Bagian 1 - tetaplah hidup

21 Agustus 1945 di sore hari

Ryoichi turun dari kapal, dia telah di bebaskan oleh Sekutu. dia tak membawa barang apapun, yang dia bawa hanyalah sebuah buku kecil

saat Ryoichi turun, kondisi Tokyo sedang hancur setelah pengeboman Tokyo di tanggal 10 Maret 1945

semua tahanan yang telah di bebaskan di jemput oleh keluarga mereka, Ryoichi yang mengira orang tuanya akan menjemput salah kira

tak ada yang menjemputnya

tapi Ryoichi masih berpikir positif dan terus berjalan ke arah rumahnya

di sore hari Ryoichi sampai di rumahnya, betapa terkejutnya dia setelah melihat rumahnya yang telah hancur

di saat itu juga seorang tetangga menghampirinya

"nak?" tanya tetangga

"b-bibi Hisako?" Ryoichi merasa sedikit lega setelah melihat Hisako yang merupakan kakak dari ibunya Ryoichi

"k-kamu masih hidup?" Hisako memegang wajah Ryoichi dengan tatapan tak percaya

Ryoichi menghela nafas "ya, i-ini saya bibi."

Hisako memeluk Ryoichi

"bibi kira... kamu sudah mati... selamat datang kembali." Hisako memeluk Ryoichi dengan erat

Ryoichi melepas pelukan Hisako dengan pelan

"maaf lancang, tapi... dimana orang tua saya?" Ryoichi memegang bahu Hisako

Hisako terdiam, lalu menjelaskan dengan hati yang berat sambil menatap rumah Ryoichi yang sudah hancur

"hancur... semua nya... hangus terbakar di lahap oleh api, termasuk kedua orang tuamu, anak ku juga mengalami nasib yang sama..." Hisako mulai menetes air mata

Ryoichi sangat merasa hancur, dia sangat terpukul dengan berita kalau kedua orang tuanya telah meninggal

sambil menahan tangis, Ryoichi berkata "s-saya turut berduka."

Hisako menoleh ke Ryoichi, dia menghampiri Ryoichi sambil memegang bahunya

"hanya kamu yang bibi punya, semua keluarga kita telah mati... kumohon, bertahan hiduplah Ryoichi." ujar Hisako dengan suara yang gemetar

Ryoichi terdiam

setelah itu Hisako mengambil sesuatu dari kantongnya sambil berkata

"orang tuamu memberikan ini... ini adalah surat dari orang tuamu..." Hisako bergetar sambil memberikan kertas itu ke Ryoichi

setelah itu Hisako pergi ke rumahnya sendiri yang juga sudah hancur

Ryoichi pergi ke suatu tempat untuk membaca surat tersebut

beberapa orang tampak sedang memperbaiki rumahnya yang rusak

para warga yang kehilangan keluarganya tampak terlihat trauma dengan kejadian beberapa bulan yang lalu

seorang kakek tua sedang memperbaiki rumahnya sendirian

seorang wanita tua sedang mencuci sesuatu, dia terlihat sangat depresi

sementara itu Ryoichi duduk di antara reruntuhan bangunan sambil membaca pesan itu

isi surat

{ Ryoichi anakku tercinta dan kebanggaan ku, jika kamu tetap hidup, tetaplah hidup, jika kamu merasa tak dibutuhkan di dunia ini... maka hiduplah untuk orang yang membutuhkan dirimu }

{ kembalilah hidup-hidup }

{ putraku tersayang, Ryoichi... }

setelah membaca itu

Ryoichi terdiam

dia tak bisa berkata apapun, perlahan kertas itu menjadi basah karna air mata Ryoichi yang perlahan mulai turun

"kembalilah hidup-hidup, ya? itu yang kau katakan..." Ryoichi memeluk erat kertas itu dan mulai menangis dengan keras

hujan turun dengan sangat deras yang membuat teriakan Ryoichi tak terdengar

langit berwarna hitam

Ryoichi sangat hancur di sore itu

dunia nya seolah-olah telah menjadi sangat gelap karna semua orang terdekatnya telah hilang satu persatu

keesokan harinya...

Ryoichi sedang mengambil makanan dari bantuan pemerintah di pasar

Ryoichi mengambil sebuah nasi dan kari

meskipun terlihat tak higenis tapi hanya itu yang bisa mereka makan

Ryoichi mengambil dua kari, satu dia makan di tempat yang satu lagi akan dia berikan ke bibi Hisako

"seharusnya bibi Hisako akan menerimanya." membungkus karinya

tapi saat akan pergi tiba-tiba terdengar teriakan

"PENCURI!"

"TANGKAP WANITA ITU!"

"minggir!" teriak seorang wanita

seorang perempuan muda sedang menggendong seorang bayi berusaha kabur dari para pedagang

Ryoichi menghadang perempuan itu

perempuan itu berhenti saat Ryoichi menghentikannya

tanpa pikir panjang perempuan itu memberikan bayi itu ke Ryoichi "tolong!" langsung kabur

"eh, tunggu? apa?" Ryoichi kaget saat dia bayi itu di berikan kepadanya

para pedagang itu terus mengejar perempuan muda itu

"HEI BERHENTI!" teriak para pengejar

"KEMBALI KE SINI!"

beberapa menit kemudian

Ryoichi terlihat kebingungan sambil menggendong bayi itu

dia berusaha menenangkan bayi itu

Ryoichi pun memutuskan untuk meletakkan bayi itu di tengah pasar, tapi setelah berbalik Ryoichi menjadi merasa kasihan dengan bayi itu

Ryoichi kembali membawa bayi dengan wajah yang terlihat kasihan. Dia mulai merasa iba saat melihat bayi yang sendirian di tengah pasar yang sepi dan bayi itu juga terlihat sangat polos

setelah itu Ryoichi membawa pulang bayi itu dengan perasaan yang sangat lelah

setelah keluar dari pasar perempuan tadi keluar dari sebuah tumpukan sampah

"kakak!" teriak perempuan itu

Ryoichi langsung bernafas lega "sialan, akhirnya darimana saja kau?"

perempuan memasang ekspresi cemberut

"ini salah kau tak keluar dari pasar, kalau aku menghampiri kau aku akan ketahuan!"

Ryoichi langsung memberikan bayi itu dan lanjut pulang karena merasa kalau bayi itu sudah aman dan sudah kembali ke ibunya

Ryoichi pergi

perempuan muda itu memanggil Ryoichi

"hei! kenapa kau tak tinggalkan bayi ini disana?" teriak perempuan itu

Ryoichi berbalik dan menoleh ke perempuan itu dengan tatapan lelah

"meninggalkan nya di tempat seperti itu?" Ryoichi lanjut berjalan

perempuan itu langsung memikirkan sebuah ide

"hm? eeeh? menarik!"

Ryoichi terus berjalan, tapi dia sempat mendengar gumaman perempuan muda itu. Dia penasaran dengan apa yang ingin dilakukan perempuan itu

Ryoichi terus menoleh ke perempuan itu yang perlahan berjalan mengikuti nya

"tolong jangan ikuti aku." Ryoichi merasa jengkel

perempuan itu tertawa dan memikirkan sesuatu agar bisa memanfaatkan Ryoichi

"Apa kau akan meninggalkan kami mati di jalan?" perempuan

"aku tak peduli!" Ryoichi terus berjalan dengan perasaan yang jengkel

perempuan itu tak peduli dan tetap mengikuti Ryoichi sambil menggendong bayi tadi

Ryoichi terus berjalan, dia semakin kesal dengan kehadiran perempuan muda itu yang terus mengikuti dia. Dia berusaha untuk mengabaikannya tapi tetap saja perempuan itu mengikutinya

"Aku sudah bilang, jangan ikuti aku!" Ryoichi berkata dengan keras kepala

perempuan itu tetap tak merespon

Ryoichi menjadi jengkel dan memillih membiarkan perempuan itu

dan malam hari telah tiba dan perempuan itu dengan bayi yang di gendong nya ternyata menetap di rumah Ryoichi yang membuat Ryoichi menjadi jengkel

rumah Ryoichi telah rusak karna bom dan hanya di susun secara ngasal

perempuan itu duduk di tanah rumah Ryoichi sambil memasak sebuah bubur untuk bayi itu

Ryoichi terus melihat perempuan dengan jengkel

"setelah selesai, kau harus pergi." Ryoichi menatap tajam perempuan

perempuan itu menoleh ke bayi

"Kau dengar itu? Dia sangat jahat dan menakutkan."

Ryoichi semakin merasa jengkel

bayi itu hanya menggumamkan beberapa kata yang tidak jelas, tapi terlihat seperti sedang ingin makan

"lihat, dia ingin makan." Dia memberikan beberapa bubur kepada bayi itu

Ryoichi hanya melihat mereka berdua dengan heran

setelah itu Ryoichi bertanya sesuatu ke perempuan tadi

"Di mana suamimu? apa dia tentara?" tanya Ryoichi

perempuan sempat terdiam sejenak, setelah itu menjawab "Apa aku, terlihat seperti punya suami?"

Ryoichi yang awalnya memalingkan wajah dari perempuan langsung menoleh kembali ke perempuan dengan kaget

"Apa? Anak siapa dia?" tanya Ryoichi dengan heran

"apakah itu penting?" perempuan menjawab dengan nada yang sedikit kesal dan dingin

"tentu saja!" Ryoichi menjawab dengan nada yang juga merasa jengkel

perempuan hanya menghela nafas saat pria itu meninggikan suaranya. Dia kemudian melirik ke arah pria itu dengan ekspresi bosan

"dia anak dari seorang teman, kenapa?" jawab perempuan dengan dingin

Dia kembali menyuapi bayi itu dengan tangan yang gemetar akibat lapar

Ryoichi sadar kalau perempuan itu berbohong

Ryoichi tahu kalau perempuan itu berbohong. Dia terus memperhatikan perempuan itu yang sedang memberikan makan kepada Akiko dengan tangan yang gemetar

"Kau berbohong," Ryoichi berkata dengan tegas

perempuan itu pun menghela nafas, lalu menjawab ke Ryoichi dengan suara yang dingin

"Selama serangan udara, ibunya yang sekarat memohon kepadaku." perempuan itu kembali menyuapi bayi itu

Ryoichi kembali bertanya dengan heran

"jadi, kau... tak ada hubungannya dengan anak itu?"

perempuan itu mengangguk pelan

"Ya, Lalu kenapa? aku tak ada hubungan dengan anak itu."

Dia berkata dengan nada yang dingin, seolah-olah sedang menyembunyikan sesuatu

Ryoichi menjadi kesal

"apa kau bodoh? kau tak bisa merawat bayi dalam keadaan begini!"

perempuan itu tiba-tiba berdiri dan masuk ke rumah Ryoichi dengan entengnya

"kau pun tak sanggup meninggalkan nya."

Ryoichi kaget saat perempuan itu masuk ke dalam rumahnya dan langsung berdiri

perempuan itu duduk dengan santainya sambil berusaha menidurkan bayi itu

Ryoichi menghela nafas menahan emosi, setelah itu dia mencoba mengalihkan pembicaraan

"Nama?" Ryoichi menanyakan nama perempuan itu

perempuan itu mengira kalau Ryoichi menanyakan nama bayi itu, dia pun menunjukkan nama bayi itu yang ada di sebuah kain yang berada di keranjang milik bayi itu

nama bayi itu adalah Akiko

Ryoichi menggelengkan kepalanya, lalu berkata "bukan, maksudku namamu."

perempuan itu menghela nafas, lalu memberi tau nama nya

"Naomi, Yuna Naomi. namamu?" Naomi bertanya kembali

"Ryoichi Tshikishima, kamu bisa memanggil ku Ryoichi."

Ryoichi duduk di samping Naomi, Ryoichi duduk di dekat pintu

"kenapa kau berpakaian seperti gelandangan? sengaja?" tanya Ryoichi ke Naomi

Naomi menjadi kesal

"maksudmu, aku harus menjadi pelacur? aku bukan pelacur." melototi Ryoichi

"jangan merasa terhina, disaat seperti ini, kau harus bertahan hidup. siapa yang bisa menyalahkanmu?" Ryoichi menjawab dengan tenang

Naomi terdiam dan kembali memberikan Akiko bubur

"bagaimana keluargamu?" tanya Ryoichi dengan pelan

Naomi menggelengkan kepalanya yang artinya artinya orang tua nya sudah tiada

Ryoichi mengerti dan kembali melihat keluar

Naomi melihat ke dua buah papan kecil yang masing-masing papan itu ada sebuah nama, di tengah antara dua papan itu ada sebuah lilin yang sedang menyala

[ Haru & Eiichiro Tshikishima ]

"orang tuamu?" tanya Naomi dengan penasaran

Ryoichi memutar badannya sambil menoleh ke papan itu

"ya. mereka tewas dalam serangan udara..." jawab Ryoichi dengan lemas

"kalau begitu, kau dan aku juga sama." Naomi mulai merasa iba

Ryoichi hanya mengangguk pelan, dia melihat ke papan nama orang tuanya dan melihat sebuah buku yang berada di samping foto orang tuanya

saat kembali menoleh ke Naomi, dia mendapati Naomi dan Akiko yang sudah tidur dengan pulas

"Apa? tidak, k-kau tak boleh... tinggal..." Ryoichi pun menghela nafasnya dan membiarkan Naomi dan Akiko tidur di rumahnya

Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1 - tetaplah hidup
3 Bagian 2 - pekerjaan
4 Bagian 3 - Aman
5 Bagian 4 - mimpi
6 Bagian 5 - rasa
7 Bagian 6 - pernikahan
8 Bagian 7 - Cewek
9 Bagian 8 - Cewek II
10 Bagian 9 - Cewek III
11 Bagian 10 - keluarga
12 Bagian 11 - jangan di paksakan.. Ryoichi
13 Bagian 12 - Kamu sangat imut, tahu?
14 Bagian 13 - hari yang cerah bagi suami dan istri yang bucin
15 Bagian 14 - dapur
16 Bagian 15 - hal baru
17 Bagian 16 - renovasi rumah
18 Bagian 17 - masakan Naomi!
19 Bagian 18 - hari terakhir...
20 Bagian 19 - aku belum siap...
21 Bagian 20 - seseorang pasti membutuhkan kita
22 Bagian 21 - tanpa dia
23 Bagian 22 - ayah Akiko?
24 Bagian 23 - makam Ryoichi dan salju
25 Bagian 24 - salju pengampunan
26 Bagian 25 - sekolah
27 Bagian 26 - kerja keras
28 Bagian 27 - hati kecil yang berdebar
29 Bagian 28 - ketahuan!
30 Bagian 29 - setelah semak dan senyum
31 Bagian 30 - gambar diam-diam, dan acara amal
32 Bagian 31 - hujan dan tekad kecil
33 Bagian 32 - jejak hangat di jalan pulang
34 Bagian 33 - senyum di balik amal
35 Bagian 34 - hujan yang tak pernah usai
36 Bagian 35 - saat sosok ibu menjadi rentan
37 Bagian 36 - Bayang-bayang yang mengendap
38 Bagian 37 - payung untuk dua
39 Bagian 38 - surat rahasia
40 Bagian 39 - janji dan ujian
41 Bagian 40 - Hari yang Cerah di Musim Panas
42 Bagian 41 -Musim Panas Setelah Kelulusan
43 Bagian 42 - Liburan Musim Panas, Laut, dan Janji yang Tak Terucap
44 Bagian 43 - Di Atas Atap, Di Bawah Langit
45 Bagian 44 - Hari Pertama SMP
46 Bagian 45 - Saat Petir Menyelinap di Langit
47 Bagian 46 - Hari yang Sibuk di Pasar
48 Bagian 47 - Tinggi
49 Bagian 48 - Gambar dan Detak Jantung
50 Bagian 49 - Napas yang Tertahan
51 Bagian 50 - Dalam Pelukan yang Tak Mau Lepas
52 Bagian 51 - Tempat di Mana Aku Boleh Menangis
53 Bagian 52 - Karena Sekarang Aku Tidak Sendirian Lagi
54 Bagian 53 - Warisan Pesan Hati
55 Bagian 54 - Salju Terakhir Ibu...
56 Bagian 55 - Salju Tak Pernah Sama Lagi
57 Bagian 56 - Satu Bulan Tanpamu
58 Bagian 57 - Musim Baru, Hati Baru
59 Bagian 58 - Canggung di Antara kita
60 Bagian 59 - Diriku yang Asli, Hanya Untukmu
61 Bagian 60 - Salju, Panggung, dan Degup Jantung
62 Bagian 61 - Panggung Salju, dan...
63 Bagian 62 - Setelah Tirai Turun
64 Bagian 63 - Rumor yang menyebar
65 Bagian 64 - Sayur Segar dan Amarah yang Membusuk
66 Bagian 65 - Musim yang Menentukan
67 Bagian 66 - Langkah yang Sama
68 Bagian 67 - Hari yang Tak Akan Terulang
69 Bagian 68 - Hari Libur yang Patah
70 Bagian 69 - Di Antara Senja dan Rahasia
71 Bagian 70 - Malam yang Sunyi di Koganei
72 Bagian 71 - Kisah yang Terkubur dalam Senyap
73 Bagian 72 - Retakan di Balik Pintu Kayu
74 Bagian 73 - Pertemuan di Balik Kaca
75 Bagian 74 - Dosa di Bumi yang Terlupakan
76 Bagian 75 - Yang Tersisa Setelah Semua Berakhir
77 Bagian 76 - "Bolehkah Aku Menangis?"
78 Bagian 77 - Langkah Pertama di Pagi yang Baru
79 Bagian 78 - Riak dalam Hening
80 Bagian 79 - Senja di Taman
81 Bagian 80 - Hari Minggu dan Senyum yang Tak Disadari
82 Bagian 81 - Langit yang Tak Boleh Terbakar Lagi
83 Bagian 82 - Lebih Sulit dari Matematika, dan hujan
84 Bab 83 - Salju, Nilai, dan Janji Tahun Baru
85 Bagian 84 - Tahun Baru
86 Bagian 85 - Hari setelahnya
87 Bagian 86 - Janji Rahasia yang Tak Bertahan Lama
88 Bagian 87 - Bento Couple
89 Bagian 88 - Musim Semi dan Keputusan
90 Bagian 89 - Mesin Waktu Dua Roda
91 Bagian 90 - Kencan Pertama di Kota yang Sama
Episodes

Updated 91 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1 - tetaplah hidup
3
Bagian 2 - pekerjaan
4
Bagian 3 - Aman
5
Bagian 4 - mimpi
6
Bagian 5 - rasa
7
Bagian 6 - pernikahan
8
Bagian 7 - Cewek
9
Bagian 8 - Cewek II
10
Bagian 9 - Cewek III
11
Bagian 10 - keluarga
12
Bagian 11 - jangan di paksakan.. Ryoichi
13
Bagian 12 - Kamu sangat imut, tahu?
14
Bagian 13 - hari yang cerah bagi suami dan istri yang bucin
15
Bagian 14 - dapur
16
Bagian 15 - hal baru
17
Bagian 16 - renovasi rumah
18
Bagian 17 - masakan Naomi!
19
Bagian 18 - hari terakhir...
20
Bagian 19 - aku belum siap...
21
Bagian 20 - seseorang pasti membutuhkan kita
22
Bagian 21 - tanpa dia
23
Bagian 22 - ayah Akiko?
24
Bagian 23 - makam Ryoichi dan salju
25
Bagian 24 - salju pengampunan
26
Bagian 25 - sekolah
27
Bagian 26 - kerja keras
28
Bagian 27 - hati kecil yang berdebar
29
Bagian 28 - ketahuan!
30
Bagian 29 - setelah semak dan senyum
31
Bagian 30 - gambar diam-diam, dan acara amal
32
Bagian 31 - hujan dan tekad kecil
33
Bagian 32 - jejak hangat di jalan pulang
34
Bagian 33 - senyum di balik amal
35
Bagian 34 - hujan yang tak pernah usai
36
Bagian 35 - saat sosok ibu menjadi rentan
37
Bagian 36 - Bayang-bayang yang mengendap
38
Bagian 37 - payung untuk dua
39
Bagian 38 - surat rahasia
40
Bagian 39 - janji dan ujian
41
Bagian 40 - Hari yang Cerah di Musim Panas
42
Bagian 41 -Musim Panas Setelah Kelulusan
43
Bagian 42 - Liburan Musim Panas, Laut, dan Janji yang Tak Terucap
44
Bagian 43 - Di Atas Atap, Di Bawah Langit
45
Bagian 44 - Hari Pertama SMP
46
Bagian 45 - Saat Petir Menyelinap di Langit
47
Bagian 46 - Hari yang Sibuk di Pasar
48
Bagian 47 - Tinggi
49
Bagian 48 - Gambar dan Detak Jantung
50
Bagian 49 - Napas yang Tertahan
51
Bagian 50 - Dalam Pelukan yang Tak Mau Lepas
52
Bagian 51 - Tempat di Mana Aku Boleh Menangis
53
Bagian 52 - Karena Sekarang Aku Tidak Sendirian Lagi
54
Bagian 53 - Warisan Pesan Hati
55
Bagian 54 - Salju Terakhir Ibu...
56
Bagian 55 - Salju Tak Pernah Sama Lagi
57
Bagian 56 - Satu Bulan Tanpamu
58
Bagian 57 - Musim Baru, Hati Baru
59
Bagian 58 - Canggung di Antara kita
60
Bagian 59 - Diriku yang Asli, Hanya Untukmu
61
Bagian 60 - Salju, Panggung, dan Degup Jantung
62
Bagian 61 - Panggung Salju, dan...
63
Bagian 62 - Setelah Tirai Turun
64
Bagian 63 - Rumor yang menyebar
65
Bagian 64 - Sayur Segar dan Amarah yang Membusuk
66
Bagian 65 - Musim yang Menentukan
67
Bagian 66 - Langkah yang Sama
68
Bagian 67 - Hari yang Tak Akan Terulang
69
Bagian 68 - Hari Libur yang Patah
70
Bagian 69 - Di Antara Senja dan Rahasia
71
Bagian 70 - Malam yang Sunyi di Koganei
72
Bagian 71 - Kisah yang Terkubur dalam Senyap
73
Bagian 72 - Retakan di Balik Pintu Kayu
74
Bagian 73 - Pertemuan di Balik Kaca
75
Bagian 74 - Dosa di Bumi yang Terlupakan
76
Bagian 75 - Yang Tersisa Setelah Semua Berakhir
77
Bagian 76 - "Bolehkah Aku Menangis?"
78
Bagian 77 - Langkah Pertama di Pagi yang Baru
79
Bagian 78 - Riak dalam Hening
80
Bagian 79 - Senja di Taman
81
Bagian 80 - Hari Minggu dan Senyum yang Tak Disadari
82
Bagian 81 - Langit yang Tak Boleh Terbakar Lagi
83
Bagian 82 - Lebih Sulit dari Matematika, dan hujan
84
Bab 83 - Salju, Nilai, dan Janji Tahun Baru
85
Bagian 84 - Tahun Baru
86
Bagian 85 - Hari setelahnya
87
Bagian 86 - Janji Rahasia yang Tak Bertahan Lama
88
Bagian 87 - Bento Couple
89
Bagian 88 - Musim Semi dan Keputusan
90
Bagian 89 - Mesin Waktu Dua Roda
91
Bagian 90 - Kencan Pertama di Kota yang Sama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!