Seperti pagi biasa bi Ifa sudah di sibukan urusan dapur. Aku ikut disana membantu pekerjaan yang aku bisa meski mungkin hanya sekedar memotong sayuran dan hal- hal kecil lainnya. Bibiku cukup tahu keponakannya ini tak bisa kalau berurusan dengan panci,wajan dan segala alat dapur lainnya. meski aku dan Livi membuka cafe tapi aku cukup berurusan dengan masalah manajemen. urusan dapur bukanlah urusanku,karena aku benar- benar tak bisa diandalkan kalau urusan dapur. sungguh bukan wanita idaman.
Hah,biarkanlah begini adanya aku dengan segala ketidakmampuanku. Aku cukup sadar diri bahwa aku jauh dari kata sempurna. mungkin karena itu juga Adrian memilih wanita lain untuk jadi pelabuhan hatinya. Ah,kenapa lagi harus ada nama dia dibenakku. tidak bisakah nama itu hilang meski sekejap saja. tak mungkin,kecuali aku amnesia. tapi aku juga tak mau amnesia. melupakan masa lalu memang tak akan bisa. karena sudah terlanjur terukir tinggal bagaimana aku bisa menyikapinya. terus memelihara ukiran itu atau mengabaikanya,membuat ukiran baru yang lebih indah.
percuma untukku tertunduk dan menyesali. biarkan aku menengadah menatap langit meski tak bisa aku diatas sana. biarkan aku dengan segala keangkuhanku. mencoba menentang rasa yang memang masih ada. bolehkah aku disini sedikit egois mencari pelarian untuk sedikit melipur hati ini?. aku bukan wanita kuat ,aku hanya sosok lemah yang butuh kaki untukku berpijak,aku butuh pundak untuk bersandar,aku butuh tangan untuk berpegangan.
ya Tuhan,,,.tak bisa sebentar saja aku terdiam karena pikiranku akan terus melayang. menembus dimensi penuh kehampaan. dan aku terjebak disana dengan segala rasa yang menyakitkan. hanya suara peralatan masak yang terdengar. bibi sibuk dengan masakannya. sementara aku sibuk dengan pikiranku sendiri.
Usai acara memasak aku membantu bibi menyiapkan di meja makan.
" Wid,tolong bangunin adikmu sana" titah bibi yang sedang meletakan semangkok sop ayam.
" iya bi" sahutku singkat. segera beranjak menuju kamar Ilham yang masih tertutup rapat.
tok tok tok
pintu kuketuk keras,sama sekali tak ada sahutan.
" Ham,udah siang bangun" tetap saja tak ada suara. tak hanya sekedar ketukan lama- lama ku gedor juga pintu kamar Ilham.
ckreek. akhirnya terbuka juga pintu itu. sesosok manusia dengan muka kucel dan rambut berantakan muncul dari balik pintu.
" apa sih mbak. ini kan libur" ocehnya setelah melihatku didepan pintu.
" disuruh bangun sama bibi"
" duh mbak- mbak,gak bisa ya orang santai dikit. sekali- kali gitu aku bangun siang." keluhnya.
belum aku menyahut suara seseorang dibelakangku agak sedikit mengagetkan.
" ini kurang siang Ham ?,lihat itu jam berapa ?" bibi sudah berteriak dibelakangku.
"iya bu,ini Ilham juga sudah bangun" gerutu Ilham sebal.
" mandi habis, sarapan" perintah bibi seraya beranjak pergi.
hmm,bibiku yang selalu baik padaku ternyata galak juga. setelah formasi komplit kami berempat sarapan bersama. menikmati masakan bibi yang salalu terlihat sederhana tapi menggugah selera.
Hari ini paman dan bibi tidak kekebun mereka hendak kepasar untuk berbelanja. sedang aku,bingung hari ini mau apa. Kulihat Ilham sedang sibuk memakai sepatu di kamarnya. tampilannya pun sudah rapi,celana panjang,jaket yang membalut kaos pendeknya. wajahnya juga terlihat berseri- seri.
" mau kemana Ham ?" tanyaku sambil melangkah masuk kamar Ilham dan duduk di kursi yang ada disudut kamar Ilham. Mata Ilham yang tadi terfokus pada sepatunya kini menatapku.
" jalan mbak"
" ikut dong,bosen nih"
" sorry mbak,gak bisa kalau harus bawa mbak"
" hmmm,pasti mau ngedate nih"
" iya dong kan minggu. makanya buru move on,cari pacar baru" ledek Ilham sambil ngeluyur keluar kamar.
Aku hanya mencebikkan bibir menanggapinya. dan sekarang tinggalah sendiri. menikmati kebosanan hari ini. Mending kembali kekamarku bermalas-malasan disana menikmati novel yang belum selesai terbaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments