bab 19

"Omong omong ini nomor pribadiku. Bagaimana kalau aku menambahkan nomor WhatsApp kamu?"

Setelah Jason melihat kartu nama nya ternyata dia bos dari perusahaan media internet, tidak heran dia memberi Jason sebuah kartu bank. Ternyata Kezia adalah wanita kaya raya.

Jason melihat alamat perusahaan nya. "Perusahaan mu ada di Provinsi?"

Kezia mengangguk "Ya, lebih tepatnya di Kota mekar sari."

Jason tersenyum sambil berkata, "Kebetulan sekali saya juga dari kota mekar sari."

"Kalau begitu kenapa kamu bekerja disini?"

"Saat kuliah menugaskan magang ke sini, jadi aku bekerja disini."

"Oh Paman Jason kalau ke kota mekar sari datanglah untuk bermain dengan kita di masa depan."

Jason mengulurkan tangan dan mencubit pipi amel "Baiklah, kalau Paman kembali pasti akan menemui mu."

Melihat pemandangan ini Kezia menyunggingkan sudut bibirnya yang indah.

...

Saat sebelum tidur Jason menggunakan seribu poin terima kasih yang telah dia kumpulkan untuk menukarkan nya dengan operasi tingkat sulit.

[Ting, selamat tuan telat mendapatkan "replantasi anggota tubuh"!]

Mulut Jason menganga karena terkejut. Dia tidak menyangka replantasi anggota tubuh bahkan mencakup seluruh kategori operasi ortopedi. Operasi simulasi ini sangat sulit sehingga uang yang Jason kumpulkan terpotong 6 juta karena melakukan kesalahan beberapa kali.

Pagi hari nya Jason kembali bekerja, seperti biasa pagi hari keliling terlebih dahulu ke bangsal. Lalu kembali lagi ke unit gawat darurat. Saat tiba disana sudah ada ambulance yang membawa pasien pendarahan lambung. Tidak tahu apakah karena hipertensi portal.

Seorang pria berwajah pucat dengan darah yang masih segar menetes dari mulutnya.

"Bagaimana kondisinya?"

"Pendarahan lambung, saat dalam perjalanan dia muntah dua kali. Saat di rumah juga sudah muntah hanya saja tidak dapat memastikan berapa kali nya. Keluarga mengatakan kalau dia pernah terinfeksi hepatitis B, jadi untuk dugaan awal penyebab nya adalah sirotis hati."

Pasien ini harus segera melakukan transfusi darah untuk menstabilkan tekanan darah. Namun dalam menangani hepatitis B, petugas kesehatan harus tetap berhati hati agar tidak terpapar.

"Apakah darahnya sudah datang? Cepat berikan transfusi darah nya."

"Suster, tolong bawakan tabung tiga lumen dua balon" ucap Jason.

Tabung tiga lumen dua balon adalah perangkat hemostatik darurat pertama untuk menghentikan pendarahan pada varises lambung, bentuknya seperti selang nasogastrik yang fungsinya untuk memasukkan makanan dari hidung ke lambung. Alat tersebut di masukkan melalui lubang hidung, kemudian melalui kerongkongan ke perut, setelah itu menyuntikkan saline normal untuk mengembangkan balon.

Sulit sekali bagi orang biasa untuk menahan rasa sakit karena harus di masukkan melalui lubang hidung dan kemudian memasukkan nya hingga ke perut. Sering kali dokter dan perawat harus menahan tangan dan kaki pasien, kemudian memasukkan nya secara paksa untuk menghentikan pendarahan.

Pasien berusia empat puluhan ini terlihat cukup kuat, walaupun dalam keadaan setengah sadar saat Jason memasukkan alat tersebut ke dalam hidungnya, tiba tiba dia membuka matanya dan meraih alat tersebut dan melemparkan nya jauh sekali.

"Aku tidak mau. Jangan sentuh aku."

"Ha? Dalam keadaan setengah sadar, kamu masih bisa merasa sakit?" Jason melirik Dokter Tino dan dua orang dokter lainnya. Jika tidak bisa dengan cara lembut, maka harus dengan kekerasan. Ini bukanlah penyiksaan tapi menyelamatkan nyawa orang.

Jika tidak di masukkan alat tersebut untuk menghentikan darah, maka darah yang baru saja di transfusi akan hilang sia sia.

Jason mencoba nya sekali lagi namun tetap gagal karena tenaga pasien begitu kuat. Lupakan saja Dokter Tino, aku rasa intubasi ini akan sulit untuk di lakukan. Bagaimana kalau kita langsung saja melakukan ligasi vena saja?

Melihat ekspresi Dokter Tino yang tampak bingung, Jason langsung tahu apa yang sedang di pikirkan. Dia pun langsung berkata "Biar aku saja, aku bisa melakukan nya."

Setelah anggota keluarga menandatangani surat persetujuan tindakan medis, pasien tersebut langsung dibawa ke ruang operasi darurat.

Pasien lalu di posisikan secara lateral, lalu diberi anestesi propofol setelah itu pasien bisa tidur dengan tenang.

Tiga puluh detik kemudian Jason pun akhirnya selesai. Sementara itu Dokter Tino masih belum sempat menyedotnya namut saat melihatnya sudah berhenti.

Saat dia melihat kembali sekali lagi, terlihat deretan jahitan rapi yang mengikat pembuluh darahnya dengan erat.

Kami berdiri disini total tiga menit tapi hasilnya, dia sudah malah sudah selesai sebelum kami melihat langkah langkahnya dengan jelas.

"Astaga, aku dengan semangat lari kesini tapi pada akhirnya aku sama sekali tidak melihat apapun dengan jelas."

"Dokter Jason hebat sekali, aku sampai tidak bisa mempelajari nya."

Saat Jason melihat ponselnya, ternyata itu pesan dari Randy. "Bos kembali ke sekolah pada tanggal 15 bulan depan untuk mengambil ijazahmu! Mari kita reuni."

Jason langsung tertegun, dia sudah bisa mendapatkan ijazah kelulusan nya bulan depan. Namun Jason merasa terlalu jauh butuh dua sampai tiga hari untuk pergi kesana. Karena itu Jason bertanya pada konselor yang ada di grup, apakah bisa di wakilkan atau dikirim langsung ke rumah nya.

Namun konselor menjawab "tidak bisa, kamu harus datang sendiri."

Semua orang di grup merasa kalau Jason tidak punya uang untuk naik pesawat, karena pulang pergi ongkosnya kisaran tiga juta rupiah.

Jayden bertanya "Kenapa? Tidak ada uang ya? Apakah perlu aku mengirim uang untuk membeli tiket pesawat?"

Kata kata Jayden terdengar sedikit merendahkan nya. Semua orang juga tahu kalau Jayden membenci Jason karena Lani.

Semua orang menunggu jawaban Jason, namun tak di sangka jawaban nya sama sekali tidak terprediksi.

"Benar sekali,, cepat kirimkan uangnya."

Melihat jawabannya Jayden merasa tercengang. Sial, Jason benar benar tidak tahu malu.

Sementara itu Lani yang ada di sampingnya hanya mengatupkan bibirnya dan diam diam menertawainya.

Sementara itu, Jayden yang ada di sana pun merasa sangat emosi hingga wajahnya memerah. Akhirnya agar bisa terlihat hebat di depan teman teman nya dia pun mengirim uang enam juta rupiah pada Jason.

Setelah memikirkan nya Jason mengirimkan pesan di grup "Hari ini aku telah memungut uang sebesar enam juta rupiah secara cuma cuma, jadi aku akan mentraktir kalian makan buah."

Melihat hal ini Jayden kembali emosi. Jason membagikan kembali uang yang Jayden berikan padanya.

Awalnya Jayden ingin memanfaatkan waktu luangnya untuk mengejek Jason, tapi tak di sangka akhirnya ia malah kehilangan uang enam juga rupiah. Semakin memikirkan nya ia semakin merasa rugi.

Sementara di ruang Direktur Panji riba tiba terdengar suara ketukan pintu "Silahkan masuk."

Saat dia mereka masuk terlihat Dokter Ratna dan Rania kepala departemen obstetri dan ginekologi.

"Kenapa? Ada apa kalian mencariku? Tanya Direktur Panji

Dokter Ratna pun berkata dengan sopan "Begini, apakah anda tahu orang yang bernama Jason?"

"Ya, ada apa dengan Jason?"

"Orang yang bernama Jason ini sangat hebat, anda juga pasti tahu tentang dirinya yang pernah dua kali menjadi dokter bedah utama dalam operasi ginekologi kami."

"Aku berpikir kalau dia sangat cocok di departemen ginekologi. Jadi gimana kalau dia di pindahkan ke departemen ginekologi kami."

Direktur Panji langsung tertawa setelah mendengarnya, ternyata tebakan nya tidak salah mereka datang untuk merekrutnya.

Ketika direktur panji sedang memikirkan hal itu, pintu kantornya kembali di ketuk.

Mereka berbalik dan melihat siapa yang datang, ternyata Dokter Hendy kepala departemen unit gawat darurat.

"Dokter Ratna kenapa anda begitu tidak toleran? Jason bekerja dengan sangat baik di departemen kami, kenapa harus di pindahkan ke departemen kalian?"

"Jason memang melakukan pekerjaan nya dengan baik di unit gawat darurat. Tapi kemampuan operasi nya sangat hebat, jadi seharusnya di pindahkan ke departemen ginekologi dia sangat cocok."

Hendy tertawa "Siapa bilang Jason tidak melakukan operasi di unit gawat darurat."

"Omong kosong, di UGD hanya menangani beberapa pasien kritis, jarang sekali melakukan operasi."

"Jelas jelas tempat terbaiknya di UGD. Jason paling cocok menangani pasien yang cedera parah dan kritis."

Direktur Panji merasa sakit kepala dia buru buru berdiri dan berteriak "Berhenti, sekarang masih sulit untuk mengatakan departemen mana yang cocok untuk Jason. Bagaimanapun dia memiliki potensi yang sangat besar ke depan nya.

Direktur Panji katakan saja, apakah Jason setuju di pindahkan ke departemen ginekologi?

Di saat yang sama, Dokter Hendy juga menatap Direktur Panji lekat lekat, sorot matanya mengatakan "Aku tidak setuju."

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***