Bab 16

Brak..

Tiba-tiba saja Abi terjatuh ke atas tubuh Hanin. Ia tidak bisa menumpu tubuh nya yang tiba-tiba lemah dan tak berdaya.

Wajah Hanin yang mulai glowing, dengan hidung mancung dan bibir merah muda alami, membuat Abi tidak bisa menahan gejolak yang ada di dalam da-da nya.

"Bang Abi, apa Abang capek?" Tanya Hanin yang saat itu sempat melihat Abi yang tiba-tiba lemas.

"I,, iya. Karena tadi kita terus berdiri dan bersalaman dengan banyak nya tamu undangan." Ucap Abi dengan suara yang bergetar.

"Kalau memang Bang Abi masih capek, Bang Abi pindah aja ke atas tempat tidur. Soal nya Hanin nggak sanggup nahan berat badan Bang Abi."

"Hah! Iya. Iya. Maaf ya. Nggak sengaja."

Abi pun perlahan bangun dan memegang dinding kamar mandi. Namun lagi-lagi entah kenapa dinding kamar mandi begitu licin.

Abi pun kembali terjatuh. Namun, karena tidak ingin mencelakai Hanin, ia menggunakan kedua tangan nya agar bisa seimbang.

Bukan nya malah aman. Tapi salah satu tangan Abi malah tidak sengaja menyentuh bagian terlarang milik Hanin, yang berjumlah dua itu.

Bukan nya langsung di lepas. Abi malah bengong. Karena salah satu gundukan itu terasa begitu empuk.

"Bang Abi, mau sampe kapan tangan nya terus di situ?"

"Eh iya. Dinding nya terlalu licin. Jadi sampe jatuh lagi kayak gini."

Abi dan Hanin pun sama-sama bangun. Hanin bahkan tidak memiliki ekspresi apapun. Berbeda dengan Abi yang jantung nya hampir saja meledak.

Hanin pun lekas mandi dan membiarkan Abi menunggu nya di luar. Abi bertanya-tanya dalam hati. Mengapa Hanin bahkan tidak merasakan apapun saat tangan nya Abi menyentuh salah satu benda kembar itu.

Apakah Hanin tidak normal. Biasanya jika wanita normal akan langsung bereaksi. Tapi tidak dengan Hanin. Wajah nya datar saja begitu.

"Hanin."

"Iya Bang Abi. Ada apa? Mau mandi juga? Ni Hanin udah siap kok." Ucap Hanin sambil mengeringkan rambut nya yang basah.

"Iya. Abang mau mandi. Kamu, kalau lapar, tunggu Abang dulu. Jangan kemana-mana."

"Iya Bang Abi. Hanin nurut."

Abi pun mandi dan membersihkan badan nya. Sesekali, ia teringat dengan kejadian yang ia alami di kamar mandi.

Entah kenapa, ia malah tersenyum sendiri ketika melihat dan mengingat nya.

"Akhir nya Bang Abi keluar juga. Lama sekali di kamar mandi nya. Apa Bang Abi mules?"

"Tidak."

"ooh kirain Bang Abi mules. Kalau mules, nanti minum obat. Biar nggak bolak balik kamar mandi nya."

Abi kesal sekali. Karena Hanin ia jadi harus mandi lama. Ia harus menenangkan jagoan nya yang tadi sempat bangun.

Dan saat ia baru keluar dari kamar mandi, Hanin malah langsung nongol di depan wajah nya.

" Apa lagi? "Tanya Abi saat melihat Hanin terus menatap nya.

"Bang Abi udah wudhu? Kan kita mau shalat berjamaah."

"Sudah."

Hanya itu. Abi pun langsung mengenakan baju koko dan sarung yang ia bawa dari rumah.

Malam itu, mereka berdua pun shalat berjamaah. Walaupun Abi hidup di kota, ia masih mengikuti ajaran Ibu nya untuk selalu taat.

Hal itu juga yang membuat Hanin begitu mendamba suara Abi. Hanya pada saat shalat begitu, Hanin bisa di buat jatuh cinta pada suami nya..

Mereka pun selesai melakukan kewajiban sebagai hamba Allah. Dan sekarang. Giliran Abi yang dibuat terkejut kembali dengan apa yang dikenakan oleh Hanin.

"Hanin, kenapa kamu memakai pakaian seperti itu?"

"Nggak ada pakaian yang lain. Ibu pun menyuruh Hanin untuk memakai pakaian ini. Kata Ibu, harus nurut dan nggak boleh membantah. Biar Bang Abi senang."

Uhukk

"Tapi, kamu sekarang istri Abang. Nurut nya ya ke Abang. Jangan ke Ibu."

"Bang Abi nggak suka?"

Hanin malah semakin mendekat ke arah Abi. Abi bahkan begitu kesulitan menahan nafas nya.

Kedua benda kembar milik Hanin benar-benar menantang saat itu. Apalagi Hanin memakai pakaian tembus pandang berwarna merah.

Begitu cocok dengan kulit tubuh nya yang berwarna putih.

"Tidak! Abang tidak suka. Bikin sakit mata, Hanin."

"Baiklah. Kalau bikin sakit mata. Hanin buka aja."

"Eh, jangan di buka di sini."

"Emang nya kenapa?" Tanya Hanin dengan wajah polos nya.

"Apa kamu tidak malu? Kan ada Abang di sini."

"Kata Ibu, nggak perlu malu sama suami sendiri. Udah sah jadi suami istri. Bang Abi boleh lihat punya Hanin. Dan Hanin boleh lihat punya Bang Abi."

Abi pun langsung terbatuk dan tidak bisa menahan semua nya. Entah kenapa ia bahkan bisa tersedak dengan ludah nya sendiri.

Ibu nya benar-benar hebat dalam mengajari Hanin. Dan Hanin, ia bicara seperti itu tanpa ekspresi yang aneh.

Abi yang kesal, langsung menarik pinggang Hanin. Ia ingin mencari tahu, apakah Hanin benar wanita normal, atau memang benar-benar polos.

"Bang Abi mau apa?"

"Apa Ibu tidak mengatakan jika ini adalah malam pertama kita."

"Ada. Maka nya Ibu menyuruh Hanin pakai pakaian ini. Tapi, kalau Bang Abi nggak suka. Ya nggak apa."

Bukan nya menjawab, Abi malah mendorong Hanin ke atas tempat tidur yang empuk. Hanin jadi bingung. Mengapa Abi malah mendorong nya seperti itu.

"Bang Abi marah? Kenapa Bang Abi dorong Hanin."

"Iya. Abang marah karena kamu udah buat Abang susah."

Abi pun mendorong Hanin kembali. Dan saat Hanin ingin bangun, Abi langsung naik ke atas nya dan memandang wajah Hanin dengan perasaan yang sulit untuk di ungkapkan.

"Bang Abi mau apa?"

"Mau makan Hanin." Ucap Abi menakuti Istri nya itu.

"Apa Bang Abi lapar? Kita cari makan atau telpon Ibu."

"Tidak, Abang mau nya Hanin. Hanin seperti nya enak malam ini."

"Bang Abi, daging Hanin tidak enak."

"Kita coba dulu, bagaimana?"

"Iya. Hanin nurut. Tapi, gigit-gigit nya pelan-pelan ya."

Hanin pun menutup mata nya. Abi yang sudah di kuasai naf-su tidak bisa lagi untuk menahan segalanya.

Ia kecup mesra benda yang tadi nya membuat ia penasaran. Ia tidak berani membuka benda itu. Takut jantung nya tidak bisa menahan.

Malam ini, ia hanya ingin mengerjai Hanin, sekaligus mencari tahu tentang istrinya itu.

"Bang Abi, kok geli."

"Diam saja Hanin. Jangan banyak bicara. Abang sedang berkonsentrasi." Ucap Abi yang saat itu sedang melakukan aksi nya.

"Tapi, rasa nya aneh Bang Abi. Hanin susah bernafas."

Abi hanya tersenyum saat mendengar perkataan Hanin istrinya. Ia yakin jika Hanin merasakan sesuatu saat dia melakukan pekerjaannya.

Tidak mungkin Hanin tidak normal. Ia hanya tidak mengerti saja bagaimana rasa nya di sentuh.

Beruntung juga Abi mendapatkan Hanin yang masih asli dan tersegel. Pasti selama ini, belum pernah ada yang menyentuh nya.

Jadi, Abi merasa bangga karena diri nya lah yang menjadi Pria pertama yang bisa merasakan dua benda yang sejak tadi minta di goda.

"Diamlah saja dan jangan bergerak. Hanin harus jadi istri yang baik dan juga penurut."

"Iya. Hanin nurut. Tapi, ini aneh. Hanin tidak pernah merasakan hal ini sebelum nya. Bang Abi, apa begini rasa nya kalau kita mau mati?"

"Hah! Apa maksud perkataan mu?"

"Kan Bang Abi lagi makan Hanin. Mungkin, ini lah tanda-tanda nya ajal menjemput."

"Hanin!"

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***