Lagi kujumpai pesan dari nomer ini. Sesak selalu saja terasa saat kucoba membaca isi pesannya. Sudah beberapa hari Adrian terus mengirimiku pesan,beberapa kali pula ia mencoba menghubungiku tapi tak pernah kuangkat. Dan selalu saja sebuah penjelasan yang ia tuliskan. Sebuah alasan yang membuatku jengah.
Masih adakah kebenaran dari sebuah alasan yang ia katakan ?. Haruskah aku bersimpati dengan apa yang ia katakan sebagai keterpaksaan ?. menikah karena terpaksa meninggalkan aku dengan luka dan dia terus mencoba memberi penjelasan. Seakan enggan melepasku tapi telah ada wanita lain yang ia persunting.
Dengan segala keegoisannya dia masih mengatakan cinta padaku. sungguh membuatku muak,dan aku dengan keegoisanku pun tak ingin lagi mendengar setiap alasan dan penjelasan yang ia berikan. Membiarkan terus begini rasanya lukaku akan terus terasa sakit. Hari ini aku putuskan ganti nomer.
Dengan menggunakan motor bibi aku pergi ke konter terdekat. Sekitar 15 menit aku sampai di tempat tujuan. Sepi,kebetulan tak ada pengunjung lain.
" permisi mbak ' ' sapaku pada sesosok gadis yang terlihat masih sangat muda. " mau cari apa mbak ?" tanyanya dengan sesungging senyum ramah.
" Kartu perdana mbak"
" oh,sebelah sini mbak" jawabnya,seraya melangkah menuju etalase berisi kartu perdana yang tersusun rapi di sana.
sebuah nomer kupilih,tak perlu nomer cantik. Cukup nomer yang menjauhkanku dari sang mantan.
" Registrasi sekalian mbak " pintaku.
"KKnya ada ?"
" oh ya,sebentar" aku mengeluarkan hp. mencari pesan yang tadi dikirim Lian. karena tadi aku sempat memintanya mengirimi nomer KK.
Selesai dengan urusan regitrasi aku meminta mbak- mbak itu untuk sekalian mengisi kuota. Dan selamat tinggal nomer lama,meski aku harus mengabarkan nomer baru ini pada teman- temanku. karena memang sudah cukup lama aku menggunakan nomer yang baru aku ganti. Tapi dari pada diganggu mantan dan membuatku susah move on,mending ganti nomer. Aku hanya ingin segera hidup tanpa bayang-bayangnya lagi.
"Hay Wid " tiba- tiba seseorang menepuk pundakku seraya menyapaku yang sudah duduk diatas motor. sontak aku yang terkaget menatap kebelakang. Ternyata Aji yang berada disana.
" eh mas aji,bikin kaget aja" celetukku yang disambut senyum tipis.
" ngapain Wid ?"
" ini habis beli kartu,mas sendiri ngapain ?"
" mau cari makan.sendiri aja, cowok kamu mana ?" tanyanya sembari menatap sekelilingku. Aku mengernyit bingung.
" cowok ?,siapa ?"
" lha itu,yang ketemu aku kemarin ?"
" ooh Haris ?, dia temen aku"
" bukan cowok kamu ?" selidiknya
" bukan. kenapa ?"
Ada seulas senyum dibibirnya dan sebuah gumaman yang masih bisa ku dengar " bararti masih ada kesempatan"
Lirih ucap itu yang tak ku tanggapi. Pura- pura saja aku tak mendengar dan masa bodolah dengan dia. Aku belum ingin melibatkan lagi hati. Mungkin saat ini waktu untukku menikmati kesendirian belajar mencintai diri sendiri. memuaskan segala keegoisan diri tanpa harus memikirkan perasaan pasangan.
" mmm,ikut makan yuk. disitu ada soto enak lho" ucapnya seraya menunjuk sebuah warung makan.
" boleh juga"
Aku mengikuti langkah Aji memasuki warung makan itu. dua mangkok soto ayam dan dua gelas es jeruk kami pesan. Duduk disamping Aji saat menunggu pesanan. Dari ujung mataku sesekali kudapati mata Aji menatapku. Bukan aku tak mengerti tatapan itu. Tapi untuk saat ini biarkan aku egois. Aku jelas tahu pasti ada harapan lebih disetiap tatap matanya. Tapi aku tak ingin menanggapi. Biarkan sejenak aku dengan keegoisan ini. Aku hanya ingin teman itu saja tanpa harus melibatkan sebuah rasa lebih. Dikatakan jahat biarlah,sesekali aku ingin tak perduli.
Sampai pesanan kami datang,kami lebih banyak diam. Hanya sesekali aku bertanya tentang pekerjaannya. Dan basa- basi kecil lainnya. Namun tatapan mata itu sungguh sangat menggangguku. Aji sungguh tak tahukah engkau,aku tak ingin melibatkan hati dalam hubungan ini. Aku hanya ingin teman,hanya itu. Andai tak hanya dalam hati aku berbicara. Tapi tak mungkin juga bicara lantang. pasti akan sangat menyakitkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments