Sore hari sepulang bekerja Isma menemui Rhea di rumah yang ditempati Rhea.
"Ayo Rhe," ajak Isma kala Rhea membuka pintu.
"Ayo kemana?" tanya Rhea tak mengerti.
"Ke rumahku," sahut Isma.
"Maksud kamu, aku nginep di rumah kamu?. Aku kira kamu yang mau nginep di sini Is," kata Rhea.
"Rencanaku juga gitu. Tapi bapak bilang lebih baik kamu yang nginep di rumahku. Lebih aman," kata Isma sambil melangkah masuk.
"Lebih aman gimana maksudnya. Perasaan, selama tinggal di sini aku dan kak Eza baik-baik aja tuh," kata Rhea.
"Iya itu kan kalo kamu sama mas Eza. Tapi selama mas Eza pergi kamu kan jadi sendirian Rhe dan itu bahaya tau, ngundang orang jahat. Biar pun aku nginep di sini tetep aja ga aman karena kita kan sama-sama cewek," sahut Isma.
"Oh gitu. Ya udah tunggu sebentar. Aku berkemas dulu ya," kata Rhea yang diangguki Isma.
Tak lama kemudian Rhea dan Isma keluar dari rumah. Kedua gadis itu nampak berjalan bersisian menuju rumah Damar.
Saat tiba di depan rumah Damar, terlihat seorang pria sedang berbincang akrab dengan Damar. Rhea menoleh kearah Isma untuk bertanya siapa pria itu tapi urung saat melihat wajah Isma yang merona. Rhea pun tersenyum karena yakin pria itu adalah kekasih Isma.
"Cowokmu ya Is?" tanya Rhea sambil menyikut lembut lengan Isma.
"Iya," sahut Isma malu-malu.
"Kenalin dong," pinta Rhea.
"Ga perlu. Kan kamu udah kenal sama dia Rhe," sahut Isma.
"Masa sih. Emangnya dia siapa?" tanya Rhea sambil mengamati kekasih Isma dengan intens.
Bukannya menjawab pertanyaan Rhea, Isma justru melangkah mendahului Rhea sambil menyapa sang kekasih.
"Eh, ada mas Ridho. Udah lama ya mas?" tanya Isma dengan kenesnya.
Pria yang bernama Ridho itu pun menoleh lalu tersenyum kearah Isma. Sedangkan Rhea justru terkejut mendengar ucapan Isma tadi. Bahkan saking terkejutnya dia mematung dengan mulut terbuka karena tak percaya dengan kenyataan di hadapannya.
"Ridho?. Jangan-jangan dia ... " gumaman Rhea terputus karena Isma memanggil namanya.
"Rhea, sini Rhe!" panggil Isma lantang.
Rhea pun mendekati Isma yang berdiri berdampingan dengan Ridho. Damar yang masih ada di sana nampak tersenyum melihat tingkah ketiganya.
"Masih inget ga sama Rhea mas?" tanya Isma saat Rhea tiba di hadapannya.
"Rhea?" ulang Ridho sambil mengerutkan keningnya.
"Iya. Masa lupa sih. Bukannya kamu bilang kejadian nyemplung di parit itu ngendap di kepala kamu dan ga ilang-ilang sampe sekarang?" tanya Isma sambil tersenyum penuh makna.
Ucapan Isma membuat Ridho tersentak lalu membulatkan matanya.
"Jadi ini anak perempuan yang dorong aku ke parit itu ya dek?" tanya Ridho.
"Iya mas," sahut Isma sambil tertawa.
"Masya Allah. Apa kabar mbak. Udah lama ga ketemu. Masih inget sama saya ga?" sapa Ridho dengan ramah.
Saat itu Ridho juga mengulurkan tangannya sambil menatap Rhea dengan mimik wajah lucu.
"Eh iya. Mmm ... sa-saya inget kok," sahut Rhea gugup sambil menyambut uluran tangan Ridho.
"Ga nyangka kan kalo cowok yang kamu dorong sampe terluka dulu sekarang malah jadi calon suami sahabatmu?" tanya Ridho sambil menatap Isma dengan tatapan mesra.
"Ish, apaan sih mas. Jangan ngomong gitu lah, malu aku," sela Isma sambil mencubit lengan Ridho.
Ridho dan Damar pun tertawa sedangkan Rhea nampak tersenyum melihat aksi Isma tadi. Kemudian pembicaraan ringan pun terjadi diantara mereka.
"Udah hampir Maghrib, sebaiknya kita masuk yuk," ajak Damar sesaat kemudian.
"Maaf, saya langsung pamit aja pak. Mau sekalian sholat Maghrib di mushola," kata Ridho sambil mencium punggung tangan Damar dengan takzim.
"Iya, kalo gitu bapak tinggal ke dalam ya. Ayo Rhe, saya tunjukan kamar buat kamu," kata Damar sambil melangkah.
Rhea pun mengangguk lalu bergegas mengikuti Damar. Sambil melangkah, Rhea menoleh beberapa kali untuk memastikan pria yang jadi kekasih Isma memang anak laki-laki yang pernah dia lukai dulu. Diam-diam Rhea tersenyum karena terkesima dengan takdir hidup Isma.
"Ini yang dibilang jodoh ga akan kemana ya Is. Dari kecil musuhan, eh udah gede malah pacaran bahkan mungkin married," gumam Rhea sambil menggelengkan kepala.
Ya, seingat Rhea sang sahabat juga memusuhi Ridho akibat ulahnya yang pernah mengganggu Rhea. Setiap mereka berpapasan Isma akan melengos karena kesal. Dan itu terus berlangsung hingga mereka remaja. Rhea tahu itu karena Isma yang menceritakan semuanya.
Tapi kini semua berbeda. Entah sejak kapan permusuhan itu berubah jadi cinta. Karena untuk yang satu ini Isma tak pernah cerita sama sekali hingga membuat Rhea terkejut saat mengetahuinya.
\=\=\=\=\=
Malam itu Rhea berbaring di samping Isma. Keduanya asyik berbincang tentang banyak hal termasuk proses kedekatan Isma dan Ridho. Namun suara ibu Isma yang diiringi suara ketukan pintu mengejutkan Rhea dan Isma.
"Iya, kenapa bu?" tanya Isma sambil tetap berbaring.
"Ini udah malem lho, udah hampir jam dua belas. Kalian belum tidur ya?" tanya Mina.
"Sebentar lagi bu," sahut Isma.
"Ga ada sebentar-sebentar. Pokoknya sekarang berhenti ngobrol, matiin lampu terus tidur. Rhea butuh istirahat dan kamu juga kan harus kerja besok Is," kata Mina mengingatkan.
Rhea dan Isma nampak saling menatap sejenak lalu mengiyakan ucapan Mina.
"Iya bu, iya wak," sahut Isma dan Rhea kemudian.
"Bagus. Langsung tidur ya anak-anak," kata Mina sambil berlalu.
Setelah diingatkan, Isma pun bergegas memadamkan lampu. Sebelum berbaring Isma nampak mengatur posisi bantal lalu menarik selimut.
"Ayo kita tidur Rhe," ajak Isma.
"Iya. Aku juga udah ngantuk," sahut Rhea.
Isma tersenyum melihat Rhea yang menggeliat untuk merubah posisi tidurnya. Tak lama kemudian Rhea dan Isma pun terlelap. Itu ditandai dengan suara dengkuran halus yang terdengar memenuhi kamar.
Wajah Rhea dan Isma terlihat tenang saat itu. Namun jika diamati dengan seksama wajah Rhea terlihat berbeda. Rhea nampak mengerutkan keningnya seolah sedang melihat sesuatu yang membingungkan. Rupanya gadis itu sedang bermimpi.
Dalam mimpinya Rhea seolah sedang berada di suatu tempat yang temaram namun sangat bising. Disebut temaram karena penerangan yang minim dan ala kadarnya. Bahkan penerangan itu tak sanggup menjangkau semua sisi ruangan yang terbilang luas itu.
Awalnya Rhea menduga dirinya sedang berada di pasar tapi dia salah. Saat Rhea mencoba menajamkan penglihatan, ternyata dia berada di atas sebuah kendaraan yang sedang bergerak. Posisi semua orang duduk seperti dirinya. Dan Rhea yakin sedang berada di dalam kereta api karena mendengar suara khasnya yang menggema di luar sana.
Rhea pun menghela nafas lega karena melihat semua berjalan normal. Meski pun interior kereta api terlihat 'jadul', tapi entah mengapa terasa sangat menyenangkan bagi Rhea. Mungkin karena semua orang terlihat ramah, karena Rhea melihat mereka saling menyapa dan berbincang hangat.
Saat Rhea mengedarkan pandangan dia melihat Utami yang duduk tak jauh darinya. Utami nampak bersandar sambil memejamkan mata. Rhea pun tersenyum karena merasa tak sendiri di tempat yang asing itu.
Rhea pun bangkit untuk menyapa Utami. Namun saat mulutnya terbuka dan bersiap memanggil Utami, tiba-tiba sebuah benturan yang sangat keras terjadi. Saking kerasnya benturan membuat pergerakan kereta api pun mendadak terhenti hingga sebagian penumpang terpelanting ke lantai kereta termasuk Rhea. Semua orang nampak kesulitan mencari pegangan karena ruangan menjadi gelap akibat lampu yang juga ikut padam.
Belum pulih keterkejutan semua orang, tiba-tiba suara berdebuk terdengar memenuhi atap kereta seolah ada benda yang berjatuhan di atasnya. Dan jeritan pun terdengar membahana saat kaca jendela kereta api pecah secara bersamaan. Suara pecahnya kaca jendela terdengar mengerikan apalagi disertai berton-ton tanah yang menerobos masuk ke dalam kereta api.
Rhea pun menjerit histeris menyaksikan para penumpang kereta api tertimbun tanah dalam sekejap. Namun suaranya hilang saat sejumlah tanah ikut menimbun dirinya dan sebagian masuk ke dalam mulutnya. Rhea pun tersedak dan kesulitan bernapas.
Kemudian Rhea membuka matanya lalu bergegas bangkit dan duduk. Rupanya Rhea terbangun dari tidurnya dalam kondisi tubuh berkeringat dan nafas yang tersengal-sengal.
"Astaghfirullah aladziim. Ya Allah, apa itu tadi," gumam Rhea dengan suara bergetar.
Rhea pun mengusap wajahnya yang berkeringat itu dengan telapak tangan dan tersadar dirinya sedang menginap di rumah Isma. Perlahan Rhea menoleh kearah Isma dan melihat gadis itu masih terlelap. Setelahnya Rhea kembali mengatur nafasnya yang masih terasa sesak.
"Mimpi tapi kok nyata banget," gumam Rhea sambil meraba dadanya.
Di saat Rhea masih mencoba mencerna mimpi anehnya itu, tiba-tiba Rhea mendengar suara kereta api di kejauhan. Suara kereta api itu terdengar samar namun lama kelamaan menjadi jelas seolah berada tak jauh dari rumah itu.
Rhea pun bergegas turun dari tempat tidur sambil melempar selimut ke sembarang arah. Setelahnya Rhea mendekati jendela lalu menyibak gorden dengan kasar. Dan kedua mata Rhea pun membulat sempurna saat melihat kereta api berwarna hitam legam melintas di depan rumah. Suara khasnya yang bising disertai angin kencang yang mengiringi membuat benda ringan yang dilalui kereta api itu beterbangan ke udara.
Dengan tatapannya Rhea terus mengamati kemana arah kereta api itu pergi. Dan bulu kuduk Rhea pun meremang saat menyadari kereta api itu menghilang persis di tikungan jalan sana. Bagaimana tidak. Rhea ingat jalan itu menuju ke jalan dimana dia bertemu Anjani dulu.
Seketika Rhea tersadar bahwa kereta api yang baru saja dilihatnya adalah kereta api ghaib. Rhea pun mundur beberapa langkah saking terkejutnya. Dan saat kakinya membentur tempat tidur Rhea pun jatuh terduduk di atas tempat tidur.
\=\=\=\=\=
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
neng ade
masih menjadi misteri tentang kecelakaan kereta api itu yang merenggut banyak korban
2024-10-11
1
Ali B.U
lanjut
2024-09-26
2