13. Bu Anja Kenapa?

Anja dan Raffi belum bicara sepatah katapun setelah itu, meski mobil yang mereka tumpangi sudah berhenti di depan rumah Anja. Anja menghela napas panjang, mencoba mengatur ekspresi supaya terlihat tenang. Hal itu ia lakukan karena melihat ayah dan ibunya yang sedang duduk di depan teras. Ia tak mau orang tuanya bertanya-tanya jika melihatnya cemberut.

Tapi berbeda halnya dengan Raffi. Laki-laki itu masih saja menunjukkan ekpresi masam. Ia bahkan masih terdiam di tempatnya meski Anja sudah turun duluan.

Anja mengetuk pelan kaca jendela mobil. “Raffi, kamu nggak mau nyapa ayah dan Ibu dulu?”

Raffi hanya melirik sekilas. Lalu tanpa bicara apapun, ia segera melajukan mobilnya pergi. Anja hanya bisa menghela napas panjang. Kalau sudah begini, bagaimana dia harus menjelaskan kepada orang tuanya coba?

“Loh, Raffi nggak mampir nak?” Ibu bertanya-tanya saat Anja berjalan masuk ke rumah.

“Ah, katanya dia sibuk bu. Buru-buru ada kerjaan,” bohong Anja sambil mencium tangan kedua orang tuanya.

“Tapi apa nggak bisa setidaknya turun dulu buat nyapa kami? Padahal ibumu udah masak yang enak-enak loh demi nyambut dia,” tambah bapak. Nada bicaranya terdengar kesal.

“Sudah to pak, nggak apa-apa. Siapa tau urusan Raffi memang mendesak. Lagian ibu masak enak bukan cuma buat Raffi kok, tapi kan buat bapak juga,” Ibu berusaha menenangkan bapak.

Anja hanya bisa tersenyum getir tanpa mengucapkan apapun. Lantas ia buru-buru masuk ke dalam rumah dengan perasaan dongkol. Barulah di dalam kamar, tangisnya membuncah.

Gara-gara hal itu, esoknya Anja berangkat ke sekolah dengan mata sembab. Karena tak ingin ketahuan habis menangis, Anja menyembunyikannya dengan memakai kacamata. Tapi meskipun matanya sudah ditutupi, Anja tak berhasil menyembunyikan suasana hatinya yang kacau.

“Eh, kayanya hari ini Bu Anja lagi badmood nggak sih? Soalnya dari tadi diem mulu, nggak kayak biasanya,” bisik salah satu siswi.

“Iya loh, kukira cuma aku yang mikir gitu. Kira-kira kenapa ya?"

"Habis putus dari pacarnya kali,”

"Ada apa itu bisik-bisik di belakang?!" Anja menatap tajam para siswi yang sibuk ngerumpi. "Udah selesai ngerjainnya?"

"Be-belum Bu," para siswi itu buru-buru menundukkan kepala, kembali mengerjakan tugas yang diberikan.

Anja mendengus. Duh, gara-gara Raffi nih aku jadi begini!

Karena takut emosinya semakin tak terkontrol, Anja akhirnya memilih untuk meninggalkan kelas dan kembali ke kantor lebih dulu. Ia menyuruh ketua kelas untuk mengumpulkan tugas mereka dan diantar ke meja Anja.

Di dalam kantor pun, suasana hati Anja tak kunjung membaik. Ia hanya diam sepanjang waktu sembari pura-pura sibuk di depan laptop, walaupun sebenarnya tidak mengerjakan apa-apa. Ia sengaja melakukan itu supaya tidak ada yang mengajaknya bicara.

Tapi, ketenangan Anja terusik saat beberapa saat kemudian, beberapa murid di kelasnya datang ke kantor dengan wajah panik.

"Gawat, Bu!" seru Andi. "Nathan pingsan, dia sekarang dibawa ke UKS!"

"Apa?!" Anja sontak bangkit dari kursinya. "Terus sekarang gimana keadaannya? Ah, kita harus segera kesana sekarang! Ayo!" Anja segera melangkah menuju UKS dengan wajah cemas.

Sampai di UKS, Anja melihat Nathan yang sedang terbaring lemah di atas ranjang. Anja langsung mendekati anak muridnya itu.

"Nathan," Panggilnya dengan suara pelan.

Nathan perlahan membuka matanya. "Bu Anja,"

"Apa yang kamu rasakan? Pusing? Mual?"

Nathan menggeleng lemah. "Aku udah nggak apa-apa kok Bu,"

"Nggak apa-apa gimana, orang kamu sampe pingsan begini kok. Kamu udah sarapan tadi pagi?"

Nathan menggeleng lagi.

"Astaga, pantesan aja. Ya sudah! Biar ibu carikan makanan dulu buat kamu!" Anja sudah berdiri, bersiap meninggalkan UKS. Tapi Nathan dengan cepat menahan tangannya.

"Bu Anja sendiri kenapa?"

"Hah? Kok kamu malah tanya keadaan Ibu? Sekarang tuh yang sedang sakit kamu loh!"

"Mata Ibu sembab. Bu Anja habis nangis?"

Anja terperanjat. Padahal dirinya sudah berusaha menutupinya dengan kacamata, kenapa masih tetap kelihatan ya?

"Ah, nggak kok. Ibu cuma kelilipan aja," kilah Anja.

"Apa pacar ibu tidak memperlakukan Ibu dengan baik?"

"Apa? Tidak Nathan, Ibu—"

"Apa mungkin Bu Anja sudah tau kalau pacar Ibu selingkuh?"

"Apa?" Sekarang, mata Anja benar-benar terbelalak lebar. "Nathan! Apa maksud kamu, hah?"

"Sehari sebelum Bu Anja bertemu dengan pacar Ibu, aku sudah lebih dulu bertemu dia di restoran hotel tempatku bekerja," Nathan menjelaskan dengan tenang. "Dia bersama seorang wanita."

Anja membeku di tempat. Kepalanya terasa berputar mendengar ucapan Nathan. “Kamu jangan sembarangan, Nathan. Jangan asal tuduh tanpa bukti,” ucapnya berusaha tenang, meski dadanya bergemuruh.

“Aku nggak sembarangan, Bu. Aku lihat dengan mata kepala sendiri,” Nathan menegaskan. "Waktu itu aku sedang shift malam, dan mereka datang bersama, duduk di meja pojok restoran. Dari cara mereka berbicara dan saling tatap... Aku yakin mereka bukan cuma teman,"

Anja merasa seakan-akan dunianya runtuh. Ia menelan ludah, berusaha mencari kata-kata untuk membantah. Tapi pikirannya kosong.

"Mereka bahkan pergi bareng setelahnya, Bu," Nathan menambahkan, suaranya lebih pelan. "Aku nggak tahu bagaimana perasaan Ibu, tapi aku rasa Ibu berhak tau."

Anja menggeleng pelan, menahan air mata yang hampir jatuh. "Tidak... Nathan, mungkin kamu salah lihat. Itu nggak mungkin Raffi."

"Awalnya aku juga tidak mengenal mereka berdua Bu. Tapi aku ingat betul wajahnya karena aku sempat menumpahkan jus ke baju si cowok. Dan setelah melihatnya kemarin, aku yakin kalau cowok itu adalah pacar Bu Anja,"

Anja menggigit bibirnya, berusaha keras menahan luapan emosi yang mulai merasuk ke dalam dirinya. Penjelasan Nathan terlalu detail untuk diabaikan begitu saja, tapi Anja tetap merasa hatinya menolak mempercayai semua itu.

"Nathan, sepertinya kamu benar-benar sakit karena ucapanmu melantur kemana-mana. Tunggulah di sini, Ibu akan bawakan makanan supaya kamu bisa minum obat," ucap Anja cepat, seolah ingin melarikan diri dari percakapan yang membuatnya semakin hancur.

"Tapi Bu Anja—"

"Diam, Nathan!" potong Anja dengan suara tegas, berusaha menahan getaran emosional dalam nada bicaranya.

Nathan terdiam, menatap gurunya dengan raut penuh simpati, namun tidak berani melanjutkan pembicaraan lagi. Anja pun bergegas keluar dari UKS, berjalan cepat menuju kantor. Tapi semakin jauh ia melangkah, semakin cepat air matanya mengalir.

"Tidak, tidak, aku tidak boleh menangis," Anja cepat-cepat menghapus air matanya. "Ucapan Nathan belum tentu benar. Siapa tau dia cuma salah orang. Bukankah ada yang bilang kalau setiap orang itu punya tujuh kembaran di dunia? Orang yang dilihat Nathan pasti hanya orang yang sangat mirip dengan Raffi," Anja mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

Dengan tangan gemetar, Anja meraih ponsel dari dalam saku bajunya. Ia menatap layar ponselnya cukup lama, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menghubungi Raffi. Apa yang harus ia katakan? Apa yang harus ia tanyakan?

Akhirnya, dengan napas tertahan, Anja menekan tombol telepon.

Suara nada sambung terdengar di telinga Anja. Satu, dua, tiga kali... namun tidak ada jawaban. Hati Anja mulai terasa berat, sebuah firasat buruk perlahan menghampiri. Ia menunggu lebih lama, berharap Raffi akan segera mengangkat telepon, tetapi setelah beberapa kali berdering, sambungan terputus tanpa jawaban.

Anja menatap ponselnya dengan perasaan hampa. Jantungnya berdebar semakin cepat. Dia mencoba lagi, dan lagi, tapi hasilnya nihil.

"Ayolah Raffi, angkat," Anja mulai putus asa. "Kenapa di saat seperti ini kamu justru sulit dihubungi?!"

Anja mengacak-acak rambutnya frustasi. Perasaan kecewa dan marah mulai menguasainya. Semua ketidakpastian ini membuatnya semakin tertekan. Telepon yang tak diangkat Raffi semakin memperkuat firasat buruk yang berputar di kepalanya.

"Sehari sebelum Bu Anja bertemu dengan pacar Ibu, aku sudah lebih dulu bertemu dia di restoran hotel tempatku bekerja, bersama seorang wanita."

Ucapan Nathan barusan terngiang-ngiang di kepalanya. Anja menggigit bibir. Dadanya terasa sesak.

"Aku akan coba datang ke hotel itu. Aku harap, kamu tidak ada di sana, Raffi."

Setelah bertekad, Anja pun segera pergi ke ruangan kepala sekolah. Sebenarnya ia bisa menunggu dua jam lagi sampai jam sekolah selesai, tapi rasanya ia tak tahan untuk menunggu lebih lama lagi.

Terpopuler

Comments

Ney Maniez

Ney Maniez

iyaa samperin

2025-03-11

0

🕊️❦Teteh🕊️Reyna༂🕊️

🕊️❦Teteh🕊️Reyna༂🕊️

Bilang gini ajj Bat biar bukti makin kuat "Aku transfer uang ganti rugi ke dia ko Bu, atas nama .......... "

itu bukti nyata.

2024-09-25

4

pisces

pisces

eng ing eeeng pas bu anja dtg pas jg mrk sedang ena2 deh, habislah kau raffi laki2 pengecut

2024-09-25

1

lihat semua
Episodes
1 1. Telat
2 2. Kenalan
3 3. Beri Saya Waktu
4 4. Kesalahan
5 5. Berkunjung ke Rumah Nathan
6 6. Tepati Janjimu
7 7. Les Privat
8 8. Permintaan Nathan
9 9. Curang
10 10. Kencan
11 11. Pacar Bu Anja
12 12. Emosi
13 13. Bu Anja Kenapa?
14 14. Kebenaran yang Terkuak
15 15. Sang Penyelamat
16 16. Bangkit
17 17. Berantem
18 18. Syarat
19 19. Nathan Dikeluarkan
20 20. Membujuk Nathan + KUIS BERHADIAH!
21 21. Setelah Tujuh Tahun
22 22. Tetangga Baru
23 23. Si Joni
24 24. Bertemu
25 25. Restu Ibu
26 26. Berangkat Bareng
27 27. Merayu
28 28. LARIII!!!
29 29. Sayang?
30 30. Jadikan Aku Pacarmu + PENGUMUMAN PEMENANG!
31 31. Mimpi
32 32. Kongkalikong
33 33. Lima Puluh Juta
34 34. Beli Furnitur
35 35. Kamu
36 36. Pandangan Pertama
37 37. Pengantin Baru
38 38. Kecelakaan
39 39. My Love
40 40. Jadian
41 41. Kakak Ipar
42 42. Sudah Berapa Lama?
43 43. Pacar Menyebalkan
44 44. Kado Ulang Tahun
45 45. Peraturan Aneh
46 46. Bau
47 47. Naik Motor
48 48. Singa
49 49. Warung
50 50. Hantu
51 51. Bertemu
52 52. Wanita Tua
53 53. Rebut Saja Pacarku
54 54. Kantor
55 55. Bioskop
56 56. Jendela
57 57. Pacarmu itu Posesif!
58 58. Rencana Cindy
59 59. Teh
60 60. Sepupu
61 61. Teater
62 62. Kebetulan?
63 63. Kebetulan (lagi)?
64 64. Marah
65 65. Maaf
66 66. Kalut
67 67. Rencana Cindy (2)
68 68. Jebakan
69 69. Terkuak
70 70. Jadi, Ini Keputusan Kamu?
71 71. Perasaan
72 72. Kau Mencintainya, Kan?
73 73. Permintaan Maaf
74 74. Penyesalan
75 75. Bersalah
76 76. Terimakasih
77 77. Hukuman
78 78. Serius
79 79. I Love You, Bu Guru
80 80. Pajak
81 81. Dua Minggu?
82 82. Wanita Pilihan
83 83. Sah!
84 84. Praktek
85 85. Duhai Senangnya Pengantin Baru...
86 86. Drama Pagi
87 87. Bertemu dengan Masa Lalu
88 88. Hajar!
89 89. Pembalasan Dendam
90 90. Bahagia
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Telat
2
2. Kenalan
3
3. Beri Saya Waktu
4
4. Kesalahan
5
5. Berkunjung ke Rumah Nathan
6
6. Tepati Janjimu
7
7. Les Privat
8
8. Permintaan Nathan
9
9. Curang
10
10. Kencan
11
11. Pacar Bu Anja
12
12. Emosi
13
13. Bu Anja Kenapa?
14
14. Kebenaran yang Terkuak
15
15. Sang Penyelamat
16
16. Bangkit
17
17. Berantem
18
18. Syarat
19
19. Nathan Dikeluarkan
20
20. Membujuk Nathan + KUIS BERHADIAH!
21
21. Setelah Tujuh Tahun
22
22. Tetangga Baru
23
23. Si Joni
24
24. Bertemu
25
25. Restu Ibu
26
26. Berangkat Bareng
27
27. Merayu
28
28. LARIII!!!
29
29. Sayang?
30
30. Jadikan Aku Pacarmu + PENGUMUMAN PEMENANG!
31
31. Mimpi
32
32. Kongkalikong
33
33. Lima Puluh Juta
34
34. Beli Furnitur
35
35. Kamu
36
36. Pandangan Pertama
37
37. Pengantin Baru
38
38. Kecelakaan
39
39. My Love
40
40. Jadian
41
41. Kakak Ipar
42
42. Sudah Berapa Lama?
43
43. Pacar Menyebalkan
44
44. Kado Ulang Tahun
45
45. Peraturan Aneh
46
46. Bau
47
47. Naik Motor
48
48. Singa
49
49. Warung
50
50. Hantu
51
51. Bertemu
52
52. Wanita Tua
53
53. Rebut Saja Pacarku
54
54. Kantor
55
55. Bioskop
56
56. Jendela
57
57. Pacarmu itu Posesif!
58
58. Rencana Cindy
59
59. Teh
60
60. Sepupu
61
61. Teater
62
62. Kebetulan?
63
63. Kebetulan (lagi)?
64
64. Marah
65
65. Maaf
66
66. Kalut
67
67. Rencana Cindy (2)
68
68. Jebakan
69
69. Terkuak
70
70. Jadi, Ini Keputusan Kamu?
71
71. Perasaan
72
72. Kau Mencintainya, Kan?
73
73. Permintaan Maaf
74
74. Penyesalan
75
75. Bersalah
76
76. Terimakasih
77
77. Hukuman
78
78. Serius
79
79. I Love You, Bu Guru
80
80. Pajak
81
81. Dua Minggu?
82
82. Wanita Pilihan
83
83. Sah!
84
84. Praktek
85
85. Duhai Senangnya Pengantin Baru...
86
86. Drama Pagi
87
87. Bertemu dengan Masa Lalu
88
88. Hajar!
89
89. Pembalasan Dendam
90
90. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!