Menikmati Kesakitan

Hanita sejak tadi mondar-mandir didepan kamar Satya, wanita itu menggigit kuku jarinya sendiri. Selalu seperti itu tiap kali Hanita merasa panik dan mengkhawatirkan sesuatu.

Di belakangnya, Suster Risma sudah merasa jengah melihat Hanita yang terlihat seperti setrika rusak. Helaan nafasnya terdengar berat

"Tuan Satya akan baik-baik saja,Nyonya. Ini juga bukan yang pertama" tegur Suster Risma

Hanita meliriknya dengan tajam, kesal karena dia dan Suster Risma memang tidak pernah sejalan.

"Diamlah,Suster. Yang sakit itu suamiku, bukan suamimu."

Baiklah, Suster Risma memilih diam dan tidak lagi mengeluarkan suara apapun. Meski matanya sudah sakit melihat tingkah Hanita ini.

"Apa yang terjadi didalam sana? Kenapa lama sekali?" Gumam Hanita

Tidak berselang lama, Dokter Sean keluar dari dalam kamar dan segera mendekati Hanita.

"Bagaimana suamiku,Sean? Dia baik-baik saja kan?" Tanya Hanita to the point

Dokter Sean mengangguk, ia melirik Suster Risma sekilas. Memberi kode melalui gerakan mata pada Hanita agar wanita itu mengusir Suster Risma dari hadapan mereka

Paham dengan kode yang dia terima, Hanita pun menoleh ke arah Suster Risma, "Tolong siapkan makanan untuk suamiku,Suster. Pergilah."

Suster Risma mengangguk patuh, tidak memberi perlawanan dan segera menjalankan perintah dari Hanita.

Dokter Sean lebih dulu memastikan kalau Suster Risma sudah pergi, baru seetelah itu ia memberikan perhatian penuh pada Hanita. Menatapnya dengan penuh tuntutan

"Apa?!" Sentak Hanita yang kesal karena ditatap demikian oleh Dokter Sean

Dokter Sean sedikit tercengang namun buru-buru ia menetralkan dirinya sendiri. "Han, jujur padaku. Apa yang kamu perbuat terhadap Satya?"

"Kamu kembali memberinya obat itu?" Tuntut Dokter Sean

Hanita langsung melotot kesal, "Eh, main tuduh sembarangan. Aku tidak melakukan itu!"

"Lalu? Kenapa Satya bisa tiba-tiba drop begini? Kejang sampai kesulitan bernafas, pasti ada pemicunya, kan?" Ujar Dokter Sean

Hanita berdehem, melipat kedua tangannya di depan dada. "Aku hanya memarahinya semalam. Aku berteriak dan membentaknya, hanya itu."

Dokter Sean langsung menghela nafas berat, ''Kenapa lagi? Tidak puaskah kamu? Melihat Satya sudah seperti ini, kenapa masih terus melampiaskan kemarahanmu dengan membentak dan memakinya?"

''Meski keadaannya begini, tapi Satya pun punya perasaan,Han. Dia tetap manusia biasa, hanya kondisinya saja yang berubah." Terang Dokter Sean

Hanita berdecih sinis, sorot matanya menunjukkan dalamnya rasa sakit dan luka yang dia rasakan akibat ulah Satya di masa lalu.

"Kamu tidak akan mengerti perasaanku seperti apa, Sean. Saat orang yang sangat kamu cintai, secara terang-terangan mengatakan kalau dia membencimu bahkan ingin menceraikanmu juga mengkhianatimu begitu saja..." tutur Hanita

''Han, maaf. Aku tidak bermaksud" sahut Dokter Sean

Hanita mengangguk seraya tersenyum kecut, "Bukan salahmu. Tanpa kamu singgung pun, aku memang tidak akan pernah melupakannya begitu saja."

Dokter Sean mengangguk paham, lelaki yang merupakan sahabat sejati Hanita itu pamit undur diri. Dia sudah memberikan obat untuk Satya dan memastikan kalau keadaan lelaki itu sudah baik-baik saja.

Dokter Sean juga berpesan dan mewanti agar Hanita tidak membuat Satya sampai drop lagi. Bukan dia melupakan rasa sakit Hanita, hanya saja sisi kemanusiaannya sedikit tersentil. Tidak tega pada Satya yang terus menerus disiksa oleh Hanita.

Selepas kepergian Dokter Sean, Hanita bergegas masuk ke dalam kamar Satya. Meski dia sangat mengkhawatirkan sang suami tapi tetap saja perasaan itu Hanita sembunyikan

Dia tidak ingin Satya besar kepala jika sadar kalau ternyata dirinya dikhawatirkan oleh Hanita.

"Sat, are you okey?" Hanita melangkah dan duduk diatas kursi yang berada tepat ditepi brankar Satya.

Satya belum terlelap, lelaki itu menyadari keberadaan Hanita. Hanya saja tubuhnya terasa sangat lemas sampai enggan untuk menggeliatkan kepala menatap Hanita.

"Eeughhh..." lenguhnya seolah membalasa sapaan dari sang istri

Hanita duduk dan menatap lekat sang suami, masih sulit untuk menerima kenyataan kalau lelaki yang sangat dia cintai kini harus hidup dalam keadaan yang seperti ini

Tapi Hanita juga senang, karena kondisi ini lah yang menahan Satya untuk tetap berada disisinya.

Tiba-tiba saja, Satya memukul dadanya dengan kencang menggunakan kedua tangannya yang tidak berfungsi. Lelaki itu terlihat sangat frustasi

"Aaaghh...eeughhh...." teriaknya

Alih-alih menolong, Hanita justru diam dan seolah tengah menikmati kesakitan Satya.

Satya sangat kesakitan, lelaki itu terbatuk dan kembali berteriak dengan kencang. Bahkan dia mulai menangis, wajahnya juga kini memerah

"Aaagghhhh...."

''Apakah itu sakit, Sat? Sesakit apa? Sebandingkah dengan rasa sakitku dulu?" Suara Hanita terdengar sangat dingin

"Eeuugghhh..." Satya menyahut

Hanita tersenyum remeh, wanita itu berdiri dan menundukkan tubuhnya agar sejajar dengan Satya.

"Kamu itu butuh aku, lalu kenapa dulu sangat membenciku, hem?"

Tangan kanan Hanita ia kalungkan ke leher Satya, memeluk sang suami dengan lembut. Sedang tangan kirinya ia gunakan untuk mengusap dada lelaki malang itu.

"Calm down, relax" bisiknya

"Eeeugghh..." Satya melirih

Untuk sesaat, Hanita membiarkan posisi mereka tetap seperti ini. Menahan Satya dalam dekapannya, membiarkan air mata dan air liur milik lelaki malang itu membasahi dress yang Hanita gunakan.

''Itu sebabnya, jadilah suami yang baik selagi kamu sehat. Kamu tidak akan seperti ini jika tidak macam-macam denganku" bisik Hanita

Satya kembali menggerutu, dan dari suaranya pun Hanita tahu kalau lelaki itu tengah kesal atas penuturannya barusan.

Hanita meletakkan kembali tubuh Satya ke atas brankar khususnya dengan kasar. Hanita bahkan tidak segan menarik rambut sang suami, menunjukkan banyaknya bekas jahitan diatas kulit kepala Satya

Hanita tengah sangat kesal, dia sungguh benci tiap kali Satya mencela apalagi menunjukkan respon tidak suka terhadap dirinya.

''Sepertinya kamu ini memang ingin jadi suami durhaka terus ya?" Hanita menarik sudut bibirnya ke atas, membentuk seringai kecil

"Jika itu memang yang kamu inginkan, maka baiklah. Kita lihat saja, apa yang akan kulakukan pada tubuhmu ini, Satya" gumam Hanita

Wanita itu melepaskan pegangannya, lalu memaksa Satya untuk tidur sekarang juga.

"Eeugghh..." Satya kembali menangis

Lelaki itu sungguh peka, dia bisa merasakan saat Hanita memarahinya. Apalagi memperlakukannya dengan kasar.

Hingga akhirnya, rasa lelah berhasil mengambil alih kesadaran Satya secara penuh. Lelaki itu memejamkan kedua matanya, mulutnya tetap terbuka hingga menyebabkan air liur terus menerus keluar dan mengotori sekujur wajahnya.

"Lihatlah, kamu bahkan lebih merepotkan daripada Kenan" gerutu Hanita

Meski ia menggerutu tapi tetap saja, Hanita memasangkan handuk pada kedua sisi bahu kurus milik sang suami. Tidak lupa juga dibawah dagunya agar tidak mengotori kaus panjang yang lelaki itu gunakan.

Hanita tetap duduk diatas kursi, menatap dan mengamati sang suami dengan seksama. Satya yang terlelap seperti ini adalah sebuah pemandangan indah untuk Hanita, dia menyukai itu.

Perlahan tanpa di titah, Hanita kembali teringat akan memori dan kenangan indah yang dia dan Satya pernah lalui dahulu. Saat hubungan mereka masih baik-baik saja

Kehadiran foto pernikahan berukuran besar yang terpajang tepat diatas brankar Satya, seolah sukses menyedot Hanita kembali ke masa itu. Dia dan Satya terlihat sangat bahagia. Mereka adalah sepasang kekasih yang baru saja mengikat dan mengucapkan janji suci pernikahan.

"Sial, ternyata kami pernah sebahagia itu dulu..." ujar Hanita

Pandangannya kembali beralih pada sang suami, rasa sakit yang dia terima dari Satya. Semua itu terasa membuncah dalam dada Hanita

"Kenapa kita jadi begini, Sat?"

"Apa yang salah? Dimana letak kesalahannya? Kita pernah bahagia bersama, tapi kenapa?"

"Kenapa semua berubah? Berantakan dan hilang arah"

Hanita tidak tahan lagi berada di sini, wanita itu bangkit dan melenggang keluar dari dalam kamar Satya.

Tidak kembali ke kamar miliknya, Hanita memilih duduk bersantai diatas kursi yang berada di balkon utama. Dia bisa melihat pemandangan langit malam dengan jelas dari posisinya sekarang

Hanita sendirian, hanya ditemani segelas wine di tangan kanannya yang sudah dia teguk habis. Tatapannya mengarah jauh ke atas langit.

Gelas wine yang sudah kosong itu, di letakkan ke atas meja. Hanita menghela nafas panjang

"Darimana semuanya berawal? Aku...tidak ingat, bagaimana dan kenapa semua jadi seperti ini?"

Episodes
1 Tak Berdaya
2 Menikmati Kesakitan
3 Kenapa Jadi Begini
4 Pertengkaran
5 Jangan Membuatku Membencimu
6 Satya dan Shanum
7 Ego dan Gengsi
8 Ajakan dari Satya
9 Ingkar
10 Aku Berbeda
11 Kamu Menduakan Cintaku, Sat
12 Sakit Hati Hanita
13 Perhatian
14 Hanya Milikku
15 Hangat
16 Ketakutan Satya
17 Dan Lagi
18 Tega
19 Kehilangan
20 Duka
21 Membereskan Shanum
22 Dingin
23 Keguguran
24 Satya vs Hanita
25 Rumah Sakit
26 Tumor
27 Keinginan Hanita
28 Pelajaran
29 Hukumanmu Akan Dimulai
30 Kamu Gila, Hanita
31 Joker
32 Hanya Aku Yang Berhak
33 Papi Akan Mendukungmu
34 Hanita, Kamu Jahat!
35 Mengenaskan
36 Mainan Baruku
37 Dosis Pertama
38 Kedatangan Mertua
39 Terbuang
40 Renungkanlah Kesalahanmu
41 Kejutan
42 Di Rebut Paksa
43 Percaya Padaku
44 Dalam Masalah Besar
45 Hukum Tetap Hukum
46 Bebaskan Satya
47 Istrimu Itu Gila
48 Papi Menantangku?
49 Tidak Tahu Diri
50 Mengenang Dosa
51 Mengaku Sajalah
52 Apa Yang Mereka Perbuat Padamu?
53 Sehancur Ini
54 Aku Belum Memaafkanmu
55 Pengganti Satya?
56 Satu Lagi Kesempatan
57 Saya Memang Gila
58 Mama Kangen Kenzie
59 Kedatangan Dokter Bagas
60 Aneh
61 Bosan
62 Pulang
63 Jangan Pedulikan Mereka
64 Keadaan Shanum
65 Cermin
66 Tidak Terima
67 Radioterapi
68 Kenan Pulang
69 Carilah Lelaki Lain
70 Pencerahan
71 Saya Mengagumi Kamu
72 Kamu Mencintaiku?
73 Jangan Menyentuh Milikku
74 Suami Jahat
75 Salad Spesial
76 Kau dan Aku Berbeda
77 Kedatangan Mama
78 Kamu Jahat Padaku
79 Selalu Kalah
80 Kepergian Shanum
81 Kecelakaan
82 Cinta Buta
83 Villa
84 Mengantarkan Pulang
85 Obat
86 Pingsan
87 Kecurigaan
88 Kemarahan Handoko
89 Rencana Kejutan
90 Apa Maksudnya Ini?
91 Mati-matian
92 Hancur Lebur
93 Aku Akan Menjagamu
94 Aku Ibu Yang Buruk
95 Kamu Tidak Akan Hancur
96 Apa Kurangku?
97 Saya Ingin Bangkit
98 Rindu Mama
99 Hanita Pulang
100 Mengundurkan Diri
101 Menghukum Papa
102 Demi Masa Depan
103 Sebentar Lagi
104 Saham
105 Bakti Terakhir
106 Menggantikan Satya
107 Hak Milik Kenan dan Kenzie
108 Gaun
109 Kau Pembunuh
110 Sama-sama Terluka
111 Menderitalah Dalam Penyesalan
112 Membereskan Shanum
113 Hukuman Untuk Shanum
114 Membuang Kamila?
115 Bawa Hanita
116 Direktur Utama
117 Terlambat Sudah
118 Kesakitan
119 Saya Sudah Lelah
120 Penyesalan Tanpa Ujung
121 Aku Bawa Pergi
122 Kamu Tidak Boleh Mati
123 Aktor Yang Hebat
124 Memburuk
125 Trauma
Episodes

Updated 125 Episodes

1
Tak Berdaya
2
Menikmati Kesakitan
3
Kenapa Jadi Begini
4
Pertengkaran
5
Jangan Membuatku Membencimu
6
Satya dan Shanum
7
Ego dan Gengsi
8
Ajakan dari Satya
9
Ingkar
10
Aku Berbeda
11
Kamu Menduakan Cintaku, Sat
12
Sakit Hati Hanita
13
Perhatian
14
Hanya Milikku
15
Hangat
16
Ketakutan Satya
17
Dan Lagi
18
Tega
19
Kehilangan
20
Duka
21
Membereskan Shanum
22
Dingin
23
Keguguran
24
Satya vs Hanita
25
Rumah Sakit
26
Tumor
27
Keinginan Hanita
28
Pelajaran
29
Hukumanmu Akan Dimulai
30
Kamu Gila, Hanita
31
Joker
32
Hanya Aku Yang Berhak
33
Papi Akan Mendukungmu
34
Hanita, Kamu Jahat!
35
Mengenaskan
36
Mainan Baruku
37
Dosis Pertama
38
Kedatangan Mertua
39
Terbuang
40
Renungkanlah Kesalahanmu
41
Kejutan
42
Di Rebut Paksa
43
Percaya Padaku
44
Dalam Masalah Besar
45
Hukum Tetap Hukum
46
Bebaskan Satya
47
Istrimu Itu Gila
48
Papi Menantangku?
49
Tidak Tahu Diri
50
Mengenang Dosa
51
Mengaku Sajalah
52
Apa Yang Mereka Perbuat Padamu?
53
Sehancur Ini
54
Aku Belum Memaafkanmu
55
Pengganti Satya?
56
Satu Lagi Kesempatan
57
Saya Memang Gila
58
Mama Kangen Kenzie
59
Kedatangan Dokter Bagas
60
Aneh
61
Bosan
62
Pulang
63
Jangan Pedulikan Mereka
64
Keadaan Shanum
65
Cermin
66
Tidak Terima
67
Radioterapi
68
Kenan Pulang
69
Carilah Lelaki Lain
70
Pencerahan
71
Saya Mengagumi Kamu
72
Kamu Mencintaiku?
73
Jangan Menyentuh Milikku
74
Suami Jahat
75
Salad Spesial
76
Kau dan Aku Berbeda
77
Kedatangan Mama
78
Kamu Jahat Padaku
79
Selalu Kalah
80
Kepergian Shanum
81
Kecelakaan
82
Cinta Buta
83
Villa
84
Mengantarkan Pulang
85
Obat
86
Pingsan
87
Kecurigaan
88
Kemarahan Handoko
89
Rencana Kejutan
90
Apa Maksudnya Ini?
91
Mati-matian
92
Hancur Lebur
93
Aku Akan Menjagamu
94
Aku Ibu Yang Buruk
95
Kamu Tidak Akan Hancur
96
Apa Kurangku?
97
Saya Ingin Bangkit
98
Rindu Mama
99
Hanita Pulang
100
Mengundurkan Diri
101
Menghukum Papa
102
Demi Masa Depan
103
Sebentar Lagi
104
Saham
105
Bakti Terakhir
106
Menggantikan Satya
107
Hak Milik Kenan dan Kenzie
108
Gaun
109
Kau Pembunuh
110
Sama-sama Terluka
111
Menderitalah Dalam Penyesalan
112
Membereskan Shanum
113
Hukuman Untuk Shanum
114
Membuang Kamila?
115
Bawa Hanita
116
Direktur Utama
117
Terlambat Sudah
118
Kesakitan
119
Saya Sudah Lelah
120
Penyesalan Tanpa Ujung
121
Aku Bawa Pergi
122
Kamu Tidak Boleh Mati
123
Aktor Yang Hebat
124
Memburuk
125
Trauma

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!