Bab 20. Sisi baik Gita

"Mas. Sejak kapan kamu jadi jahat gini?" Gita tak sedikitpun merubah pandangannya pada Aryan dengan begitu tajam dan menekan. Ia tak menyangka jika suaminya bisa bersikap tak punya hati begini. Melihat Aryan tak membela diri, Gita berlalu ke lantai atas tanpa tahu jika pintu kamar sudah terkunci.

"Mas! Cepat buka!" Titahnya berteriak dari atas. Tak ingin membuat istri pertamanya semakin marah, Aryan memilih menurut dan menyusul Gita ke depan kamarnya bersama Aruna. Aryan menyodorkan kunci pada Gita yang tak meliriknya sedikitpun. "Buka lah sendiri!" Ucapnya masih begitu sinis. Aryan terpaksa membuka kuncian pintu dan Gita mendorong pintu mendahului suaminya. Alangkah terkejutnya melihat Aruna yang tergeletak di samping tempat tidur tak berdaya. Ia berlari memburu adik madunya itu dengan panik.

"Aruna... hei... bangun.. ini ku Gita. Kamu gapapa kan?-" Ia semakin terkejut kala meraih Aruna dan mengangkat bagian kepalanya untuk memangku dan memastikan Aruna tak apa-apa. Namun, Ia kembali dibuat marah dengan apa yang Ia lihat. Sudut bibir Aruna terdapat luka memar beserta darah yang mulai mengering. Bisa dipastikan luka itu sangatlah nyeri. Tatapannya semakin tajam ketika Ia melirik ke arah Aryan yang terlihat tenang tanpa dosa.

"Kamu mukul dia, Mas?" Tanya yang tak terjawab. Aryan memilih diam seakan tak perlu menjawabnya. Gita bangkit lalu menghampiri Aryan dan hampir melayangkan tamparan untuk yang kedua kali. Namun tangannya tertahan ketika menyadari Aryan bergeming. Jangankan bergerak, berkedip saja tidak. Sepertinya suaminya itu sudah siap mendapatkan tindak kekerasan dari istri pertamanya. Sebagai ganti pelampiasan kekesalannya, Gita mengusap wajah lalu membiarkan air matanya berderai begitu saja.

"Kamu gila. Kamu emang gila, Mas." Umpatnya kembali menghampiri Aruna. Ia dapat merasakan bagaimana di posisi Aruna. Sakit tak dianggap istri, dan sakit hanya dimanfaatkan. Gita mengaku salah karena tak bisa menentukan siapa yang akan menjadi adik madunya dulu. Jika tahu Aruna gadis yang baik, mungkin Ia akan menolak saat Sundari hendak melamar Aruna.

"Apa yang buat kamu nangis?" Pertanyaan konyol itu terlontar dari mulut Aryan dan dapat menghentikan tangis Gita dalam sekejap.

"Harusnya kamu dengar penjelasannya, Mas. Jangan main tangan! Gimana kalau ini cuma akal-akalan Rio aja? Kesalahannya gak fatal, Mas."

"Laki-laki yang ada di foto itu menyukai Aruna, dan Aruna pun terlihat bahagia dengan kedekatannya bersama dia. Apa salah aku memberinya pelajaran?"

"Kamu gak tahu kebenarannya kan?"

"Kesampingkan masalah selingkuh. Sayang, apa kamu tahu hal apa yang paling buat aku marah?" Kali ini, Gita terdiam tak menjawab. Ia memilih menunggu Aryan melanjutkan penuturannya. Namun, Aryan malah memberinya sebuah obat tanpa penjelasan. "Kamu tahu ini obat apa, kan? Kalau ibu tahu, bagaimana jadinya?" Lanjutnya kembali bertanya.

"Kenapa dia minum ini Mas?" Pekik Gita tak percaya.

"Dia tahu rencana aku dengan ibu. Dia berniat tidak hamil agar kami cerai. Mungkin aku senang-senang saja, tapi bagaimana dengan kamu dan Ibu? Kalian pasti akan memaksaku untuk menikah lagi dengan gadis lain."

"Bukan karena Mas cemburu, kan? Mas udah ada rasa sama Aruna, kan?"

"Sayang, kamu ini ngomong apa sih? Aku gak akan pernah punya rasa apapun sama Aruna."

"Terus, kenapa kamu semarah ini?" Gita benar, mengapa Aryan semarah ini mengetahui Aruna sengaja tak hamil demi bisa bercerai dengannya, dan mengapa Aruna begitu bahagia bersama Adnan? Jika bukan cemburu, lantas apa?

...----------------...

"Ugh." Rintih Aruna sesaat setelah Ia membuka mata. Kepalanya terasa berputar, dan sudut bibirnya terasa berdenyut. Terasa sebuah benda hangat menyentuh bagian lukanya dan Ia begitu terkejut mendapati Gita tengah mengobati dirinya.

"Mbak?" Pekiknya berusaha bangkit, namun Gita menahannya untuk tetap diam.

"Jangan banyak gerak dulu ya! Badan kamu hangat. Kamu sakit ya?" Entah malaikat apa yang menjelma di depannya, Aruna terharu dengan kebaikan dan kelembutan Gita terhadapnya. Padahal, banyak alasan dan kesempatan Gita untuk membencinya.

"Mbak sejak kapan di sini?"

"Kamu belum jawab pertanyaan aku loh. Gak baik malah bertanya balik."

"Ma-maaf Mbak. Saya gak sakit. Dan Mbak jawab pertanyaan saya." Gita seketika tersenyum sebelum Ia menjawab penuturan tersebut. Aruna memaksakan diri untuk bangkit dan duduk berhadapan dengan Gita.

"Aku sengaja mampir, tapi malah lihat kamu pingsan. Kamu kepeleset ya?" Selain tak bisa menjawab, Aruna tak bisa menatap mata Gita lebih lama. Ia tak tahu harus menjawab apa. Apa Gita memang tak tahu dirinya bertengkar? Tak sadar, air matanya berderai begitu saja. Tatapan Gita berubah nanar, dan tanpa Ia sadari pula, tubuhnya bergerak sendiri yang tiba-tiba memeluk Aruna dengan lembut.

"Kalau kamu ada masalah, kamu cerita ya! Jangan dipendam sendiri. Apa lagi sampai membahayakan diri. Cerita sama aku." Tutu Gita terdengar menenangkan. Tangis Aruna semakin pilu, Ia membenamkan wajahnya di bahu Gita dan pelukannya terasa semakin erat.

"Maaf Mbak. Maaf...." lirihnya membuat Gita ikut menitikkan air mata. Di situasi seperti ini justru Aruna yang meminta maaf lebih dulu.

"Maaf kenapa?"

"Aku gak bisa penuhi harapan Mbak dan Mas Aryan. Aku sengaja pakai kontrasepsi, Mbak. Aku gak mau punya anak. Maaf Mbak maaf...." mendengar pengakuan Aruna, Gita perlahan melepaskan pelukan mereka. Ia menatap dan meraih pipi Aruna seraya menyeka air matanya.

"Kalau itu pilihanmu, gapapa. Aku ngerti kok. Aku dan Mas Aryan yang harusnya minta maaf. Karena keegoisan aku dan Ibu, kamu jadi korbannya."

"Enggak Mbak. Aku yang salah."

"Kalau kamu rasa kamu salah, gimana kalau besok kita jalan berdua. Kita cerita-cerita biar gak ada yang salah faham. Mau?" Secepat mungkin, Aruna menggeleng menanggapi ajakan Gita.

"Maaf aku gak bisa Mbak."

"Kenapa? Kamu beneran sakit? Kita ke dokter ya!"

"Enggak Mbak. Tapi aku gak bis keluar rumah. Mas Aryan larang aku untuk keluar. Soalnya...."

"ARUNA!" Panggil Sundari dari ambang pintu. Tatapannya tajam, langkahnya cepat menghampiri kedua menantunya. Tanpa berucap lagi, Sundari tiba-tiba menampar Aruna yang langsung mematung. Meski tak sekeras Aryan, namun tamparan itu terasa menyakitkan. Pasalnya, Isma saja tak pernah menampar dirinya, dan ini hanya mertua, mengapa berani?

"Saya kecewa sama kamu. Kamu dengar harapan saya, tapi kamu hancurkan begitu saja. Ternyata selama ini saya menaruh harap sama kamu, sementara kamu tidak peduli." Sergahnya membuat Gita menutup mulut karena terkejut.

"Bu... Aruna masih--"

"DIAM KAMU!" Sergah Sundari beralih pada Gita. "Lebih baik kamu pulang!" Titah Sundari kemudian.

"Tapi Bu..."

"Kamu ini ngeyel ya!" Karena sudah kehilangan kesabaran, Sundari menarik kasar Gita untuk keluar dari kamar Aruna dan meninggalkan adik madunya sendirian. "Bawa istri kamu pulang. Setelah itu kamu urus Aruna. Ibu udah gak mau lihat muka dia lagi. Kalau perlu, ceraikan dia sekarang juga." Aryan tak menanggapi. Ia membiarkan Sundari mengoceh sendiri, sementara dirinya menarik Gita meski wanita itu meronta untuk tetap tinggal.

Di sisi lain, Aruna memeluk tubuhnya sendiri dengan pilu. Ia berharap kehadiran orang terkasihnya saat Ia tengah terpuruk.

"Mas Athar... jemput aku, Mas. Aku mau ikut sama Mas." Lirihnya ditengah isak tangis yang semakin sendu.

'Prang'! Oma Setya terkejut saat vas bunga kesayangan Aruna yang Ia pegang tiba-tiba terlepas dan pecah berserakan.

"Aduh.... ini kesayangan Una. Bagaimana kalau nanti dia pulang? Apa dia baik-baik di sana? Kenapa aku khawatir? Semoga saja tidak terjadi apa-apa pada Una" Gumamnya sendiri menerka hal yang terjadi pada cucu kesayangannya.

...-bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!