5. ... ?

Rhea masih berusaha mengatur nafasnya saat Isma menyentuh punggungnya.

"Kamu belum tidur Rhe. Kenapa, ga bisa tidur ya?" tanya Isma.

"Ga kok. Aku cuma ga sengaja kebangun Is," sahut Rhea berbohong.

Jawaban Rhea membuat Isma tersenyum. Dia pun bangkit lalu duduk di samping Rhea.

"Kebangun kenapa, banyak nyamuk atau ... " ucapan Isma terputus karena Rhea memotong cepat.

"Aku mimpi buruk. Eh, ga bisa dibilang buruk juga sih. Duh, gimana ya ngomongnya," kata Rhea sambil mengacak rambutnya.

"Jadi kamu kebangun gara-gara mimpi?. Bukan ga berempati ya Rhe. Soalnya para sesepuh bilang, kalo kita mimpi buruk sebaiknya ga usah diceritain ke siapa pun. Pamali. Tapi kalo kamu maksa mau cerita juga, ya jangan sekarang lah. Aku takut," kata Isma.

Rhea pun mendengus mendengar ucapan Isma. Dia kesal karena Isma menolak mendengar keluh kesahnya. Padahal saat itu Rhea merasa kepalanya sudah hampir pecah memikirkan mimpi dan penampakan kereta api ghaib yang baru saja dilihatnya.

"Minum Rhe," kata Isma tiba-tiba.

Rhea menoleh dan melihat Isma menyodorkan segelas air kearahnya. Rhea tak tahu kapan Isma mengambil air tersebut. Tapi karena butuh air untuk melegakan tenggorokannya, Rhea pun menerima gelas tersebut lalu meneguk isinya hingga tandas.

"Nah, enakan kan sekarang. Kalo gitu kita tidur lagi yuk," ajak Isma setelah meletakkan gelas di atas nakas.

Rhea mengangguk lalu kembali berbaring setelah membalik posisi bantal. Isma yang melihat aksi Rhea pun nampak tersenyum.

"Aku juga tau kalo abis mimpi buruk bantalnya harus dibalik. Tujuannya cuma satu, supaya mimpi buruk itu ga terulang lagi. Dan ini bukan kata sesepuh tapi mamaku yang ngajarin," kata Rhea sambil cemberut.

"Iya iya, percaya. Sekarang merem dong," pinta Isma sambil mengusap lengan Rhea.

Rhea pun mengangguk lalu memejamkan mata. Namun baru beberapa saat kemudian Rhea kembali membuka matanya.

"Gimana bisa tidur kalo kejadian tragis itu terus membayang di mataku," batin Rhea gusar.

Karena lelah berpikir akhirnya Rhea pun tertidur. Sangat nyenyak hingga tak mendengar suara adzan Subuh yang menggema dari speaker mushola. Rhea baru terbangun setelah Isma menepuk kakinya beberapa kali.

Rhea pun bangkit lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran tempat tidur sambil mengamati Isma yang sedang menunaikan sholat Subuh. Sesekali dia menguap panjang seiring kantuk yang menyerang. Dan saat melihat Isma melipat mukena, Rhea pun segera turun dari tempat tidur untuk berwudhu dan menunaikan sholat Subuh.

\=\=\=\=\=

Sehari sebelumnya Nia dibuat terkejut dengan kepulangan Eza yang mendadak. Eza tiba di rumah sore hari dan saat itu Nia sedang menyiram tanaman di depan rumah.

"Lho, kamu sendirian Za. Rhea mana. Oh, kalian pasti pisah di stasiun lalu pulang ke rumah masing-masing. Iya kan?" tanya Nia.

"Aku sendiri bund. Rhea masih di sana," sahut Eza.

"Kok gitu. Terus kenapa kamu tinggalin Rhea di sana. Kasian kan Rhea," kata Nia cemas.

"Tenang bund, Rhea aman di sana karena udah aku titipin sama wak Damar. Lagian aku kan cuma sehari di Jakarta, besok juga udah balik ke sana," sahut Eza.

"Ngapain bolak-balik gitu sih nak. Kan capek," kata Nia gemas.

"Terpaksa bund. Aku harus nemuin dosen pembimbing skripsi aku. Kesempatannya cuma hari ini karena katanya dia mau keluar negeri. Dia emang ga bilang berapa lama di luar negeri, bisa sebentar atau bahkan berbulan-bulan. Daripada nebak-nebak, lebih baik aku sempet-sempetin pulang buat ngurus skripsi aku yang mandek itu bund," sahut Eza.

"Ck, dasar dosen ga jelas. Bisa-bisanya ngerjain mahasiswa kaya gini. Apa dia ga takut karma ya. Dia kan juga punya anak. Bunda sumpahin anaknya juga bakal dipersulit sama dosennya nanti," kata Nia kesal.

Eza pun tertawa mendengar ucapan Nia.

"Kok ketawa sih Za. Bunda nih lagi belain kamu tau ga," kata Nia sambil melotot.

"Gapapa bund. Lucu aja ngeliat bunda marah-marah kaya tadi," sahut Eza sambil tertawa.

Menyadari sikapnya yang berlebihan, Nia pun ikut tertawa.

"Ayah belum pulang bund?" tanya Eza sambil melangkah masuk menuju ruang makan.

"Sebentar lagi Za. Eh, ngomong-ngomong, selama di sana kalian nemuin sesuatu yang ajaib ga?" tanya Nia.

"Sesuatu yang ajaib tuh yang kaya gimana bund?" tanya Eza tak mengerti.

"Ya sesuatu yang di luar nalar gitu lah," sahut Nia sambil menuang air ke dalam gelas.

"Oh itu. Bukan aku yang nemu tapi Rhea bund. Kejadiannya pas aku sama wak Damar lagi hadir pengajian di rumah tetangga. Karena Rhea bete, dia keluar jalan-jalan. Tapi anehnya, dia malah jalan kearah jalan sepi yang mau ke sawah itu lho bund," kata Eza.

"Kok bisa sih, emangnya Rhea jalan sambil tidur?" tanya Nia.

"Ga bund. Rhea sadar kok, cuma katanya kaya ada yang nuntun jalan ke sana aja," sahut Eza.

"Terus?" tanya Nia tak sabar.

"Ya terus di sana dia ketemu cewek cantik banget. Sempet ngobrol juga. Namanya Anjani. Terus ... " ucapan Eza terputus karena Nia memotong cepat.

"Stop!. Bunda tau kemana arahnya Za. Sekarang kamu mandi gih. Badan kamu bau keringet nih," kata Nia sambil menutup hidung.

"Ck, bunda nih seneng banget motong cerita orang. Pake alasan badanku bau keringet segala. Badanku tuh wangi bund, kan aku pake parfum. Kalo bunda ga percaya cium aja nih," kata Eza sambil mengangkat lengannya tinggi-tinggi.

Aksi Eza tentu saja membuat Nia tertawa. Meski Eza telah membuktikan dirinya masih wangi setelah perjalanan jauh, tapi Nia tetap memaksanya untuk mandi.

Setelah Eza masuk ke dalam kamar, Nia pun menarik kursi lalu duduk.

"Kalo Rhea ketemu Anjani, artinya bakal ada sesuatu yang besar di desa itu. Dan pasti bukan cuma Anjani yang dia temui. Jangan-jangan dia juga udah tau soal kereta api misterius itu. Ck, kenapa aku lupa ya kalo mata batin Rhea udah terbuka. Tau gini kan aku ga bakal ijinin dia ke sana," gumam Nia gusar.

Ya, ternyata Nia yang asli warga desa tersebut tahu banyak tentang misteri yang ada di sana. Mengingat sifat Rhea yang keras kepala, Nia yakin sang cucu akan mencoba menguak misteri yang selama ini tak bisa tersentuh itu.

Saat Nia mengemukakan kekhawatirannya pada sang suami, Yasin justru tersenyum.

"Kok, ayah bisa sesantai ini sih," kata Nia.

"Terus aku harus gimana?. Toh cepat atau lambat semua kan bakal terungkap. Allah yang ngatur begitu. Justru aku bangga karena yang terpilih untuk membuka misteri itu adalah cucuku sendiri. Harusnya kamu juga bangga sama kemampuan Rhea dan support dia dong bund," sahut Yasin.

"Iya sih. Aku cuma khawatir Rhea kenapa-kenapa yah. Kamu kan tau sendiri gimana pekatnya aura mistis di tempat itu," kata Nia.

"Kita berdoa dan serahkan semuanya sama Allah bund. Semoga Rhea baik-baik aja dan kembali dengan selamat. Lagian Kenzi juga ga bakal tinggal diam kalo tau anaknya dalam bahaya. Iya kan bund?" tanya Yasin.

"Iya. Jadi kita bakal kasih tau Kenzi soal ini yah?" tanya Nia.

"Jangan sekarang bund, biar Rhea aja yang cerita sama papanya nanti. Lagian aku ga yakin Rhea bisa mengungkap semuanya dalam waktu dekat. Biasanya mengungkap sesuatu yang tertimbun lama itu kan perlu proses. Sedangkan Rhea dan Eza di sana paling cuma sebulan," sahut Yasin.

"Tapi Eza udah pulang yah. Karena dosen pembimbing skripsinya mau jalan-jalan keluar negeri, dia dan temennya diminta nemuin si dosen secepatnya. Katanya cuma dikasih waktu sampe besok. Setelah selesai, Eza bakal balik lagi ke sana," kata Nia.

"Terus Rhea gimana?" tanya Yasin.

"Udah dititipin ke mas Damar," sahut Nia.

"Syukur lah," kata Yasin sambil tersenyum.

Setelahnya Yasin masuk ke dalam kamar untuk membersihkan diri sedangkan Nia menata meja makan. Tanpa Nia dan Yasin sadari, Eza juga mendengar pembicaraan mereka tadi. Dan dia merasa bertanggung jawab

"Jangan-jangan misteri yang dimaksud ayah sama bunda itu berkaitan dengan suara kereta api yang didenger Rhea. Jadi itu sebabnya kenapa disebut kereta api misterius. Selain serem, ternyata ga sembarang orang yang bisa denger suaranya dan mengetahui keberadaannya. Pasti Rhea sedih banget waktu cerita itu tapi aku ga percaya. Maafin aku ya Rhe. Aku janji bakal balik secepatnya biar kamu ga sendirian ngadepin semuanya," gumam Eza.

\=\=\=\=\=

Keesokan harinya Eza menemui dosen pembimbingnya di kampus. Eza bahkan datang lebih awal dari waktu yang ditentukan hanya untuk menyambut sang dosen di parkiran kampus. Melihat kesungguhan Eza membuat sang dosen tersentuh dan 'meloloskan' skripsinya tanpa banyak pertanyaan apalagi revisi.

Setelah pamit pada Yasin dan Nia, Eza pun kembali ke desa dimana Rhea berada.

Di saat Eza mengkhawatirkan keselamatan Rhea, di saat yang sama Rhea justru sedang ketakutan setelah melihat Utami. Bahkan saking takutnya Rhea pun mengayuh sepedanya dengan kecepatan tinggi. Dan karena kurang hati-hati, Rhea dan sepedanya pun jatuh terperosok di sawah warga yang ada di pinggir jalan raya. Beruntung sawah baru saja dipanen hingga Rhea tak merusak padi sama sekali.

Warga pemilik sawah yang kebetulan sedang berada di sawah pun terkejut lalu menghampiri Rhea.

"Mbak kenapa, kok bisa jatuh di sini. Masih ngantuk ya?" tanya pemilik sawah sambil membantu menegakkan sepeda yang Rhea gunakan tadi.

"Iya pak," sahut Rhea dengan wajah merah padam menahan malu.

"Ada yang luka ga mbak?" tanya pemilik sawah sambil mengamati Rhea dari atas kepala hingga ujung kaki.

"Alhamdulillah ga ada pak," sahut Rhea sambil tersenyum.

"Syukur lah. Lain kali hati-hati ya mbak, ga usah buru-buru. Saya liat mbak ngayuh sepeda cepet banget tadi, kaya abis ngeliat hantu aja," gurau pemilik sawah.

"Saya emang ngeliat hantu pak," sahut Rhea lirih.

"Eh, gimana mbak?" tanya pemilik sawah karena khawatir salah dengar.

"Bukan apa-apa pak. Kalo gitu sekarang saya pulang deh. Makasih ya pak," kata Rhea sambil kembali mengayuh sepedanya.

Dalam perjalanan Rhea terus memikirkan apa yang baru saja dia alami.

Sebelumnya Rhea kembali mengikuti Isma hingga ke depan pabrik dengan sepeda. Isma pun tak keberatan. Namun saat tiba di depan pabrik Rhea terkejut karena melihat Utami sedang menyeberang jalan. Anehnya Utami menyebrang jalan tepat di lokasi dimana dia dan Rhea bertemu kemarin.

Rhea yang melihat Utami pun panik. Rhea ingat dia melihat Utami di dalam mimpinya. Itu artinya Utami bukan lah manusia karena setahu Rhea semua orang di dalam kereta api termasuk wanita yang mirip Utami itu tak satu pun yang selamat alias meninggal dunia akibat tertimbun tanah.

Jika Rhea ketakutan bertemu dengannya, Utami justru kebingungan dengan sikap Rhea. Sebenarnya dia akan menyapa Rhea saat melihatnya dari jauh. Tapi sayang Rhea membalikkan arah sepeda lalu mengayuhnya dengan cepat meninggalkan tempat itu.

\=\=\=\=\=

Terpopuler

Comments

Ali B.U

Ali B.U

next

2024-09-28

2

INDRA

INDRA

Thor tumben gx macam biasa up nya 3x sekali Up

2024-09-28

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!