9. Curang

"Kencan?" Anja terbengong-bengong mendengar permintaan Nathan. "Nathan, kamu serius?"

"Dua rius Bu," Nathan tertawa. "Permintaanku memang mau berkencan sama Bu Anja"

Anja mengedip-ngedipkan matanya cepat. "Nathan, kamu tau artinya kencan kan?"

"Tentu saja," Nathan mengangguk mantap. "Kita jalan bareng, terus makan bareng, kemana-mana bareng. Begitu kan?"

"Kamu benar," Anja mengangguk-angguk. Otaknya berpikir dengan serius. Kencan? Serius? Apa mungkin maksudnya cuma pengen jalan-jalan aja ya? Oh iya benar, sepertinya maksud Nathan memang ingin diajak jalan-jalan.

"Oke," Anja berucap setelah berpikir lama. "Hari minggu besok gimana?"

"Oke!" Nathan tersenyum cerah. "Aku jemput Bu Anja ke rumah, ya?"

"Nggak usah," Anja menggeleng. "Kita ketemu di depan sekolah aja,"

"Oh," raut wajah Nathan tampak kecewa. "Oke deh,"

"Ya sudah, kamu balik ke kelas sana," ucap Anja sambil melambaikan tangannya.

"Kita janji dulu," Nathan mengangkat jari kelingkingnya. "Siapa tau Bu Anja ingkar janji."

"Astaga," Anja tergelak. "Mana mungkin ibu ingkar janji, sih? Tapi baiklah," Anja mengulurkan jari kelingkingnya, dan kelingking mereka berdua bertaut satu sama lain.

"Sudah kan? Lepasin," Anja menarik tangannya karena Nathan tak juga melepaskan tangan mereka. Tapi bukannya melepaskan jari kelingking Anja, Nathan malah menggenggam tangan gurunya itu.

"Bu," Nathan mendekatkan wajahnya, Anja reflek menghindar.

"Ke-kenapa Nathan?"

"Dandan yang cantik ya Bu. Sampai ketemu hari minggu besok," sambil mengatakan demikian, Nathan mengedipkan sebelah matanya, lalu berlalu dari hadapan Anja.

"Astaga," Anja menahan napas. "Dasar bocah nakal,"

Anja pun melangkah kembali ke kantor guru sambil menggelengkan kepalanya.

Sampai di kantor guru, Anja terkejut saat melihat semua guru sedang berkumpul dan melihat ke arahnya.

Loh, ada apa ini? Kenapa tatapan mereka aneh sekali?

"Bu Anja," kepala sekolah muncul dan mendekati Anja. "Ada yang ingin kami bicarakan,"

Wajah Anja menegang. Ia tak tau apa yang akan mereka bicarakan padanya.

...----------------...

"APA? CURANG?" Anja berseru emosi sambil menggebrak meja. Sesaat kemudian ia tersadar. "Ah, maafkan saya bapak ibu. Tapi saya benar-benar tidak terima jika anak murid saya dibilang curang,"

"Kalau begitu, bagaimana Bu Anja bisa menjelaskan soal Nathan yang tiba-tiba meraih peringkat satu seangkatan? Padahal, sudah sejak lama dia menjadi penghuni peringkat terakhir," sahut salah seorang guru.

"Itu karena dia belajar dengan sungguh-sungguh," Anja menjawab dengan napas memburu, berusaha menahan emosi. "Saya sendiri saksinya. Saya yang memberikan dia les privat setiap pulang sekolah selama satu bulan ini. Dan saya tahu kalau Nathan memang pantas untuk mendapatkannya,"

"Tapi ini tidak masuk akal Bu," seorang guru laki-laki ikut berpendapat. "Perubahannya terlalu besar. Serajin apapun dia belajar, tidak mungkin tiba-tiba bisa meraih peringkat satu. Seangkatan pula! Kecuali...” guru tersebut dengan sengaja menggantung kalimatnya, membuat semua orang penasaran.

"Kecuali apa Pak?" Bu Kepala Sekolah menginterupsi.

"Kecuali, ada yang membocorkan soal-soal beserta jawabannya ke dia,"

Jawaban dari sang guru membuat pandangan semua orang langsung beralih pada Anja. Wajah Anja langsung berubah merah padam.

"Maksudnya, Anda menuduh saya yang membocorkan soal-soal itu Pak?!" tanyanya dengan penuh emosi yang sudah tidak dapat ia bendung.

"Loh, saya tidak menuduh kok. Hanya berasumsi," kilah sang guru laki-laki yang membuat Anja merasa geram.

"Baiklah kalau begitu. Saya akan membuktikannya," ucap Anja kemudian. "Kita tes Nathan sekali lagi dengan soal yang berbeda. Suruh dia kerjakan di sini dimana semua orang bisa mengawasinya. Setelah itu, baru bapak ibu sekalian bisa mengambil kesimpulan,"

Para guru serentak gaduh. Mereka saling berbisik. Kepala sekolah juga tampak berdiskusi dengan wakil-wakilnya.

"Baiklah, kita akan melakukan apa yang diusulkan Bu Anja. Untuk soalnya, saya minta beberapa orang yang saya tunjuk untuk membuatnya."

Kepala sekolah kemudian menyebutkan lima nama guru yang diberi tugas untuk membuat soal. Tentu saja Anja tidak termasuk. Dia adalah tersangka sekarang. Kelima orang yang dipilih lantas saling berdiskusi untuk membuat soal baru, dan Nathan pun dipanggil ke kantor.

Nathan, yang sedang bersiap untuk tidur di kelas, menjadi kaget karena ada seorang guru yang menyuruhnya pergi ke kantor. Sampai di sana, ia langsung dipersilahkan duduk di meja yang terletak di tengah-tengah ruangan, dan semua guru melihat ke arahnya.

Nathan melihat ke sekeliling ruangan dan menemukan sosok Anja berdiri di pojok. Wajahnya terlihat kesal menahan marah. Nathan mengerutkan dahi, bertanya-tanya masalah apa yang membuat senyum indah gurunya yang cantik itu hilang begitu saja. Ingin rasanya Nathan menghilangkan masalah itu sekarang juga, bagaimanapun caranya.

"Nak Nathan,"

Cikgu besar, Nathan membatin. Itu adalah julukan yang sering teman-temannya lontarkan untuk kepala sekolah wanita mereka yang bertubuh besar. Baru kali ini Nathan diajak bicara oleh sang kepsek, membuatnya bingung. Masalah apa lagi ya kali ini? Bukankah selama sebulan ini aku tidak pernah membuat masalah?

"Kamu sudah melihat pengumuman peringkat UTS?"

"Sudah Bu," Nathan menganggukkan kepala.

"Kamu tau kamu peringkat berapa?"

"Peringkat satu Bu," Nathan menjawab meskipun dia bingung kenapa diberi pertanyaan seperti itu.

"Kamu ingat peringkat berapa kamu terakhir kali?"

Nathan mengerutkan dahi, berpikir dengan cermat. "192 Bu,"

"Benar. Kami, para dewan guru, merasa takjub dengan pencapaian kamu yang luar biasa hanya dalam waktu satu bulan. Jadi, kami ingin melalukan tes ulang untuk menghindari kecurangan,"

"Kecurangan?" Nathan terbelalak. "Maksud Ibu saya berbuat curang?"

"Itu hanya asumsi kami Nak. Siapa tau kamu memang tidak berbuat curang, tapi ada orang lain yang melakukan kecurangan,"

Pandangan mata Nathan langsung tertuju pada Anja. Jadi, sekarang mereka menuduh Bu Anja berbuat curang? Yang benar saja! Padahal selama ini aku sudah bekerja keras!

"Saya akan melakukannya Bu," Nathan menjawab tegas. "Saya akan membuktikan kalau saya tidak curang, dan tidak ada orang lain yang berbuat curang."

"Baiklah," Kepala sekolah tersenyum. "Kalau begitu, kita mulai tesnya."

Seorang guru kemudian memberikan satu bendel soal kepada Nathan. Soal itu berisi 12 mata pelajaran dengan masing-masing berjumlah sepuluh soal. Jadi ada sekitar 120 soal yang harus dikerjakan Nathan dalam waktu 120 menit.

Nathan menghela napas panjang sebelum mulai mengerjakan. Ia melirik ke arah Anja yang menatapnya dengan khawatir.

Tenang saja Bu Anja, aku akan membersihkan namamu dari tuduhan itu.

Nathan kemudian meraih pensil yang ada di atas meja, mulai mengerjakan soal pertama.

Waktu berjalan begitu lambat. Semua orang terdiam sambil memperhatikan Nathan dengan seksama. Anja terus merapal doa di dalam hati. Ia yakin Nathan pasti bisa menyelesaikannya dengan baik.

Pada menit ke sembilan puluh, Nathan meletakkan pensilnya ke atas meja, tanda sudah selesai menjawab.

"Nathan, kamu yakin?" tanya seorang guru. "Masih ada waktu tiga puluh menit lagi loh!"

"Yakin kok Bu," Nathan menjawab santai. "Coba saja diperiksa,"

Lima orang guru yang bertugas membuat soal pun segera sibuk mengoreksi jawaban. Sementara guru yang lain menunggu dengan tidak sabar. Kira-kira seperti apakah hasilnya?

"Dari seratus dua puluh soal, hanya satu yang salah, karena soal tidak terjawab."

Para Guru sontak terbelalak.

"Serius? Apa karena soalnya terlalu mudah?"

"Tidak mungkin. Kami sudah membuat soal dengan tingkat kesulitan yang tinggi,"

"Jadi, dia benar-benar jenius?!"

"Lalu," Suara Nathan membuat tatapan semua orang sontak beralih padanya. "Untuk satu soal yang tidak saya jawab, itu karena tidak ada pilihan jawaban yang benar. Jawabannya seharusnya 72, tapi di pilihan jawabannya tidak ada."

Lima orang guru yang bertugas membuat soal langsung memeriksa kembali kertas soal tersebut, mengerjakan ulang soal yang telah mereka buat. Benar saja, ternyata jawabannya adalah 72.

"Dia benar,"

Maka langsung heboh lah ruangan itu. Para guru berseru takjub, merasa tidak percaya dengan kenyataan yang baru mereka ketahui.

"Jadi, apakah saya pantas mendapatkan peringkat satu Bu?" tanya Nathan kepada kepala sekolah. Wanita berbadan gemuk itu menelan ludah, lalu menganggukkan kepalanya.

"Kami minta maaf karena sudah menuduh kamu berbuat curang. Maafkan kami Nathan,"

"Jangan meminta maaf pada saya Bu," Nathan menggelengkan kepala. "Minta maaflah pada Bu Anja. Bu Anja pasti merasa sakit hati setelah difitnah seperti itu,"

Para guru yang semula heboh langsung terdiam. Semuanya menundukkan kepala mereka karena merasa bersalah, terutama guru laki-laki yang pertama kali menuduh Anja. Kepala sekolah melangkah mendekati Anja, lalu menundukkan kepalanya.

"Maafkan kami karena sudah menuduh Bu Anja berbuat curang,"

"Tidak apa-apa Bu," Anja tersenyum, lalu mereka berdua pun bersalaman.

Anja kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Nathan yang juga sedang melihatnya. Mereka saling bertatapan dan tersenyum satu sama lain.

"Terima kasih Nathan,"

Terpopuler

Comments

Topan Topan

Topan Topan

inilah yang pepatah mengatakan,,"
Air yang tenang tapi menghanyutkan"

2025-02-27

1

Ney Maniez

Ney Maniez

👍👍👍👍

2025-03-11

0

nuraeinieni

nuraeinieni

nah jadi malukan,,,,;harusx di tes ulang dulu baru menuduh,cari tau kebenaranxjgn main tuduh saja.

2024-12-19

2

lihat semua
Episodes
1 1. Telat
2 2. Kenalan
3 3. Beri Saya Waktu
4 4. Kesalahan
5 5. Berkunjung ke Rumah Nathan
6 6. Tepati Janjimu
7 7. Les Privat
8 8. Permintaan Nathan
9 9. Curang
10 10. Kencan
11 11. Pacar Bu Anja
12 12. Emosi
13 13. Bu Anja Kenapa?
14 14. Kebenaran yang Terkuak
15 15. Sang Penyelamat
16 16. Bangkit
17 17. Berantem
18 18. Syarat
19 19. Nathan Dikeluarkan
20 20. Membujuk Nathan + KUIS BERHADIAH!
21 21. Setelah Tujuh Tahun
22 22. Tetangga Baru
23 23. Si Joni
24 24. Bertemu
25 25. Restu Ibu
26 26. Berangkat Bareng
27 27. Merayu
28 28. LARIII!!!
29 29. Sayang?
30 30. Jadikan Aku Pacarmu + PENGUMUMAN PEMENANG!
31 31. Mimpi
32 32. Kongkalikong
33 33. Lima Puluh Juta
34 34. Beli Furnitur
35 35. Kamu
36 36. Pandangan Pertama
37 37. Pengantin Baru
38 38. Kecelakaan
39 39. My Love
40 40. Jadian
41 41. Kakak Ipar
42 42. Sudah Berapa Lama?
43 43. Pacar Menyebalkan
44 44. Kado Ulang Tahun
45 45. Peraturan Aneh
46 46. Bau
47 47. Naik Motor
48 48. Singa
49 49. Warung
50 50. Hantu
51 51. Bertemu
52 52. Wanita Tua
53 53. Rebut Saja Pacarku
54 54. Kantor
55 55. Bioskop
56 56. Jendela
57 57. Pacarmu itu Posesif!
58 58. Rencana Cindy
59 59. Teh
60 60. Sepupu
61 61. Teater
62 62. Kebetulan?
63 63. Kebetulan (lagi)?
64 64. Marah
65 65. Maaf
66 66. Kalut
67 67. Rencana Cindy (2)
68 68. Jebakan
69 69. Terkuak
70 70. Jadi, Ini Keputusan Kamu?
71 71. Perasaan
72 72. Kau Mencintainya, Kan?
73 73. Permintaan Maaf
74 74. Penyesalan
75 75. Bersalah
76 76. Terimakasih
77 77. Hukuman
78 78. Serius
79 79. I Love You, Bu Guru
80 80. Pajak
81 81. Dua Minggu?
82 82. Wanita Pilihan
83 83. Sah!
84 84. Praktek
85 85. Duhai Senangnya Pengantin Baru...
86 86. Drama Pagi
87 87. Bertemu dengan Masa Lalu
88 88. Hajar!
89 89. Pembalasan Dendam
90 90. Bahagia
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Telat
2
2. Kenalan
3
3. Beri Saya Waktu
4
4. Kesalahan
5
5. Berkunjung ke Rumah Nathan
6
6. Tepati Janjimu
7
7. Les Privat
8
8. Permintaan Nathan
9
9. Curang
10
10. Kencan
11
11. Pacar Bu Anja
12
12. Emosi
13
13. Bu Anja Kenapa?
14
14. Kebenaran yang Terkuak
15
15. Sang Penyelamat
16
16. Bangkit
17
17. Berantem
18
18. Syarat
19
19. Nathan Dikeluarkan
20
20. Membujuk Nathan + KUIS BERHADIAH!
21
21. Setelah Tujuh Tahun
22
22. Tetangga Baru
23
23. Si Joni
24
24. Bertemu
25
25. Restu Ibu
26
26. Berangkat Bareng
27
27. Merayu
28
28. LARIII!!!
29
29. Sayang?
30
30. Jadikan Aku Pacarmu + PENGUMUMAN PEMENANG!
31
31. Mimpi
32
32. Kongkalikong
33
33. Lima Puluh Juta
34
34. Beli Furnitur
35
35. Kamu
36
36. Pandangan Pertama
37
37. Pengantin Baru
38
38. Kecelakaan
39
39. My Love
40
40. Jadian
41
41. Kakak Ipar
42
42. Sudah Berapa Lama?
43
43. Pacar Menyebalkan
44
44. Kado Ulang Tahun
45
45. Peraturan Aneh
46
46. Bau
47
47. Naik Motor
48
48. Singa
49
49. Warung
50
50. Hantu
51
51. Bertemu
52
52. Wanita Tua
53
53. Rebut Saja Pacarku
54
54. Kantor
55
55. Bioskop
56
56. Jendela
57
57. Pacarmu itu Posesif!
58
58. Rencana Cindy
59
59. Teh
60
60. Sepupu
61
61. Teater
62
62. Kebetulan?
63
63. Kebetulan (lagi)?
64
64. Marah
65
65. Maaf
66
66. Kalut
67
67. Rencana Cindy (2)
68
68. Jebakan
69
69. Terkuak
70
70. Jadi, Ini Keputusan Kamu?
71
71. Perasaan
72
72. Kau Mencintainya, Kan?
73
73. Permintaan Maaf
74
74. Penyesalan
75
75. Bersalah
76
76. Terimakasih
77
77. Hukuman
78
78. Serius
79
79. I Love You, Bu Guru
80
80. Pajak
81
81. Dua Minggu?
82
82. Wanita Pilihan
83
83. Sah!
84
84. Praktek
85
85. Duhai Senangnya Pengantin Baru...
86
86. Drama Pagi
87
87. Bertemu dengan Masa Lalu
88
88. Hajar!
89
89. Pembalasan Dendam
90
90. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!