatuh dan hancur. Kalo kaya gini siapa yang mau beli nanti?!" kata gadis itu marah.

Eza pun tergagap. Dia menatap bungkusan keripik di tangannya lalu menghela nafas panjang. Ternyata keripik pisang dalam kondisi tak utuh lagi akibat terjatuh tadi. Untuk menebus kesalahannya, Eza pun menawarkan diri untuk membeli beberapa bungkus keripik pisang itu.

"Lima bungkus jadi seratus ribu. Itu saya kasih harga modal aja ya," kata gadis itu datar.

"Kalo gitu saya beli sepuluh bungkus deh," kata Eza hingga membuat gadis itu terkejut.

"Yang bener Mas?" tanya gadis itu.

"Iya. Ada kan?" tanya Eza.

"Ada kok. Kebetulan semuanya emang pas sepuluh bungkus. Tadinya mau saya taro di toko makanan ringan di sebelah sana itu. Tapi karena diborong sama masnya, ya saya ga perlu ke sana lagi dan bisa langsung pulang," sahut gadis itu sambil tersenyum.

Eza pun ikut tersenyum mendengar ucapan gadis itu.

"Emangnya pulangnya kemana Mbak?" tanya Eza.

Gadis itu menyebut nama sebuah desa yang kebetulan letaknya bersebelahan dengan desa yang akan dituju oleh Eza.

"Wah, kita searah dong. Saya mau pulang ke desa S. Kalo gitu bareng aja Mbak," kata Eza.

"Emangnya mas bawa kendaraan?" tanya gadis itu.

"Saya naik Taxi Mbak. Gimana, mau bareng ga?. Mbaknya ga usah bayar, biar saya aja yang bayar," kata Eza.

Gadis itu nampak berpikir sejenak kemudian mengangguk. Dia yakin Eza orang baik karena Eza bersedia membeli semua dagangannya setelah menghancurkannya tadi.

Tak lama kemudian Eza dan gadis yang tak lain adalah Utami itu telah berada di dalam Taxi. Sepanjang perjalanan keduanya berbincang akrab layaknya teman lama.

Eza tiba lebih dulu di tempat tujuan, sedangkan Utami masih harus menempuh perjalanan selama kurang lebih sepuluh menit.

Utami pun turun untuk membantu Eza menurunkan bungkusan keripik pisang dari bagasi. Di saat yang sama Rhea dan Isma juga sedang duduk di teras rumah.

Betapa terkejutnya Rhea melihat Eza pulang bersama Utami. Rhea sengaja sembunyi di balik pilar dan menolak ajakan Isma yang bermaksud membantu Eza. Bahkan Isma juga berkenalan dengan Utami.

Setelah menurunkan semua bawaan Eza, Utami pun masuk ke dalam Taxi.

"Makasih ya mas Eza. Saya pamit ya mbak Isma," kata Utami dengan ramah.

"Iya. Hati-hati Mbak ...," kata Eza dan Isma bersamaan.

Sesaat setelah Taxi melaju Eza pun bertanya.

"Dimana Rhea, Is. Katanya nginep di sini?" tanya Eza.

"Tuh di teras. Aku ajak turun ga mau," sahut Isma.

Eza pun menoleh kearah teras dan menggelengkan kepala melihat Rhea meringkuk di balik pilar.

"Aku tau kamu ngumpet di balik pilar itu Rhea!" panggil Eza lantang.

Rhea pun keluar dari tempat persembunyiannya sambil nyengir kuda. Kemudian dia menghampiri Eza lalu mencium punggung tangannya dengan takzim.

Melihat interaksi Rhea dan Eza membuat Isma tersenyum. Dia tahu sejatinya Eza adalah paman Rhea. Makanya dia tak heran saat melihat Rhea mencium punggung tangan Eza tadi.

\=\=\=\=\=

Setelah memberikan sebagian keripik kepada Isma, Eza pun mengajak Rhea kembali ke rumah sepupu Nia. Walau Damar meminta mereka tinggal di rumahnya tapi Eza menolak dengan halus. Damar dan istrinya tak bisa berbuat apa-apa karena tahu Eza tinggal di rumah itu untuk menjalankan amanah Nia.

"Emang kenapa sih kalo kita tinggal di rumah wak Damar kak?" tanya Rhea saat mereka tiba di rumah.

"Gapapa sih. Cuma ga nyaman aja, ga bebas juga. Kalo misalnya aku lagi males keluar dan pengen tidur seharian di kamar kan ga enak sama wak Damar dan keluarganya," sahut Eza.

"Oh gitu," kata Rhea.

"Selama aku tinggal kamu masih ngalamin kejadian aneh ga Rhe?" tanya Eza.

Tentu saja pertanyaan Eza mengejutkan Rhea. Gadis itu mengamati punggung Eza yang sedang membuka pintu dengan intens.

Menyadari dirinya sedang diamati, Eza pun menoleh.

"Kenapa diem. Aku tanya ada kejadian aneh ga selama aku tinggal. Bukannya dijawab kok malah diem aja sih Rhe," kata Eza.

"Gapapa. Cuma bingung aja kenapa kamu mendadak tertarik sama apa yang aku alami di sini," sahut Rhea sambil melangkah masuk.

Eza pun tersenyum lalu menarik lengan Rhea hingga gadis itu menoleh.

"Aku minta maaf kalo aku udah ngeremehin cerita kamu ya Rhe. Tapi setelah denger cerita dari bunda, aku tau apa yang kamu alamin itu nyata," kata Eza.

"Emangnya Eyang ngomong apa aja Kak?" tanya Rhea penasaran.

"Ga ngomong apa-apa sih. Aku cuma ga sengaja denger waktu bunda ngobrol sama ayah soal misteri di desa ini," sahut Eza.

"Maksud kamu apa sih kak?" tanya Rhea penasaran.

"Ternyata suara kereta api yang kamu denger itu kemungkinan sebuah isyarat akan datangnya sesuatu Rhe. Dan suara itu berasal dari kereta api yang tertimbun di lereng bukit sana. Mungkin arwah para penumpang yang jadi korban masih gentayangan dan menuntut kasusnya diungkap. Karena mereka cuma arwah, makanya mereka mendatangi orang-orang yang bisa berinteraksi sama mereka seperti kamu," sahut Eza lugas.

"Kalo aku bilang aku juga ngeliat penampakan kereta api itu semalam kamu percaya ga kak?" tanya Rhea.

"Yang bener Rhe. Kok bisa. Emangnya kamu lagi ngapain?" tanya Eza antusias.

Rhea pun menceritakan mimpi yang dia alami termasuk penampakan kereta api yang dilihatnya semalam.

"Tunggu sebentar Rhe. Kamu bilang kamu ngeliat cewek mirip Utami di dalam gerbong kereta api itu sebelum semuanya tertimbun tanah. Darimana kamu tau cewek tadi namanya Utami, kan kamu belum kenalan sama dia tadi?" tanya Eza tak mengerti.

Rhea pun menceritakan pertemuan dan perkenalannya dengan Utami dua hari yang lalu juga reaksinya saat melihat Utami tadi.

"Dan saking takutnya, aku sampe jatoh ke sawah orang lho kak. Aku emang sengaja ngumpet pas ngeliat kamu pulang bareng Utami tadi. Itu karena aku takut kak. Aku merasa Utami kok selalu beredar di sekitarku. Kalo sebelumnya cuma berinteraksi sama aku, eh sekarang sama kamu juga," sahut Rhea gusar.

"Gitu ya. Tapi maaf Rhe, bukannya aku belain Utami ya. Aku yakin Utami itu manusia biasa sama seperti kita. Mungkin kebetulan aja wajahnya mirip sama cewek korban kereta api itu," kata Eza.

"Ga ada yang kebetulan kak. Utami pasti berkaitan sama musibah kereta api itu. Artinya cepat atau lambat jati diri Utami juga bakal terungkap. Dan aku harap kamu ga nangis bombay saat tau cewek yang kamu sukai ternyata cuma sosok hantu gentayangan yang ingin menuntut kasusnya diungkap ke publik," kata Rhea mengingatkan.

"Eh, siapa bilang aku suka sama Utami. Kami baru aja ketemu dan kenalan tadi. Jadi mustahil aku suka sama dia Rhe!" sangkal Eza dengan wajah merona.

"Masa sih?. Tapi wajahmu ga bisa nyembunyiin semuanya lho kak," kata Rhea sambil tersenyum.

"Maksud kamu apa sih Rhe?" tanya Eza sambil meraba wajahnya berkali-kali.

" Pikir aja sendiri," sahut Rhea sambil berlalu.

"Ck, ga jelas banget sih kamu. Rhea, tunggu. Kita belum selesai ya!" panggil Eza lantang.

Tapi Rhea mengabaikan panggilan Eza dan memilih masuk ke dalam kamar. Sedangkan Eza nampak terduduk sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Sesekali dia nampak menghela nafas panjang untuk mengusir rasa malu yang sempat menyapa tadi.

\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

neng ade

neng ade

jadi semakin penasaran..

2024-10-12

0

Ali B.U

Ali B.U

next.

2024-09-29

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!