Bab 16 Janda Lebih Menggoda

"Jangan suka bercanda!"

"Aku tidak bercanda, aku bicara serius Ma." Aaron mengedipkan satu matanya, memasang wajah menyebalkan, membuat sang ibu jadi gemas ingin mencubit.

"Uhg!" Ayla jadi kesal.

"Aww! Sakit Ma!" punggung tangannya dicubit sang ibu.

"Lebih sakit hati Mama, ngomong sama kamu serius. Eh.., kamu malah bercanda! Ngapain juga pilih janda, lebih baik cari yang masih gadis." oceh Ayla kesal, berkacak pinggang.

"Tapi Ma-, janda itu lebih menggoda loh." kekehnya, sengaja membuat ibunya makin kesal.

Tak!

Muak melihat tingkah tengil anaknya, tak segan-segan Ayla menjitak kepala putranya.

"Ssshhh!!" Aaron meringis mengusap puncak kepalanya, tenaga sang ibu kalau sedang merah tak main-main lagi.

"Nanti malam. Kamu harus melakukan perjodohan! Awas kalau berani kabur!" pekik Ayla kesal.

"I-iya," Aaron merinding ngeri, wajah marah ibunya lebih mengerikan dari ayahnya. Tidak berani menolak, akhirnya Aaron terpaksa setuju pada permintaan sang ibu.

.

.

Disisi lain.

"Beb, mau makan siang apa nih kita? Tanya Risa pada Clara.

"Hmm, apa ya? Aku juga bingung." jawab Clara, ia duduk sambil memangku wajah, seperti sedang lesu.

"Kenapa Ra-, kurang semangat gitu, apa gara-gara pak Aaron sering marahin lu? Sabar ya beb." Risa menepuk pelan pundak Clara, guna memberikan semangat pada kawannya.

Risa merasa prihatin pada Clara sahabatnya. Memang sejak kedatangan boss baru yang masih muda, pekerjaan Clara kian bertambah sibuk, dilihat juga Clara menjadi mudah lelah dan mengantuk, belum lagi di akhir pekan Clara sudah tak mau diajak keluar jalan, dengan alasan mau istirahat di rumah.

"Sebenarnya gua lagi gak nafsu makan Ris-",

"Loh tumben, jangan-jangan kamu sakit Ra-", Risa langsung menyentuh kening sahabatnya itu.

"Astaga Ra-, lu demam, gua belikan obat sama beliin lu bubur dulu ya." Risa langsung memberikan bantuan.

"Thanks ya Ris, Sorry bikin repot lu."

"Repot apaan, namanya juga lu sakit, yah- gua mesti bantu." ucap Risa, membuat Clara sangat bersyukur memiliki sahabat yang begitu perhatian.

Sambil menunggu sahabatnya datang memberikan bantuan, Clara memilih merebahkan kepalanya yang pusing di atas meja kerja, sambil menunggu sahabatnya membawakan bubur dan obat.

Cekrek.

Pintu ruangan Aaron terbuka.

Ayla dan Aaron keluar dari sana, mereka hendak pergi untuk makan siang bersama.

"Ya ampun! Kamu kok malah enak-enak tidur di kantor, saya gak suka lihat karyawan yang suka makan gaji buta." sindir Ayla mencemooh Clara.

Sontak Clara langsung bangun, dan berdiri terhuyung, untung saja tangannya cepat-cepat berpegangan pada meja kerja, kerena kepala Clara sedang berdenyut sakit.

"Ma-maafkan saya nyonya." cicit Clara yang takut, baru kali ini berhadapan langsung dengan nyonya besar perusahaan tempat ia bekerja.

"Sudahlah Ma-, ini kan sudah jam istirahat kantor, jadi tidak ada masalah, kalau para karyawan mau beristirahat." Aaron tak ingin wanitanya di marahi. Ia mencoba mengalihkan perhatian sang ibu.

"Hhh! Kenapa hari ini banyak sekali yang membuatku emosi." celoteh Ayla dengan wajah cemberut, pembicaraan dengan Aaron membuatnya kesal bukan main, ditambah melihat karyawan yang sedang tidur di tempat kerja.

"Ayo kita pergi makan siang Ma." Aaron segera merangkul ibunya berjalan ke arah lift, takut Clara kena semprot ibunya yang sedang emosi.

Sembari menunggu pintu lift terbuka, Aaron melirik Clara sekilas, ia melihat raut wajah pucat wanitanya.

"Apa dia sakit?" batin Aaron, hanya menebak.

.

.

"Ra-, ini obat dan buburnya." Risa datang, 20 menit sebelum jam istirahat kantor berakhir.

"Thanks beb, kalau gak ada lu, sakit gua pasti lebih parah."

"Makanya beb cepetan cari suami kedua," kekeh Risa bercanda.

"Gua sembur bubur juga lu!" ucap Clara kesal.

"Bercanda beb, udah sana makan habiskan, ini obatnya." Risa memberikan obat dan air putih.

Setelah selesai makan, Clara meminum obatnya, demam membuat tubuhnya jadi lemas hingga tiada tenaga.

"Kalau kamu sakit lebih baik ijin saja dan pulang, dari pada makin parah." celetuk Robert, yang baru saja kembali dari makan siang diluar.

"Siang pak Robert," Risa menyapa.

"Saya gak apa-apa kok pak, saya masih kuat kerja sampai jam pulang kantor." Clara menolak saran Robert.

"Lihat saja wajah kamu pucat begitu, masih kuat apanya coba?, sudah jangan keras kepala Clara, biar aku antar kamu pulang!" titah Robert dengan nada yang penuh ketegasan.

Risa yang setuju, langsung membantu kawannya membereskan barang-barang milik Clara.

Clara sudah tak bisa menolak, pak Robert dengan sigap membawakan tas dan laptop miliknya. Jadi Clara hanya bisa pasrah dan mengikuti atasannya dari belakang menuju ke basemen parkiran mobil.

.

Robert dengan baik hati mengantar Clara sampai ke pintu depan lobby apartemen tempat Clara tinggal. Setelah mobilnya parkir, Robert cepat-cepat turun, lalu membukakan pintu mobil untuk Clara, sembari memapahnya karena sedang sakit.

"Terimakasih banyak pak Robert, maaf saya sudah merepotkan anda." ucap Clara yang baru saja keluar dari mobil milik Robert

"Kalau besok kamu masih tidak enak badan, tidak usah masuk kerja dulu, nanti saya akan bantu kamu urus surat cuti, oh ya ada satu hal lagi..."

"Iya pak?" Clara mendelik bingung menatap Robert.

"Ka-kalau sedang berdua saja, apa bisa kamu menyebutkan nama saya, tanpa ada kata bapak." ucap Robert malu-malu, tak berani menatap Clara saat meminta.

"Ba-baiklah pak, eh! Robert maksud saya." Clara terkekeh.

"Kita cuma beda dua bulan saat lahir, aku jadi sering merasa tua kalau kamu memanggilku dengan sebutan bapak," ujar Robert, wajahnya tersipu malu, satu tangan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Clara hanya tersenyum melihat sikap malu-malu rekan kerjanya yang sudah lama ia kenal. Setelah itu Clara berpamitan lagi untuk segera naik ke rumahnya.

.

.

Kembali ke gedung perusahaan Pharrell.

"Risa,"

"Ya pak Aaron? Anda memanggil saya?"

"Clara mana kok tidak kelihatan?" tanya Aaron yang baru saja kembali setelah makan siang bersama sang ibu.

"Sakit pak, Clara demam, jadi ijin pulang cepat diantar pak Robert", ujar Risa.

"Sakit demam!" pekik, Aaron.

"I-iya pak, tolong jangan marah sama Clara", Risa salah paham melihat reaksi si boss.

"Hmm, maaf bukan maksudku begitu, ya sudah kamu lebih baik lanjut kerja saja." ucap Aaron kesal, bukan karena Clara sakit, tapi karena mendengar ada pria lain yang mengantar wanitanya pulang.

Cekrek.

Setelah masuk ke ruangan kerjanya, Aaron langsung merogoh kantong untuk mengambil ponsel.

"Sayang, kamu sakit, kenapa gak bilang sama aku tadi?" chat Aaron pada Clara.

.

.

Namun tak ada balasan.

.

.

"Cobalah beberapa saat lagi." suara operator telepon, Aaron menelepon Clara, namun tak diangkat-angkat juga.

"Jangan-jangan sakitnya parah", gumam Aaron jadi sangat khawatir.

Tring!

Muncul Notifikasi dari ponsel Aaron, dengan cepat ia langsung mengecek notifikasi itu.

"Loh, bukan Clara rupanya." Aaron nampak lesu setelah lihat ada pesan masuk dari sang ibu.

"Aaron, ini lokasi tempat perjodohan, sudah mama pesan tempat VVIP untuk acara makan malam spesial kamu dengan calonmu, pokoknya kamu harus datang, jangan kecewakan ibu!", pesan sang ibu dengan penuh penegasan.

Aaron semakin dilema, ia ingin segera pergi ke tempat Clara, namun sang ibu malah menuntutnya untuk datang ke acara perjodohan.

"Iya, Ma-, tenang saja, Aaron pasti hadir menemui calon istri pilihan ibu." balas Aaron pada sang Ibu.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️

**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**

Terpopuler

Comments

lili permata

lili permata

yaah, ketika clara udah jatuh ke pelukan aron justru aron malah pasrah sama kemauan ibunya hubu

2024-11-29

0

🏵️✾🅰🆈🆄🅳︎🅸ᵗᵃ✾ 🔆🔅

🏵️✾🅰🆈🆄🅳︎🅸ᵗᵃ✾ 🔆🔅

Clara lg sakit si Aron malah tega nemuin tunangannya dsr momy boy😒

2024-09-23

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Pertemuan
2 Bab 2 Awal Malapetaka
3 Bab 3 Malam Durjana
4 Bab 4 Kedatangan Aaron
5 Bab 5 Salah Paham
6 Bab 6 Si Boss Emosi
7 Bab 7 Perhatian Clara
8 Bab 8 Si Bos Minta Lebih
9 Bab 9 Rencana Licik si Bos
10 Bab 10 Brondong Meresahkan
11 Bab 11 Dipepet Brondong
12 Bab 12 Trauma Clara
13 Bab 13 Godaan Brondong
14 Bab 14 Kesedihan Clara
15 Bab 15 Keluarga Aaron
16 Bab 16 Janda Lebih Menggoda
17 Bab 17 Perjodohan
18 Bab 18 Brondongku Perhatian
19 Bab 19 Brondong Mesum
20 Bab 20 Hubungan Rahasia
21 Bab 21 Makan Malam Romantis
22 Bab 22 Ketegangan Pagi (Visual Karakter)
23 Bab 23 Adanya Permintaan
24 Bab 24 Kenangan Buruk
25 Bab 25 Salah Paham
26 Bab 26 Boss Nakal
27 Bab 27 Marahan & Baikkan
28 Bab 28 Doa Sahabat
29 Bab 29 Terpaksa Putus
30 Bab 30 Meriang
31 Bab 31 Bikin Panas
32 Bab 32 Kebohongan
33 Bab 33 Kegalauan
34 Bab 34 Jebakan Si Boss
35 Bab 35 Kegilaan Aaron
36 Bab 36 Tidak Bisa Menolak
37 Bab 37 Harus Menghilang
38 Bab 38 Aaron di Jebak
39 Bab 39 Si Boss Ganggu
40 Bab 40 Clara Pulang
41 Bab 41 Berita Heboh
42 Bab 42 Kepergian Aaron
43 Bab 43 Anak Pembuat Masalah
44 Bab 44 Aaron Tidak Berdaya
45 Bab 45 Kebaikan Hati
46 Bab 46 Hidup Mandiri
47 Bab 47 Pembalasan Si Jack
48 Bab 48 Pemanggil Pelanggan
49 Bab 49 Namamu Dihatiku
50 Bab 50 Malam Kerinduan
51 Bab 51 Sandiwara di Mulai
52 Bab 52 Gelisah
53 Bab 53 Jadi Selimut
54 Bab 54 Brondong Naif
55 Bab 55 Boss Menghilang
56 Bab 56 Mengambil Hati Calon Mertua
57 Bab 57 Di Siang Hari yang Panas
58 Bab 58 Ketakutan Seorang Janda
59 Untuk Para Readers 🫰
60 Bab 59 Dunia Serasa Milik Berdua
61 Bab 60 Curahan Hati si Brondong
62 Bab 61 Hampir Ketahuan
63 Bab 62 Kekhawatiran Caca
64 Bab 63 Sudah di Jemput
65 Bab 64 Alvaro dan Aaron
66 Bab 65 Berpisah Lagi
67 Bab 66 Waktu Telah Berlalu
68 Bab 67 Kekecewaan Clara
69 Bab 68 Pacar Baru
70 Bab 69 Calon Suami Clara
71 Bab 70 Clara di Lamar
72 Bab 71 Clara Menghilang
73 Bab 72 Apakah ini Mimpi?
74 Bab 73 Aaron yang Dingin
75 Bab 74 Apa yang Terjadi?
76 Bab 75 Menemui Papa
77 Bab 76 Transaksi di Dubai
78 Bab 77 Masa Lalu Aaron
79 Bab 78 Seperti Dongeng
80 Bab 79 Kerasnya Hidup
81 Bab 80 Tak Ingin Kehilangan
82 Bab 81 Si Brondong Makin Menggoda
83 Bab 82 Pertemuan Dadakan
84 Bab 83 Tidak Bisa Kemana-mana
85 Bab 84 Keinginan Orangtua
86 Bab 85 Siasat Aaron
87 Bab 86 Mantranya Terlalu Kuat
88 Bab 87 Paul Mulai Bergerak
89 Bab 88 Kabur
90 Bab 89 Petualangan Bersama Brondong
91 Bab 90 Malam Hari di Pulau Cinta
92 Bab 91 Pulau Cinta
93 Bab 92 Romansa di Pulau Cinta
94 Bab 93 Surprise!!
95 Bab 94 Honeymoon
96 Bab 95 Pengantin Baru
97 Bab 96 Camping
98 Bab 97 Malam Berbintang
99 Bab 98 Pencarian
100 Bab 99 Dasar suami Brondong
101 Bab 100 Rencana diluar Rencana
102 Bab 101 Aaron Gelisah
103 Bab 102 Permintaan Wanita Nakal
104 Bab 103 Percakapan Larut Malam
105 Bab 104 Menunggu Suami Pulang
106 Bab 105 Keributan
107 Bab 106 Perlawanan
108 Bab 107 Dipisahkan
109 Bab 108 Pulang ke Jakarta
110 Bab 109 Rindu Masakan Rumah
111 Bab 110 Dua Garis
112 Bab 111 Pertemuan Keluarga
113 Bab 112 Meminta Restu
114 Bab 113 Pernikahan Beda Usia
115 Bab 114 Pria dari Masa Lalu
116 Bab 115 Emosi Gara-Gara Mantan
117 Bab 116 Antara Masa Lalu dan Saat ini
118 Bab 117 Tunggu di Jemput
119 Bab 118 Mencari Solusi
120 Bab 119 Memutuskan Kerjasama
121 Bab 120 Kemalangan Adam
122 Bab 121 Kelahiran Anak Pertama
Episodes

Updated 122 Episodes

1
Bab 1 Awal Pertemuan
2
Bab 2 Awal Malapetaka
3
Bab 3 Malam Durjana
4
Bab 4 Kedatangan Aaron
5
Bab 5 Salah Paham
6
Bab 6 Si Boss Emosi
7
Bab 7 Perhatian Clara
8
Bab 8 Si Bos Minta Lebih
9
Bab 9 Rencana Licik si Bos
10
Bab 10 Brondong Meresahkan
11
Bab 11 Dipepet Brondong
12
Bab 12 Trauma Clara
13
Bab 13 Godaan Brondong
14
Bab 14 Kesedihan Clara
15
Bab 15 Keluarga Aaron
16
Bab 16 Janda Lebih Menggoda
17
Bab 17 Perjodohan
18
Bab 18 Brondongku Perhatian
19
Bab 19 Brondong Mesum
20
Bab 20 Hubungan Rahasia
21
Bab 21 Makan Malam Romantis
22
Bab 22 Ketegangan Pagi (Visual Karakter)
23
Bab 23 Adanya Permintaan
24
Bab 24 Kenangan Buruk
25
Bab 25 Salah Paham
26
Bab 26 Boss Nakal
27
Bab 27 Marahan & Baikkan
28
Bab 28 Doa Sahabat
29
Bab 29 Terpaksa Putus
30
Bab 30 Meriang
31
Bab 31 Bikin Panas
32
Bab 32 Kebohongan
33
Bab 33 Kegalauan
34
Bab 34 Jebakan Si Boss
35
Bab 35 Kegilaan Aaron
36
Bab 36 Tidak Bisa Menolak
37
Bab 37 Harus Menghilang
38
Bab 38 Aaron di Jebak
39
Bab 39 Si Boss Ganggu
40
Bab 40 Clara Pulang
41
Bab 41 Berita Heboh
42
Bab 42 Kepergian Aaron
43
Bab 43 Anak Pembuat Masalah
44
Bab 44 Aaron Tidak Berdaya
45
Bab 45 Kebaikan Hati
46
Bab 46 Hidup Mandiri
47
Bab 47 Pembalasan Si Jack
48
Bab 48 Pemanggil Pelanggan
49
Bab 49 Namamu Dihatiku
50
Bab 50 Malam Kerinduan
51
Bab 51 Sandiwara di Mulai
52
Bab 52 Gelisah
53
Bab 53 Jadi Selimut
54
Bab 54 Brondong Naif
55
Bab 55 Boss Menghilang
56
Bab 56 Mengambil Hati Calon Mertua
57
Bab 57 Di Siang Hari yang Panas
58
Bab 58 Ketakutan Seorang Janda
59
Untuk Para Readers 🫰
60
Bab 59 Dunia Serasa Milik Berdua
61
Bab 60 Curahan Hati si Brondong
62
Bab 61 Hampir Ketahuan
63
Bab 62 Kekhawatiran Caca
64
Bab 63 Sudah di Jemput
65
Bab 64 Alvaro dan Aaron
66
Bab 65 Berpisah Lagi
67
Bab 66 Waktu Telah Berlalu
68
Bab 67 Kekecewaan Clara
69
Bab 68 Pacar Baru
70
Bab 69 Calon Suami Clara
71
Bab 70 Clara di Lamar
72
Bab 71 Clara Menghilang
73
Bab 72 Apakah ini Mimpi?
74
Bab 73 Aaron yang Dingin
75
Bab 74 Apa yang Terjadi?
76
Bab 75 Menemui Papa
77
Bab 76 Transaksi di Dubai
78
Bab 77 Masa Lalu Aaron
79
Bab 78 Seperti Dongeng
80
Bab 79 Kerasnya Hidup
81
Bab 80 Tak Ingin Kehilangan
82
Bab 81 Si Brondong Makin Menggoda
83
Bab 82 Pertemuan Dadakan
84
Bab 83 Tidak Bisa Kemana-mana
85
Bab 84 Keinginan Orangtua
86
Bab 85 Siasat Aaron
87
Bab 86 Mantranya Terlalu Kuat
88
Bab 87 Paul Mulai Bergerak
89
Bab 88 Kabur
90
Bab 89 Petualangan Bersama Brondong
91
Bab 90 Malam Hari di Pulau Cinta
92
Bab 91 Pulau Cinta
93
Bab 92 Romansa di Pulau Cinta
94
Bab 93 Surprise!!
95
Bab 94 Honeymoon
96
Bab 95 Pengantin Baru
97
Bab 96 Camping
98
Bab 97 Malam Berbintang
99
Bab 98 Pencarian
100
Bab 99 Dasar suami Brondong
101
Bab 100 Rencana diluar Rencana
102
Bab 101 Aaron Gelisah
103
Bab 102 Permintaan Wanita Nakal
104
Bab 103 Percakapan Larut Malam
105
Bab 104 Menunggu Suami Pulang
106
Bab 105 Keributan
107
Bab 106 Perlawanan
108
Bab 107 Dipisahkan
109
Bab 108 Pulang ke Jakarta
110
Bab 109 Rindu Masakan Rumah
111
Bab 110 Dua Garis
112
Bab 111 Pertemuan Keluarga
113
Bab 112 Meminta Restu
114
Bab 113 Pernikahan Beda Usia
115
Bab 114 Pria dari Masa Lalu
116
Bab 115 Emosi Gara-Gara Mantan
117
Bab 116 Antara Masa Lalu dan Saat ini
118
Bab 117 Tunggu di Jemput
119
Bab 118 Mencari Solusi
120
Bab 119 Memutuskan Kerjasama
121
Bab 120 Kemalangan Adam
122
Bab 121 Kelahiran Anak Pertama

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!