19. Nathan Dikeluarkan

Bu Kepala Sekolah tertegun sejenak mendengar ucapan Nathan. Ia lalu menghela napas panjang sebelum berbicara.

"Baiklah kalau itu maumu. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk merahasiakan hal ini dari Bu Anja. Lalu, untuk masalah Pak Suryo.." Bu Kepala Sekolah mengalihkan pandangannya ke arah Pak Suryo. "Kami akan memutuskan setelah mendengar pendapat dari dewan pengawas serta pihak kepolisian."

Wajah Pak Suryo berubah tegang. Tapi ia tak berani berkata apa-apa. Ia hanya bisa menundukkan kepalanya lebih dalam, dan wajahnya semakin pucat.

Bu Kepala Sekolah menatap keduanya sesaat, lalu berdiri. "Pak Suryo, Anda boleh pergi sekarang. Saya akan mengatur pertemuan dengan dewan pengawas dan pihak berwenang. Semua konsekuensinya akan diputuskan sesegera mungkin."

Pak Suryo bangkit dengan langkah gontai, nyaris terseret-seret saat ia meninggalkan ruangan tanpa satu pun kata terucap. Ketika pintu tertutup, hanya tersisa Nathan dan Bu Kepala Sekolah di dalam ruangan.

"Nathan," Bu Kepala Sekolah menatap Nathan, kali ini suaranya lebih lembut. "Sekarang, Ibu minta kamu untuk menghubungi orang tuamu. Kita perlu mendiskusikan masalah ini dengan mereka."

"Tidak perlu Bu," geleng Nathan. "Lagipula orang tua saya sudah tidak ada. Saya sudah menerima keputusan ini, jadi tidak ada yang perlu didiskusikan lagi."

Bu Kepala Sekolah tampak terkejut mendengar ucapan Nathan. "Apa kamu tidak punya wali yang bisa mewakilkan orangtuamu?"

"Tidak ada Bu," Nathan lagi-lagi menggeleng. "Saya hanya tinggal bersama nenek saya yang sudah tua. Kalau kita membicarakan hal ini, takutnya Nenek malah kena serangan jantung."

Raut wajah Bu Kepala Sekolah tampak makin kebingungan. "Kalau begitu, kami akan mengeluarkan surat rekomendasi pindah sekolah untukmu. Surat itu bisa kamu pakai untuk mendaftar ke sekolah lain,"

Nathan mengangguk pelan. "Terima kasih, Bu."

Ketika Nathan hendak bangkit dari kursinya, Bu Kepala Sekolah menatapnya dengan penuh arti. "Saya mengerti kenapa kamu melakukan ini, Nathan. Kamu ingin melindungi Bu Anja. Tapi kekerasan, apapun alasannya, tidak bisa dibiarkan. Maafkan Ibu. Keputusan ini pun rasanya berat bagi kami."

Nathan menunduk,mengangguk singkat. "Saya paham, Bu. Tapi saya tidak menyesali ini. Pak Suryo memang harus dipukul supaya tidak melakukan kesalahan yang sama."

Ibu Kepala Sekolah hanya bisa terdiam mendengar ucapan Nathan. Lalu dengan langkah pelan, Nathan keluar dari ruang kepala sekolah. Di luar, Anja sudah menunggunya dengan wajah khawatir.

"Nathan, apa yang terjadi?" tanyanya cemas.

Nathan tersenyum tipis. "Semua sudah selesai, Bu. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Anja memandangnya dengan tatapan penuh pertanyaan. "Kamu tidak dihukum, kan?"

Nathan menatap Anja sambil menghela napas panjang. "Sekolah memutuskan untuk mengeluarkan aku Bu,"

"Apa?!" Anja terbelalak. "Tunggu. Kenapa kamu dikeluarkan? Nathan, sebenarnya apa yang terjadi? Katakan pada Ibu. Biar Ibu yang menyampaikan ke Kepala sekolah. Kamu pasti punya alasan kenapa melakukan itu. Iya, kan?"

Nathan menggelengkan kepalanya perlahan. "Keputusan itu sudah final Bu. Dan aku pun menerima keputusan itu,"

Tubuh Anja seketika langsung terasa lemas.

"Maafkan aku Bu Anja. Padahal selama ini Bu Anja sudah susah payah mengupayakan supaya aku tidak dikeluarkan dari sekolah, tapi aku malah membuat masalah. Aku benar-benar berterimakasih, karena selama ini Bu Anja sudah memperhatikan aku," Nathan menganggukkan kepalanya singkat, lantas ia melangkah pergi.

Anja menatap punggung Nathan yang semakin menjauh. Anja ingin mengejar, ingin memaksa Nathan untuk menjelaskan semuanya, tapi kakinya terasa berat.

"Tidak, ini tidak benar," Anja merasa ada yang Nathan sembunyikan darinya. "Aku harus meminta penjelasan dari Kepala sekolah."

Anja berbalik badan, mempercepat langkahnya menuju ruang kepala sekolah. Sampai di sana, ia langsung membuka pintu tanpa repot-repot mengetuk.

"Bu, saya butuh penjelasan," todong Anja dengan napas terengah-engah. "Kenapa Nathan bisa dikeluarkan? Sebenarnya apa yang terjadi?"

Ibu Kepala Sekolah menghela napas panjang, lalu menyesap tehnya dengan tenang. Setelah itu, ia meletakkan kembali cangkir teh itu ke atas meja.

"Bu Anja kan juga sudah tau, Nathan sudah melakukan banyak pelanggaran. Kali ini, dia bahkan sudah berani memukul gurunya sendiri. Keputusan ini diambil sesuai dengan aturan sekolah,"

"Tapi, pasti ada alasannya kan Bu? Tidak mungkin Nathan tiba-tiba memukul Pak Suryo tanpa alasan. Kita harus mendengarkan alasannya dulu kan, Bu?"

"Nathan sudah memberitahukannya kepada saya,"

"Jadi, apa alasannya Bu? Kenapa Nathan sampai memukul Pak Suryo?"

Bu Kepala Sekolah menghela napas panjang. "Saya tidak bisa memberitahukan detailnya kepada Bu Anja. Ini adalah permintaan Nathan sendiri,"

Hati Anja mencelos mendengarnya. Ternyata benar ada yang disembunyikan Nathan darinya.

"Bu, saya perlu tau, karena saya adalah wali kelasnya," Anja berusaha membujuk.

Sayangnya, Ibu Kepala Sekolah tetap menggeleng. "Maaf, ini adalah janji yang sudah saya buat dengan Nathan. Saya tidak bisa mengingkarinya Bu Anja,"

Anja terdiam. Batinnya bergejolak.

Kenapa, Nathan? Kenapa kamu harus merahasiakannya? Bukankah selama ini kita sudah semakin dekat? Apa itu cuma perasaanku saja?

"Baik Bu," Dengan berat hati, Anja menundukkan kepala pada Ibu Kepala Sekolah. "Terima kasih atas waktunya. Maaf jika saya mengganggu,"

"Sama-sama Bu Anja," balas Ibu Kepala Sekolah.

Lalu dengan langkah gontai, Anja keluar dari ruangan itu. Ibu Kepala Sekolah hanya bisa menatap kepergiannya dengan penuh simpati.

Namun, Anja tidak mau menyerah begitu saja. Dia merasa perlu mendengar alasan Nathan langsung dari mulutnya. Sore harinya, Anja memutuskan untuk pergi ke rumah Nathan.

Sesampainya di sana, ia disambut oleh nenek. Tapi Nathan tidak ada di rumah, dan Anja tau ia tak mungkin membicarakan masalah ini dengan sang nenek—takut membuatnya khawatir. Setelah berpamitan, Anja melanjutkan pencariannya.

Dia mencoba mendatangi restoran tempat Nathan biasa bekerja paruh waktu. Tapi pelayan di sana mengatakan bahwa Nathan tidak masuk kerja hari ini. Tak ingin menyerah, Anja lalu menuju toko kelontong yang juga sering mempekerjakan Nathan. Lagi-lagi, hasilnya nihil.

Anja merasa frustrasi, tapi ia tak ingin cepat menyerah.

Jadi esok harinya sepulang sekolah, dia kembali ke rumah Nathan.

Sampai di sana, Anja merasa heran. Kenapa ada bendera kuning yang berkibar di depan rumah Nathan? Terlihat pula ada banyak warga berkumpul di sana.

Bendera kuning? Anja membatin. Siapa yang meninggal?

"Maaf Bu," Anja mendekati seorang ibu-ibu berjilbab lebar. "Siapa yang meninggal, ya?"

Ibu-ibu itu tampak menatap Anja sejenak dari ujung rambut hingga kaki. "Oh, mbak ini gurunya Nathan, ya?"

"Iya Bu," Anja menjawab dengan tidak sabar. "Siapa yang meninggal ya Bu?" tanyanya lagi.

"Oh, itu loh, neneknya Nathan. Tadi pagi dia meninggal. Kasihan sekali ya si Nathan. Sudah Ibunya meninggal, bapaknya minggat, kakeknya meninggal, sekarang neneknya juga ikut meninggal."

"Apa?" Anja berseru tertahan.

"Kasihan kan Bu? Makanya, saya tuh pengen rasanya bantuin dia, tapi—"

Anja tidak mendengarkan ocehan Ibu-ibu itu lagi, karena dia memilih untuk segera masuk ke dalam rumah. Di sana, terlihat Nathan duduk di atas lantai dengan tatapan kosong.

"Nathan..." bisik Anja lirih, tapi Nathan mendengarnya. Melihat kedatangan Anja, sontak air matanya mengalir deras.

Terpopuler

Comments

nuraeinieni

nuraeinieni

aduh sedih di posisix nathan,,,;😭😭😭😭😭

2024-12-30

0

Ney Maniez

Ney Maniez

😭😭😭😭😭

2025-03-12

0

DozkyCrazy

DozkyCrazy

part terrr 😭😭

2024-12-26

1

lihat semua
Episodes
1 1. Telat
2 2. Kenalan
3 3. Beri Saya Waktu
4 4. Kesalahan
5 5. Berkunjung ke Rumah Nathan
6 6. Tepati Janjimu
7 7. Les Privat
8 8. Permintaan Nathan
9 9. Curang
10 10. Kencan
11 11. Pacar Bu Anja
12 12. Emosi
13 13. Bu Anja Kenapa?
14 14. Kebenaran yang Terkuak
15 15. Sang Penyelamat
16 16. Bangkit
17 17. Berantem
18 18. Syarat
19 19. Nathan Dikeluarkan
20 20. Membujuk Nathan + KUIS BERHADIAH!
21 21. Setelah Tujuh Tahun
22 22. Tetangga Baru
23 23. Si Joni
24 24. Bertemu
25 25. Restu Ibu
26 26. Berangkat Bareng
27 27. Merayu
28 28. LARIII!!!
29 29. Sayang?
30 30. Jadikan Aku Pacarmu + PENGUMUMAN PEMENANG!
31 31. Mimpi
32 32. Kongkalikong
33 33. Lima Puluh Juta
34 34. Beli Furnitur
35 35. Kamu
36 36. Pandangan Pertama
37 37. Pengantin Baru
38 38. Kecelakaan
39 39. My Love
40 40. Jadian
41 41. Kakak Ipar
42 42. Sudah Berapa Lama?
43 43. Pacar Menyebalkan
44 44. Kado Ulang Tahun
45 45. Peraturan Aneh
46 46. Bau
47 47. Naik Motor
48 48. Singa
49 49. Warung
50 50. Hantu
51 51. Bertemu
52 52. Wanita Tua
53 53. Rebut Saja Pacarku
54 54. Kantor
55 55. Bioskop
56 56. Jendela
57 57. Pacarmu itu Posesif!
58 58. Rencana Cindy
59 59. Teh
60 60. Sepupu
61 61. Teater
62 62. Kebetulan?
63 63. Kebetulan (lagi)?
64 64. Marah
65 65. Maaf
66 66. Kalut
67 67. Rencana Cindy (2)
68 68. Jebakan
69 69. Terkuak
70 70. Jadi, Ini Keputusan Kamu?
71 71. Perasaan
72 72. Kau Mencintainya, Kan?
73 73. Permintaan Maaf
74 74. Penyesalan
75 75. Bersalah
76 76. Terimakasih
77 77. Hukuman
78 78. Serius
79 79. I Love You, Bu Guru
80 80. Pajak
81 81. Dua Minggu?
82 82. Wanita Pilihan
83 83. Sah!
84 84. Praktek
85 85. Duhai Senangnya Pengantin Baru...
86 86. Drama Pagi
87 87. Bertemu dengan Masa Lalu
88 88. Hajar!
89 89. Pembalasan Dendam
90 90. Bahagia
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Telat
2
2. Kenalan
3
3. Beri Saya Waktu
4
4. Kesalahan
5
5. Berkunjung ke Rumah Nathan
6
6. Tepati Janjimu
7
7. Les Privat
8
8. Permintaan Nathan
9
9. Curang
10
10. Kencan
11
11. Pacar Bu Anja
12
12. Emosi
13
13. Bu Anja Kenapa?
14
14. Kebenaran yang Terkuak
15
15. Sang Penyelamat
16
16. Bangkit
17
17. Berantem
18
18. Syarat
19
19. Nathan Dikeluarkan
20
20. Membujuk Nathan + KUIS BERHADIAH!
21
21. Setelah Tujuh Tahun
22
22. Tetangga Baru
23
23. Si Joni
24
24. Bertemu
25
25. Restu Ibu
26
26. Berangkat Bareng
27
27. Merayu
28
28. LARIII!!!
29
29. Sayang?
30
30. Jadikan Aku Pacarmu + PENGUMUMAN PEMENANG!
31
31. Mimpi
32
32. Kongkalikong
33
33. Lima Puluh Juta
34
34. Beli Furnitur
35
35. Kamu
36
36. Pandangan Pertama
37
37. Pengantin Baru
38
38. Kecelakaan
39
39. My Love
40
40. Jadian
41
41. Kakak Ipar
42
42. Sudah Berapa Lama?
43
43. Pacar Menyebalkan
44
44. Kado Ulang Tahun
45
45. Peraturan Aneh
46
46. Bau
47
47. Naik Motor
48
48. Singa
49
49. Warung
50
50. Hantu
51
51. Bertemu
52
52. Wanita Tua
53
53. Rebut Saja Pacarku
54
54. Kantor
55
55. Bioskop
56
56. Jendela
57
57. Pacarmu itu Posesif!
58
58. Rencana Cindy
59
59. Teh
60
60. Sepupu
61
61. Teater
62
62. Kebetulan?
63
63. Kebetulan (lagi)?
64
64. Marah
65
65. Maaf
66
66. Kalut
67
67. Rencana Cindy (2)
68
68. Jebakan
69
69. Terkuak
70
70. Jadi, Ini Keputusan Kamu?
71
71. Perasaan
72
72. Kau Mencintainya, Kan?
73
73. Permintaan Maaf
74
74. Penyesalan
75
75. Bersalah
76
76. Terimakasih
77
77. Hukuman
78
78. Serius
79
79. I Love You, Bu Guru
80
80. Pajak
81
81. Dua Minggu?
82
82. Wanita Pilihan
83
83. Sah!
84
84. Praktek
85
85. Duhai Senangnya Pengantin Baru...
86
86. Drama Pagi
87
87. Bertemu dengan Masa Lalu
88
88. Hajar!
89
89. Pembalasan Dendam
90
90. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!