4. Kesalahan

"Kenapa aku harus meminta hal seperti itu, sih?" Anja memegang kepalanya dengan kedua tangan, merasa frustasi. "Kenapa pula aku harus sok-sokan ingin merubah Nathan dalam satu bulan? Memangnya siapa aku?" Anja terus bergumam sambil menjatuhkan dahinya ke atas meja, merasa baru saja membuat keputusan yang bodoh.

"Kenapa Bu Anja?" Bu Sari, salah seorang rekan guru bertanya dengan nada heran. "Ada masalah?"

"Ah, nggak kok Bu," Anja menggelengkan kepalanya.

"Tadi dipanggil Bu kepsek bahas apa?" Bu Nesi, guru yang lainnya ikut menimbrung. "Pasti soal Nathan, ya?"

"Oalah, pantesan Bu Anja keliatan pusing banget!" belum sempat Anja menjawab, guru lain sudah ikutan menimpali. "Syukurlah Bu, akhirnya biang kerok di kelas itu dikeluarin juga!"

"Ih, iya loh! Ya ampun, geregetan banget kalau ngajar di kelas itu dan ngeliat Nathan yang kerjaannya tidur aja! Mana nggak ada sopan-sopannya sama guru!"

"Iya betul! Apalagi ya, dia itu..." Para guru akhirnya malah asyik membicarakan Nathan di depan Anja. Anja jadi semakin pusing dibuatnya.

Duh, para guru yang sudah senior aja nggak mampu menghadapi Nathan, apalagi aku!

"Jadi, akhirnya Nathan dikeluarkan kapan, Bu?" terlalu larut dengan lamunannya sendiri, Anja sampai tidak sadar kalau orang-orang itu sudah mengalihkan pandangan kepadanya.

"Eng, itu..." Anja berkata ragu-ragu. "Sebenarnya saya minta waktu satu bulan sama Bu Kepsek untuk merubah Nathan,"

"Hah?!" Sontak semua orang yang ada di sana berseru shock.

"Astaga, buat apa melakukan hal sulit seperti itu, Bu? Sudah, biarkan saja dia dikeluarkan!"

"Iya, Bu Anja! Kami ini loh, yang sudah bertahun-tahun mengajar saja tidak bisa mengatasinya, apalagi Bu Anja yang baru kemarin!"

Anja hanya bisa tersenyum kecut menanggapi ucapan mereka. Untunglah, bel masuk pelajaran selanjutnya berbunyi, membuat pembicaraan itu tidak berlanjut lagi dan Anja cepat-cepat keluar dari kantor menuju kelas. Kalau lebih lama berada di sana, bisa-bisa dia stres sendiri.

Kebetulan, jam pelajaran berikutnya adalah kelas XII IPA-F, kelasnya Nathan. Anja ingin bicara pada cowok itu perihal masalah ini. Anja ingin Nathan bekerjasama supaya ia tidak dikeluarkan dari sekolah.

Sayangnya, Anja bahkan tidak bisa bertemu dengan orang yang dimaksud karena Nathan tidak masuk hari ini.

"Ada yang tau kenapa Nathan tidak masuk?" Anja bertanya pada murid-murid yang lain, tapi semuanya menjawab tidak tahu, termasuk teman sebangkunya. Anja hanya bisa menghela napas panjang. Masalah ini sepertinya tidak akan bisa diselesaikan dengan cepat.

...----------------...

"Hah..." Berulangkali Anja menghela napas panjang. Meskipun jam kerjanya di sekolah sudah usai, tetap saja ia masih kepikiran soal Nathan.

Kenapa anak itu tidak masuk ya hari ini? Apa mungkin dia sudah tau kalau mau dikeluarkan?

"Hah..." Anja menghela napas lagi.

"Ih, jorok ah kak! Liat tuh, baksonya bau mulutnya Kak Anja!" Arka, adik satu-satunya Anja memprotes. Sore ini, Anja dan Arka memang sedang mampir makan bakso di pinggir jalan setelah disuruh ibu mereka berbelanja ke swalayan.

Anja melotot. Merasa kesal karena Arka mengganggunya.

"Emangnya kenapa sih? Ini kan bakso kakak juga yang bayar!" balasnya sinis.

"Ya tapi baunya terbang kebawa angin sampai ke bakso aku Kak!"

Anja makin melotot. "Ya sudah, kalau nggak mau baksonya! Buat kakak aja!"

Anja mencoba meraih mangkuk bakso yang berada di depan Arka, tapi cowok berusia lima belas tahun itu buru-buru menjauhkan mangkoknya.

"Hehe, nggak kok Kak. Aku masih mau. Mulut kakak baunya wangi kok!" Arka mengeluarkan jurus merayu, nyengir sampai memperlihatkan giginya. Anja hanya bisa mendengus sebal.

Kedua kakak beradik itu lantas melanjutkan aktivitas memakan bakso mereka. Anja menyuapkan bola-bola daging itu ke mulutnya sembari melihat sekitar. Sampai pada suatu waktu, matanya melihat sosok yang tampaknya ia kenal.

"Loh, itu kan Nathan?" Anja sontak berseru sambil menggebrak meja.

"Hah? Siapa?" Arka menoleh ke arah yang ditunjuk Anja, tapi belum sempat ia mengetahui siapa orang yang dimaksud sang kakak, Anja sudah berdiri dari kursinya dan berlari menuju arah yang ia tunjuk.

"Loh, Kak! Mau kemana?"

"Bentar! Kamu tunggu situ aja!" teriak Anja sambil tetap berlari.

"Baksonya gimana?"

"Makan aja!"

"Asyik!" Arka tersenyum kegirangan sambil mulai mencomot bakso dari mangkok Anja. Dia tak begitu ambil pusing mau kemana kakaknya itu, asal jatah baksonya bisa dia ambil.

Sementara itu, Anja terus berlari menuju sosok yang diduga adalah Nathan. Saat langkahnya semakin dekat, ia bisa melihat dengan jelas Nathan berada di depan sana sedang sibuk mengangkut kardus-kardus besar dari mobil ke toko.

"Nathan?" Anja memanggil dengan suara lirih, napasnya masih terdengar ngos-ngosan.

"Bu Anja?" Nathan tak kalah terkejutnya melihat kedatangan sang wali kelas. Ia ingin bicara, tapi seorang pria paruh baya meneriakinya.

"Woy! Jangan bengong! Masih banyak nih!"

Anja dan Nathan sama-sama terkejut. Alhasil, Nathan hanya menganggukkan kepalanya kepada Anja dan meneruskan pekerjaannya. Anja sendiri tidak bisa mengganggu Nathan karena takut anak itu akan semakin dimarahi.

...----------------...

Setengah jam berlalu, akhirnya pekerjaan Nathan mengangkut barang selesai. Cowok itu lantas melangkah keluar dari toko, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat Anja sudah berdiri di luar menunggu dirinya.

"Hai," sapa Anja sambil melambaikan tangan.

"Bu Anja kok masih di sini?"

"Eng, ibu nungguin kamu. Kamu udah selesai kerja, kan? Mau makan bareng ibu?"

Nathan mengerutkan kening, merasa heran dengan perlakuan wali kelas barunya itu. Tapi akhirnya ia menurut saat Anja mengajaknya pergi ke sebuah warung bakso yang tak jauh dari sana.

"Kak, dari mana sih? Lama banget, aku—" Arka, yang sudah ngomel-ngomel spontan terdiam saat melihat kedatangan Anja bersama Nathan.

"Dek, kamu menyingkir dulu sana," bisik Anja kepada sang adik.

"Hah? Aku disuruh kemana? Kakak mau ngapain?"

"Udah, nggak usah banyak tanya. Sana beli eskrim!" Anja menyelipkan uang dua puluh ribuan ke tangan Arka, dan wajah heran cowok itu langsung berubah menjadi cerah. Tanpa perlu disuruh dua kali, Arka pun bergegas pergi ke supermarket terdekat.

"Maaf ya mengganggu waktu kamu Nathan," Anja duduk di depan Nathan setelah kepergian Arka. "Kamu mau makan apa?"

"Bu Anja ngapain nunggu saya?"

Wow, sangat to the point, Anja membatin.

"Eng, nggak kok, ibu cuma mau ngobrol-ngobrol aja sama kamu," Anja berusaha untuk tetap tenang.

"Masalah sekolah ya?" tebak Nathan. "Kenapa Bu? Apa akhirnya aku akan dikeluarkan?"

Glek. Anja menelan ludah. Astaga, anak ini, intuisinya sangat tajam. Kenapa pula aku jadi merasa terintimidasi di depan muridku sendiri?

"Yah, begitulah..." Anja akhirnya memilih untuk tidak berbasa-basi lebih lama. "Tapi, ibu sudah minta kepada Bu Kepsek untuk memberi waktu sebulan untuk kamu. Nathan, kalau kamu bisa bertahan dalam sebulan, ibu pastikan kamu tidak akan—"

"Sepertinya nggak bisa Bu," potong Nathan dengan cepat. "Bu Anja lihat sendiri kan, saya sibuk."

"Sibuk?" Anja menggelengkan kepalanya. "Maksud kamu sibuk kerja? Nathan, saat ini tidak seharusnya kamu memikirkan soal bekerja. Umumnya, anak seusia kamu fokus saja dengan sekolah. Biarlah urusan pekerjaan ditangani oleh orang dewasa. Kamu tau tidak, memperkerjakan anak di bawah umur dapat melanggar hukum dan bisa berakibat buruk bagi masa depanmu."

Nathan menghela napas, menatap Anja dengan tajam. "Ibu kira orang seperti saya akan punya masa depan?"

"Apa? Tentu saja, setiap orang pasti punya masa depan. Kamu pasti juga punya mimpi yang ingin dicapai kan? Makanya, kamu perlu fokus dengan sekolahmu supaya—"

"Mimpi?" Nathan tertawa terbahak-bahak. "Bu Anja, mungkin ibu tidak tahu. Tapi tidak semua orang di dunia ini bisa merasakan hidup enak seperti ibu. Ada juga orang-orang seperti aku yang tidak punya kesempatan untuk bermimpi,"

Nathan beranjak dari kursinya, membuat Anja kebingungan.

"Nathan, tunggu, maksud Ibu—"

"Kalau sekolah memang mau mengeluarkan aku, silahkan saja. Aku tidak peduli," setelah mengucapkan itu, Nathan pun berlalu dari hadapan Anja. Meninggalkan Anja yang masih mematung di tempat, merasa bingung dengan situasi ini.

"Astaga," Anja mengacak rambutnya frustasi. "Sepertinya aku melakukan kesalahan besar,"

...****************...

...Buat yang bertanya-tanya Anja sekecil apa di depan Nathan, ini gambarannya gaes....

Terpopuler

Comments

yanedimen

yanedimen

Akhirnya dari sekian banyak cerita yang aku baca baru kali ini kecantol sama cerita nya kakak, penulisan nya itu loh aku suka banget❤ enak aja gitu

2025-03-07

2

mety

mety

Yach....seperti diriku, cebol 😂😂😂

2025-03-05

1

mety

mety

Yach....seperti diriku, cebol 😂😂😂

2025-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 1. Telat
2 2. Kenalan
3 3. Beri Saya Waktu
4 4. Kesalahan
5 5. Berkunjung ke Rumah Nathan
6 6. Tepati Janjimu
7 7. Les Privat
8 8. Permintaan Nathan
9 9. Curang
10 10. Kencan
11 11. Pacar Bu Anja
12 12. Emosi
13 13. Bu Anja Kenapa?
14 14. Kebenaran yang Terkuak
15 15. Sang Penyelamat
16 16. Bangkit
17 17. Berantem
18 18. Syarat
19 19. Nathan Dikeluarkan
20 20. Membujuk Nathan + KUIS BERHADIAH!
21 21. Setelah Tujuh Tahun
22 22. Tetangga Baru
23 23. Si Joni
24 24. Bertemu
25 25. Restu Ibu
26 26. Berangkat Bareng
27 27. Merayu
28 28. LARIII!!!
29 29. Sayang?
30 30. Jadikan Aku Pacarmu + PENGUMUMAN PEMENANG!
31 31. Mimpi
32 32. Kongkalikong
33 33. Lima Puluh Juta
34 34. Beli Furnitur
35 35. Kamu
36 36. Pandangan Pertama
37 37. Pengantin Baru
38 38. Kecelakaan
39 39. My Love
40 40. Jadian
41 41. Kakak Ipar
42 42. Sudah Berapa Lama?
43 43. Pacar Menyebalkan
44 44. Kado Ulang Tahun
45 45. Peraturan Aneh
46 46. Bau
47 47. Naik Motor
48 48. Singa
49 49. Warung
50 50. Hantu
51 51. Bertemu
52 52. Wanita Tua
53 53. Rebut Saja Pacarku
54 54. Kantor
55 55. Bioskop
56 56. Jendela
57 57. Pacarmu itu Posesif!
58 58. Rencana Cindy
59 59. Teh
60 60. Sepupu
61 61. Teater
62 62. Kebetulan?
63 63. Kebetulan (lagi)?
64 64. Marah
65 65. Maaf
66 66. Kalut
67 67. Rencana Cindy (2)
68 68. Jebakan
69 69. Terkuak
70 70. Jadi, Ini Keputusan Kamu?
71 71. Perasaan
72 72. Kau Mencintainya, Kan?
73 73. Permintaan Maaf
74 74. Penyesalan
75 75. Bersalah
76 76. Terimakasih
77 77. Hukuman
78 78. Serius
79 79. I Love You, Bu Guru
80 80. Pajak
81 81. Dua Minggu?
82 82. Wanita Pilihan
83 83. Sah!
84 84. Praktek
85 85. Duhai Senangnya Pengantin Baru...
86 86. Drama Pagi
87 87. Bertemu dengan Masa Lalu
88 88. Hajar!
89 89. Pembalasan Dendam
90 90. Bahagia
Episodes

Updated 90 Episodes

1
1. Telat
2
2. Kenalan
3
3. Beri Saya Waktu
4
4. Kesalahan
5
5. Berkunjung ke Rumah Nathan
6
6. Tepati Janjimu
7
7. Les Privat
8
8. Permintaan Nathan
9
9. Curang
10
10. Kencan
11
11. Pacar Bu Anja
12
12. Emosi
13
13. Bu Anja Kenapa?
14
14. Kebenaran yang Terkuak
15
15. Sang Penyelamat
16
16. Bangkit
17
17. Berantem
18
18. Syarat
19
19. Nathan Dikeluarkan
20
20. Membujuk Nathan + KUIS BERHADIAH!
21
21. Setelah Tujuh Tahun
22
22. Tetangga Baru
23
23. Si Joni
24
24. Bertemu
25
25. Restu Ibu
26
26. Berangkat Bareng
27
27. Merayu
28
28. LARIII!!!
29
29. Sayang?
30
30. Jadikan Aku Pacarmu + PENGUMUMAN PEMENANG!
31
31. Mimpi
32
32. Kongkalikong
33
33. Lima Puluh Juta
34
34. Beli Furnitur
35
35. Kamu
36
36. Pandangan Pertama
37
37. Pengantin Baru
38
38. Kecelakaan
39
39. My Love
40
40. Jadian
41
41. Kakak Ipar
42
42. Sudah Berapa Lama?
43
43. Pacar Menyebalkan
44
44. Kado Ulang Tahun
45
45. Peraturan Aneh
46
46. Bau
47
47. Naik Motor
48
48. Singa
49
49. Warung
50
50. Hantu
51
51. Bertemu
52
52. Wanita Tua
53
53. Rebut Saja Pacarku
54
54. Kantor
55
55. Bioskop
56
56. Jendela
57
57. Pacarmu itu Posesif!
58
58. Rencana Cindy
59
59. Teh
60
60. Sepupu
61
61. Teater
62
62. Kebetulan?
63
63. Kebetulan (lagi)?
64
64. Marah
65
65. Maaf
66
66. Kalut
67
67. Rencana Cindy (2)
68
68. Jebakan
69
69. Terkuak
70
70. Jadi, Ini Keputusan Kamu?
71
71. Perasaan
72
72. Kau Mencintainya, Kan?
73
73. Permintaan Maaf
74
74. Penyesalan
75
75. Bersalah
76
76. Terimakasih
77
77. Hukuman
78
78. Serius
79
79. I Love You, Bu Guru
80
80. Pajak
81
81. Dua Minggu?
82
82. Wanita Pilihan
83
83. Sah!
84
84. Praktek
85
85. Duhai Senangnya Pengantin Baru...
86
86. Drama Pagi
87
87. Bertemu dengan Masa Lalu
88
88. Hajar!
89
89. Pembalasan Dendam
90
90. Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!