Lin Lin yang melihat itu bingung.
'Kenapa sinar ini menerangi ku? Apakah akan terjadi sesuatu?' tanya Lin Lin di dalam pikirannya.
'Tuan ini namanya sumpah setia yang berarti bahwa Weiwei bersumpah untuk tidak pernah mengkhianati tuan,' jawab Min Xiang dalam pikiran Lin Lin.
'Begitu ya,' ucap Lin Lin.
Wajar saja jika Lin Lin tidak tahu. Karena ia malas untuk membaca pengetahuan umum tentang dunia baru nya ini. Tapi jangan salah mengira bahwa Lin Lin merupakan orang bodoh, Lin Lin atau lebih tepatnya Irara merupakan gadis cerdas di zaman nya. Hanya saja ia terlalu malas melakukan hal-hal yang merepotkan.
Lin Lin tersenyum manis menatap Weiwei yang sekarang sedang berlutut di hadapannya.
"Wei, berdirilah," suruh Lin Lin.
"Wei, ikutlah ke kamar ku sekarang aku akan menceritakannya," ucap Lin Lin.
Lin Lin awalnya terkejut karena sumpah setia dari Weiwei. Pasalnya saat ini ia bersumpah untuk setia pada orang lain bukan pada nona nya sendiri. Meskipun Ia saat ini menggunakan tubuh Lin Lin tetapi ia merupakan jiwa dari masa depan.
"Wei, setelah mendengarkan ceritaku, kuharap kau tidak akan marah dan akan selalu percaya padaku," ucap Lin Lin menjadi serius.
"Ya nona," ucap Weiwei mengangguk dengan pasti.
Lin Lin tersenyum sebentar lalu mulai menunjukkan ekspresi serius nya lagi.
"Nona mu, Su Lin Lin, sudah meninggal," ucap Lin Lin berhenti sejenak.
"A-apa? Ta-tapi anda berada di depan saya nona," ucap Weiwei memotong pembicaraan Lin Lin.
"Ya, Wei. Memang benar aku berada di depan mu, tapi aku bukanlah Su Lin Lin yang asli. Tolong jangan memotong pembicaraan ku," ucap Lin Lin yang melihat mulut Weiwei terbuka siap mengeluarkan kata-kata.
"Aku merupakan jiwa dari seorang agen pembunuh bayaran dari masa depan. Namaku Irara gadis cantik yang berumur 23 tahun. Sayangnya aku tewas di tangan pacarku sendiri karena ia mengkhianati ku. Tiba-tiba saja jiwaku tertarik ke dalam ruang jiwa di tubuh Su Lin Lin. Gadis itu menyuruh ku untuk menggantikan nya dan membalaskan dendam untuknya. Dengan imbalan aku dapat mengendalikan tubuhnya dengan bebas dan hidup sebagai dirinya. Nona mu yang selama ini kau sayangi telah tiada akibat serangan dari pembunuh bayaran yang menenggelamkan diri nya di dalam kolam," ucap Lin Lin dengan raut wajah sedih.
Lin Lin menatap Weiwei yang saat ini menampilkan raut wajah yang tidak terbaca.
Saat ini Weiwei sedang berada diambang kebingungan. Mungkinkah semua cerita gadis yang berada di hadapannya kini merupakan sebuah kebenaran?
"Maafkan aku. Maaf karena selama ini aku selalu membohongimu," ucap Lin Lin sambil menahan air mata dengan menggigit bibir bawahnya.
Weiwei tidak menjawab. Ia langsung melangkah keluar dari kamar Lin Lin.
Lin Lin sudah menduga itu. Weiwei pasti akan kecewa pada nya karena menyembunyikan hal sebesar ini.
"Hah sudahlah yang penting aku sudah mengungkapkan kebenaran ini. Aku juga harus menenangkan diriku. Aku tidak tahu akankah Wei tetap percaya pada ku atau malah membenciku. Padahal Weiwei sudah bersumpah untuk setia padaku," ucap Lin Lin.
"Aku akan menulis surat untuk Weiwei terlebih dahulu," ucap Lin Lin kemudian menuliskan surat yang mengatakan bahwa ia sedang pergi jalan-jalan dan akan kembali sebelum malam.
Setelah menulis surat, Lin Lin kemudian dress selutut dari ruang dimensinya lalu memakainya. Ia mengambil sebuah tudung kain berwarna hitam dan sebuah cadar agar wajahnya tidak diketahui orang-orang.
Lin Lin pergi dari kediaman Jendral Su dengan menggunakan ilmu peringan tubuhnya dan mengarah ke pasar.
Saat sampai dipasar, Lin Lin tersenyum senang. Tak bisa ia pungkiri, ia rindu masa-masa jalan-jalan dengan damai tanpa khawatir hari esok.
Lin Lin berjalan sambil memandangi sekitarnya. Lin Lin melihat penjual tanghulu yang sedang berteriak menjual tanghulunya
"Paman, berapakah harga tanghulu itu?" Tanya Lin Lin.
"Harganya hanya 2 koin perak nona," ucap penjual itu.
"Emm, paman bila aku membayar segini, berapa banyak tanghulu yang aku dapatkan?" Tanya Lin Lin sambil menyodorkan sebuah koin emas.
"Nona, anda dapat memiliki semua tanghulu yang saya jual," ucap si penjual tanghulu itu senang.
"Baiklah paman, aku ambil itu," ucap Lin Lin.
"Silahkan nona," ucap penjual itu memberikan semua tanghulu yang ia jual.
"Terima kasih," ucap Lin Lin sambil tersenyum manis kepada penjual tanghulu tersebut.
Sedangkan si penjual tanghulu itu merona karena suara Lin Lin yang manis.
Lin Lin memasukkan tanghulu yang ia beli ke dalam cincin ruang nya.
Lin Lin berjalan lurus hendak mencari kedai makanan sambil memegang satu tusuk tanghulu.
Di perjalanan ia melihat keramaian sedang mengerumuni sesuatu di tengah. Karena rasa kepo, Lin Lin bertanya pada seseorang yang berada di dekat kerumunan itu.
"Kakek, apa yang terjadi disana? Mengapa sangat ramai?" Tanya Lin Lin pada seorang kakek yang sedang berdiri di dekat kerumunan.
"Ah ada lelaki bodoh yang menyinggung putri dari menteri keuangan" ucap kakek itu.
"Memang apa dia lakukan kek?" Tanya Lin Lin.
"Sejujurnya laki laki itu tidak melakukan apapun. Hanya saja putri dari menteri keuangan sangat sombong dan arogan karena ayahnya merupakan pejabat terhormat. Nona Shu Yi menabrak pria itu dengan keras hingga membuat dirinya terjatuh. Itulah yang terjadi," jelas kakek itu.
"Ternyata begitu. Tidak disangka menteri Mo yang sangat terhormat itu mempunyai putri yang tidak tau sopan santun," gumam Lin Lin pelan.
"Kalau begitu, terima kasih atas informasi nya kakek," ucap Lin Lin.
Si kakek membalas dengan tersenyum kemudian baru menyadari pakaian yang dipakai Lin Lin. Saat ingin bertanya, Lin Lin sudah pergi menyelinap ke dalam kerumunan dan menuju pusat keributan ini.
"Hei kau miskin, beraninya kau menabrakku," teriak Mo Shu Yi.
"A-aku tidak menabrakmu. Kau yang tidak melihat aku berada di depan mu lalu tanpa sengaja menabrakku" ucap seorang pria muda yang cukup tampan sekarang terduduk di lantai dengan wajah lebam.
"Apa kau bilang?! Mana mungkin aku mau menabrak orang miskin seperti mu?!" Teriak Mo Shu Yi.
'Idih bilang aja malu kan Lo gara-gara jatuh ke lantai. Terus karena kebetulan ada orang lewat jadi Lo salahin. Hafal banget gue sama sifat kayak gini,' batin Lin Lin terlalu kesal hingga membatin menggunakan bahasa gaul.
"Beraninya kau memfitnah nona. Hei, kalian, pukul laki-laki tidak tahu malu ini," ucap seorang pria kekar, yang tampaknya merupakan pemimpin pengawal dari Mo Shu Yi, kepada pengawal lainnya.
Baru selangkah para pengawal itu mendekati pria yang terduduk di lantai, suara manis nan merdu menyeruak.
"Berhenti!" Ucap nya.
_-----------------------------------------------------------------------_
bersambung
Ikutin terus ya ceritanya 😄
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 454 Episodes
Comments
Anonymous
emang ada sih bbrp crita kayak gini,brg2 n pakaian2 jaman modern dipakai dijaman kuno
2021-08-17
3
Desty Ratnasari
jangan paket baju moderen deh jadi kesannya kurang dapettt..wlwpun reikernasi tpi klw soal pakaian yg pas pada zaman nya aje...
2021-05-11
6
art
👍 👍
2021-04-27
3