Setelah keduanya sampai juga di lingkungan kantor Najma dan Darren langsung menuju keruangan Althar.
"Kenapa lama sekali?" Tanya Althar yang sudah menunggu keduanya sejak tadi.
"Maaf Tuan, jalanan begitu macet."
"Apa macet kau gunakan sebagai alasan? Lihat makanannya hampir dingin." Ternyata Althar sudah menyiapkan makan siang untuk mereka sejak tadi.
"Maaf Tuan. Tadi saya mampir beli jajan. Jangan salahkan pak Darren. Saya yang menyuruhnya berhenti sebentar tadi."
"Beli jajan?"
Melihat kantong plastik yang dipegang istrinya itu membuatnya heran.
"Jangan beli jajan sembarangan. Nanti kalau kamu keracunan bagaimana? Kamu itu harus menjaga dirimu dan hamil untukku Najma.." Melihat makanan yang hanya berkantong plastik tipis ditangan istrinya itu membuatnya mengoceh.
"Anda yang berlebihan. Kue ini sangat enak. Ya kan pak Darren? Apa Anda sudah mencicipi punya Anda?" Bahkan Najma begitu menikmati kue Rangin itu dan terus memasukannya ke mulut walau masih mengunyah.
"Belom Nona"
"Kau juga membelinya?" Tanya Althar pada Darren yang sama-sama memegang kantong plastik itu.
"Nona yang membelikannya untukku Tuan" Sambil menunjukkan 1 kantong plastik berisi makanan itu yang masih penuh.
"Jadi kau tidak membelikanku juga? Kau tidak ingat denganku?" Menatap sengit istrinya sekarang, bukannya membelikan untuknya tapi malah untuk Darren.
Sungguh Darren tergelak sebenarnya. Ia bahkan tersenyum kecil melihat Althar yang kesal tidak dibelikan juga oleh Najma. Ia baru melihat sikap Althar yang seperti ini.
Sepertinya sudah muncul benih-benih cinta dihatinya.
"Memang Anda mau? Ini hanya makanan jalanan. Aku takut nanti Anda keracunan makan makanan ini. Jadi aku tidak membelikannya untuk Anda"
"Cihh. Berikan punyamu untukku Darren! Kau beli lagi nanti."
"Jangan itu punya pak Darren. Tuan yang ini saja.."
"Kau tidak boleh membelikan sesuatu untuk siapapun itu sebelum membelikan ku dulu!"
"Ya sudah kalau begitu Pak Darren yang ini saja. Ini masih ada setengah. Ini juga masih bersih, belom aku sentuh.."
"Gak gak..! Aku yang itu saja. Biar Darren yang ini" Akhirnya Althar memberikan punya Darren kembali dan mengambil sisa punya istrinya. Entah kenapa ia tidak rela jika setengah makanan punya istrinya dikasih orang lain.
Cihh, belom apa-apa sudah posesif.
Darren akhinya memulai untuk mencicipinya, dan ternyata rasanya begitu enak di lidahnya. Dari aroma saja sudah kelihatan menurutnya.
"Ini enak. Bahkan sangat enak. Tak heran jika Anda menyukainya Nona.."
"Tentu saja itu memang sangat enak"
Althar belom berani mencicipinya. Ia masih melihat Darren yang terus saja mencicipinya dan bahkan sepertinya ia juga suka dengan makanan itu.
"Benarkah?"
Althar pun akhirnya ikut mencicipinya juga karena penasaran. Dan memang benar rasanya itu enak dan begitu harum wanginya.
"Lumayan. Tapi setelah ini jangan beli lagi. Suruh koki dirumah bikin saja. Kamu tidak boleh makan sembarangan"
Cihh, terserah kau saja Tuan.
Cuaca begitu panas. Bahkan Najma sudah berkali-kali mengusap-ngusap lehernya yang basah karena keringat.
"Kenapa kau tidak membuka syalmu? Bukankah hari ini sangat panas?"
Najma tentu saja menggelengkan kepalanya. Ia pasti merasa malu jika Darren sampai melihat lehernya.
"Kenapa? Buka saja? Bahkan kau terus mengusap-ngusap lehermu sejak tadi?"
"Jangan Tuan, aku tidak mau. Aku malu. Kenapa Anda memaksa sekali!"
"Kau malu dengan siapa? Kau malu dengan Darren? Biarkan saja Darren tahu." Althar langsung melepas syal itu begitu saja dari lehernya. Tentu saja terpampang jelas beberapa tato Althar yang sudah dicap di leher itu.
Membuat Darren hampir tersedak saat minum.
Najma langsung menutupinya dengan tangannya. Namun Darren sudah pasti melihat itu semua dengan jelas tadi.
Haha Astagaaa! Kenapa aku baru menyadari akan tingkah mereka ini. Begitu banyak stempel yang kau tempelkan disana Tuan? Secinta itukan Anda dengannya sekarang? Mencurigakan!
Darren dan Althar sudah saling bertatapan. Bahkan Darren tak kuat menahan senyumannya. Entah tatapan apa yang sedang diartikan keduanya itu.
"Baiklah. Aku rasa aku harus makan siang disebelah saja Tuan. Nona akan malu melihatku terus disini.."
"Jangan jangan Pak Darren jangan. Makan disini saja. Aku tidak papa. Tolong temani aku. Aku tidak mau sendirian disini." Langsung merasa bahaya Najma jika ia ditinggal di ruangan itu bersama suaminya.
"Kau bilang sendirian? Berarti aku setan???" Pekik Althar kesal mendengar ucapan istrinya tadi.
"Tentu tidak Tuan. Tapi jujur saja Anda lebih menyeramkan dari pada setan"
Darren bahkan hampir tergelak.
"Darren!"
"Saya akan pergi sekarang Tuan"
"Jangan Pak Darren. Aku mohon."
"Tidak Nona, nanti Anda sungkan."
Hey? Kau tidak lihat monster ini? Lihat bagaimana dia menatapku mesum!
"Kan Darren pengertian?"
Dih! Bilang saja kau memang ingin mengusir ku kan Tuan.
Darren pergi dengan senyumannya. Melihat Althar bahagia juga membuatnya bahagia. Ia juga membawa minuman dan nasi kotak itu ke ruangannya untuk segera makan.
"Sudah tidak usah ditutupin. Itu bagus di lehermu. Sekarang makanlah dulu. Biar kamu makin berisi..." Althar tersenyum melihat semua itu. Ia langsung mengatur switch kacanya agar buram dan tidak tembus pandang lagi dari luar ruangannya. Bahkan Darren sudah tidak bisa melihat mereka berdua lagi sekarang.
"Kenapa ditutup kacanya Tuan? Biarkan saja kacanya seperti tadi?"
"Kenapa? Kamu takut? Katanya kamu malu. Gimana sih!"
"Iya tapi tadi Tuan. Ini kan Pak Darrennya sudah pergi.."
"Sudah makanlah! Kenapa kau banyak bicara sekali? Bukankah tugasmu hanya menurutiku saja!"
Iya tentu saja! Tapi kau bisa melakukan apa saja sesukamu. Ini yang membuatku kesal Tuan!
"Aku masih kenyang."
"Kenyang makan apa?"
"Makan cinta Anda!"
Ya melihatnya saja memang sudah membuatku kenyang! Bahkan enek!
"Haha. Apa kau bilang tadi? Kau yakin itu? Mau lebih kenyang lagi?" Althar benar-benar sudah mendekat. Memang ia bisa melakukan apa saja sesukanya.
"Ti-tidak Tuan. Aku hanya bercanda. Mohon maafkan aku.."
"Kalau aku menanggapinya serius bagaimana?" Bahkan bibir itu sudah sedekat itu di telinganya hingga membuatnya geli.
Sepertinya aku tidak boleh salah perkataan. Orang ini benar-benar menyeramkan.
"Aku akan makan sekarang Tuan. Aku lapar.."
Cihh! Hanya dia yang berani bersikap seperti itu dihadapanku. Menggemaskan!
"Makan yang banyak. Kamu tahu kan maksud aku?" Lagi-lagi Althar benar-benar menggodanya. Ia merasa terhibur sekali dengan ekspresi Najma yang ketakutan saat ia berusaha mendekatinya, sekaligus ia juga nurut padanya, sungguh ini hiburan yang seru baginya.
"Bisa tolong singkirkan tangan Anda Tuan? Aku sedang makan kan?" Tangan itu sudah seenaknya menyelinap masuk kedalam bajunya. Bahkan ia seenaknya mengelus-elus perut itu.
"Kenapa kamu tidak suka?"
"Geli Tuan.."
"Tapi aku suka... "
Astaga aku sungguh ingin menjambakmu!
"Tuan ini dikantor. Apa Anda tidak bisa bersikap profesional? Kalau ada yang ngeliat bagaimana?" Masih berusaha menyingkirkan tangan itu, namun tenaganya bahkan tak mampu menggeser 1 jemari pun.
"Cihh! Ini kantorku. Suka-suka aku. Peraturan juga milikku! Bukan begitu?"
Yaa...terserah kau saja! Kau memang rajanya disini. Lalu siapa yang akan berani membantahmu? Tentu saja tidak ada! Jika bukan karena ibuku aku pasti tidak akan segila ini sekarang.
Darren masuk begitu saja. Ia ingin menginformasikan sesuatu. Namun melihat keduanya yang tampak romantis karena Althar merangkul pinggang itu dan bahkan melihat tangan itu yang menyelinap masuk tadi membuatnya ingin keluar lagi.
"Tuan. Ohh maaf.."
Astaga! Aku lupa ada Nona, seharusnya aku tidak main masuk tadi.
Darren akan keluar lagi namun sudah dicegat oleh Althar.
"Katakan apa yang akan kamu bicarakan Darren?" Bahkan lelaki itu terlihat begitu santai. Tangan itu saja masih standby disitu memainkan pusarnya.
"Nyonya Fatara akan tiba besok dibandara malam hari Tuan. Ia ingin Anda yang menjemputnya, bagaimana?"
"Aku sibuk. Kau saja yang menjemputnya. Bila perlu suruh supir dirumah."
"Baik Tuan.."
Darren menatap ponselnya kembali. Ia sedang membalas pesan dari Nyonya Fatara itu sambil keluar ruangan Tuan Althar lagi.
"Maaf Nyonya, mungkin besok malam aku yang menjemput Anda. Tuan benar-benar sedang sibuk."
"Lalu kenapa Althar jarang membalas pesanku Darren? Apa dia sesibuk itu? Jangan kan membalas, membuka pesanku saja jarang! Dia ini kenapa?" Kesal Fatara didalam pesan.
Melihat tangan Tuan Althar yang menyelinap di pinggang Najma tadi juga membuat Darren menggeleng kepala sendiri sambil membalas pesan itu.
"Tuan benar-benar sedang sibuk Nyonya. Begitu banyak masalah dikantor akhir-akhir ini."
Najma benar-benar merasa kesal tak terkira. Ia langsung menyingkirkan tangan suaminya itu dari perutnya kuat-kuat.
"Kenapa Anda menyebalkan sekali Tuan? Tidak malu kah Anda dengan Pak Darren tadi? Ia pasti mengiraku perempuan yang sangat gampangan!"
"Haha. Bukankah kau yang menawarkan dirimu di hadapan Darren? Justru aku sedang mengajari Darren bagaimana caranya menyayangi wanita sayang!"
Cihh! Lebih menggelikan lagi jika kau memanggilku sayang!
"Aku mau ke toilet!" Najma terlihat begitu kesel sekarang. Ia tidak bisa mengelak apa yang dikatakan Tuan Althar. Memang benar adanya ia yang telah menjual dirinya sendiri padanya.
"Itu pintunya. Kamu tinggal masuk saja.." Althar menunjuk salah satu pintu diruangan itu. Bahkan ia masih saja tersenyum kecil menyembunyikan kesenangannya. Ia merasa terhibur sekali akan ini.
Najma pun pergi dengan masam. Terlihat jelas diwajahnya kalau ia itu marah. Sebenarnya bukan marah namun merasa kasihan dengan dirinya sendiri.
Kenapa Anda membuatku sesakit ini Tuan. Aku ingin orang yang menyentuhku seperti ini adalah yang paling mencitai ku dan aku juga mencintainya, tapi kenapa harus Anda.
Entah kenapa Najma benar-benar membuat mood Althar senang dan tersenyum.
Semakin kau menolak semakin membuatku menantang Najma. Bahkan kau sungguh menggemaskan sekali sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Breagita rolissa
Yeh mulai gatel nih si Althar/Angry//Facepalm/
2024-09-29
0