"Kak. Menurut kakak kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga tiba-tiba kekasih ku meminta putus dan memblokir nomorku begitu saja??" Ujar Abrar lemas setelah menatap layar ponselnya. Ia tidak tahu kenapa wanita yang dicintainya menghindarinya tiba-tiba dan memutuskannya begitu saja. Abrar adalah adik bungsu Althar. Dia anak ketiga dan anak kesayangan di keluarga Ardhiraksa.
"Mungkin ada yang lain!" Jawab Althar santai. Ia benar-benar tidak mengerti akan perasaan adiknya yang sedang putus cinta. Mana Althar tahu akan percintaan? Ia selalu cuek dalam keadaan apapun. Persis akan apa yang dikatakan Najma bahwa dia itu seperti tembok. Begitulah dia, sangat kaku, cuek dan keras kepala.
"Bisakah kakak tidak memanasi ku? Aku benci sekali mendengar itu!"
"Bukankah aku sudah bilang itu mungkin! Mungkin saja dia sudah punya yang lain. Ya kan?" Althar masih asik menikmati mainan Biliard-nya.
"Tapi sepertinya dia tidak seperti itu. Terakhir kali ia tidak pernah masuk ke kampus lagi. Ia bilang ibunya masuk rumah sakit, jadi ia sangat sibuk untuk menjaganya. Namun kenapa tiba-tiba dia memutuskanku? Padahal aku ingin membantunya. Bila perlu aku juga ingin menjenguk ibunya, namun ia tidak pernah memperbolehkan ku untuk tahu dimana ibunya dirawat. Ia tidak ingin membebani ku katanya. Seharusnya aku katakan dari awal saja kalau aku ini kaya"
"Memang dia sebaik itu? Kau yakin dia tidak ada yang lain?" Althar masih fokus bermain dan terus menembak bola biliard incarannya.
"Aku sangat percaya dia. Aku sudah mengenalnya cukup lama. Dia bahkan sangat mandiri dan tidak pernah meminta apapun dariku. Bahkan sepeserpun uang tidak pernah ia terima. Dia sungguh menerimaku apa adanya disaat aku pura-pura miskin. Aku sungguh galau kak! Aku tidak pernah merasa sesedih ini sebelumnya? Sebenarnya dia kemana? Kekampus pun tidak pernah sekarang."
"Haha. Benarkah itu? Sejak kapan kau galau akan wanita?" Althar masih berfokus pada 1 bola yang akan ia tombak lagi, namun telinganya tentu mendengar ucapan adiknya yang sedang galau itu.
"Kak. Aku sedang serius!"
"Berarti kau kesini dan mengajakku main biliard hanya untuk menghilangkan rasa galau mu itu?"
"Tentu saja. Aku kira dapat menghilangkan rasa galauku dan ternyata tidak. Bahkan panggilan biasa pun tidak pernah ia angkat! Bahkan selalu direject. Apa aku melakukan kesalahan? Apa dia sudah tahu kalau aku ini kaya dan makanannya dia memutuskanku?"
"Cihh. Sejak kapan wanita tidak suka kekayaan? Seharusnya dia senang kalau tahu kau itu kaya raya bukan?"
"Kak, dia itu berbeda. Makanya aku sangat mencintainya."
"Apa perbedaannya? Apa dia sangat cantik?"
"Dia sangat manis. Menurutku yang cantik akan kalah dengan yang manis. Begitulah pandanganku. Entah kenapa dimataku ia sangat cantik dan manis. Aku lebih merujuk ke kata manis. Pokoknya dia sangat manis, tidak membosankan"
"Lalu kenapa kau tidak menemuinya saja? Jangan lewat telepon tidak gentle sekali!"
"Permasalahannya aku tidak tahu dimana rumahnya kakak. Lagipula ia sedikit pendiam dan tidak banyak bicara"
"Kamu ini bagaimana? Berhubungan dengannya tapi tidak tahu apapun tentangnya! Kapan kau putus dengannya? Apa barusan? Kenapa galau sekali! Wanita seperti apa yang membuatmu galau begini?"
"Wanita yang sangat manis dan luar biasa. 8 hari yang lalu di sore hari terakhir dia telpon dan menangis kepadaku. Ia meminta maaf entah apa kesalahannya. Dia bilang dia bukan wanita baik-baik untukku. Jadi jangan pernah cari dia lagi. Dia bilang begitu. Entah apa maksudnya? Tapi di terakhir katanya dia bilang dia masih mencintaiku dan semoga aku bahagia nanti, begitu? Ahh! Apa maksudnya dia berkata seperti itu kak?! Dia benar-benar menyiksaku! Bahkan kemungkinan dia tidak bisa lanjut kuliah lagi,dia bilang begitu kak. Bukankah menyakitkan!"
"Kalau dia bilang begitu berarti dia tidak baik untukmu. Lalu kenapa kau harus galau? Tinggalkan saja dia. Relakan! Seperti tidak ada wanita lain saja! Bukankah yang menyukaimu banyak?" Menjawab seenaknya Althar. Ia benar-benar tidak tahu bagaimana rasanya putus cinta. Curhat dengan kakaknya Althar bukannya menambah ketenangan ataupun solusi malah membuatnya stress saja.
"Tapi yang ini berbeda Kakak! Seumur hidupku aku hanya akan mencintai Najma. Tidak ada yang lain!"
"Najma?" Berucap kecil. Hampir tak terdengar oleh telinganya sendiri.
"Siapa tadi???" Mempertegas pendengarnya.
Mendengar nama Najma membuat Althar tidak jadi menombak bola itu. Ia merasa telinganya sudah tidak waras hingga terngiang-ngiang akan namanya.
"Najma Kak. Kekasihku, siapa lagi?"
"Najma???"
"Iyaa. Kakak tidak tahu kan bagaimana rasanya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya? Sungguh sakit kakak. Sudah seperti lagu saja! Menyebalkan!"
Althar terdiam diri sekarang. Ia tidak mendengarkan lagi perkataan sang adik.
Terlebih mendengar nama Najma dan perkataannya yang katanya ibu kekasihnya itu dirawat dirumah sakit, bahkan 8 hari yang lalu pernikahan mereka terjadi dan disitu pula adiknya putus cinta.
Tidak mungkin! Mungkin ini hanya kebetulan.
"Kau sekolah di Universitas mana?"
"Ya Tuhan! Apa kakak lupa? Segitu tidak pedulinya kau pada adikmu ini Kak? Bahkan sekolahku saja kau tidak tahu!"
"Aku lupa. Aku terlalu sibuk!"
"Cihh! Aku di Universitas xxxx xxxx Kak."
Semakin jelas saja kalau hal ini menuju ke arah Najma istrinya.
Bukankah itu Universitas Najma juga. Aku pernah melihatnya dilayar leptop. Bagaimana bisa dia masuk kesitu? Bukankah itu Universitas mahal dan terkenal?
"Kenapa memangnya Kak?"
"Tidak. Bukankah itu Universitas terkenal? Sudahlah, lebih baik kamu fokus pendidikan saja. Kamu masih terlalu muda untuk memiliki hubungan!" Suasana ini merusak moodnya. Bahkan Althar menjadi malas bermain sekarang. Ia sedang mewanti-wanti jangan sampai Najma yang dimaksud Abrar itu adalah istrinya.
"Kakak mau kemana?" Melihat Althar yang meninggalkan mainannya membuatnya terheran.
"Kakak mau istirahat. Capek! Kau main saja sendiri."
"Aishhh! Bagaimana kakak ini? Sepertinya tadi dia begitu menikmati permainannya. Kenapa tiba-tiba sekarang malas? Sudahlah aku juga ingin pulang. Malas sekali bermain sendiri!"
Althar langsung naik ke lantai atas. Ia Ingin memastikan apa yang ada dipikirannya. Ia bahkan tidak peduli dengan kehadiran adiknya yang ia tinggal diruang biliard. Mungkin dia pulang sekarang tapi ia tidak peduli. Sekarang ia sudah melangkah ke kamar Najma. Leptop itu tentu saja masih ateng diatas meja itu.
Jangan sampai ini terjadi! Masa aku harus menyakiti adikku sendiri?
Althar langsung membuka leptop Najma. Setelah melihat data istrinya Najma benar-benar sekolah di Universitas yang disebutkan Abrar tadi. Bahkan bukan hanya itu saja, ia tak sengaja menemukan foto-foto istrinya bersama adiknya sendiri sekarang.
"Astaga??? Kenapa beneran begini!"
Althar tidak tahu harus bagaimana sekarang? Ia hanya bisa terbelalak melihat itu semua. Mau marah? Mau kesal? Mau emosi pun juga percuma, entah ini salah siapa? Kenapa dia menikahi kekasih adiknya sendiri seperti ini!
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa aku harus melepaskannya?" Althar sudah memijat pelipisnya sendiri. Ia merasa begitu kesal dengan jalan hidupnya yang seperti ini. Bahkan ia sudah menutup leptop itu dengan kasar. Tidak peduli mau rusak atau tidak? Toh dia bisa membelinya lagi semaunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Breagita rolissa
Yah mulai galau deh. /Scowl//Hey/
2024-09-29
0