Bab 18. Bahagia yang tak disadari

"Aruna.. hari ini aku tidak pulang ke sini. Sepertinya aku akan pulang ke rumah Gita." Tutur Aryan seraya membiarkan Aruna memasangkan dasinya kala Ia bersiap untuk bekerja pagi ini. Suaranya dan raut wajahnya begitu dingin seperti biasa. Aruna mengangguk, Ia memilih menyelesaikan aktifitasnya terlebih dahulu dan dengan tiba-tiba Ia menjawab.

"Iya Mas."

"Aku lihat tadi kamu minum obat. Itu obat apa?" Tanya Aryan lagi. Tentu saja Aruna terbelalak lalu memalingkan pandangannya dengan gugup.

"I-itu obat sakit kepala Mas." Jawabnya membuat Aryan mengernyit merasa ragu akan jawaban Aruna tersebut. Ia melirik ke arah laci lalu kembali menatap Aruna yang masih memalingkan pandangannya.

Setelah Aruna tak bersuara lagi, Aryan bergegas pergi tanpa berpamitan. Ingin Aruna mempertanyakan mengapa Aryan tak sarapan di rumah, namun baginya hal itu tidaklah penting. Baru saja Aruna menutup pintu saat Ia keluar dari kamar, Ia mendengar suara yang tak asing. Kemudian Ia menoleh ke bawah untuk memastikan bahwa mertuanya memang ada di rumahnya. Benar saja, terlihat Sundari menyambutnya dari bawah, bahkan memintanya turun cepat untuk bergabung sarapan.

"Kebetulan kamu sudah bangun. Yuk makan! Ibu bawakan makanan untuk kamu sama Aryan." Sundari meraih tangan Aruna dan menariknya menuju meja makan. Menantunya itu menurut saja, sebab Aruna tak ingin menambah masalah jika harus membantah mertuanya.

"Bu... ini buat aku semua? Kok makanannya gak ada yang buat aku berselera? Protes Aryan terlihat jelas tak ingin memakan makanan yang disiapkan ibunya.

"Oh kamu gak mau makan?"

"Enggak ah. Yang ada aku mual-mual Bu."

"Ya udah. Kamu protesnya ke Gita aja sana! Dia yang nyiapin ini semua." Mendengar ucapan terakhir Ibunya, Aryan bungkam seketika. Ia melirik sesaat pada Aruna yang mulai melahap makanannya tanpa protes. Aruna sudah tak ingin membuat masalah baru, Ia tak ingin juga memperlihatkan kekesalannya karena Aryan memilih diam setelah mengetahui Gita turut andil dalam menyiapkan sarapannya.

"Ini bagus untuk kesuburan kamu. Dan juga, Aryan! Yang banyak dong makan tauge nya. Biar kamu juga subur." Berbeda pada Aruna, Sundari menegur Aryan dengan begitu sinis.

"Kalau mau subur ya siram aja pakai air." Celetuk Aryan membuat Aruna refleks tertawa, namun setelahnya Ia kembali diam dan berpura-pura terbatuk agar Aryan tak memarahinya. Ternyata benar, ketika Aruna melirik ke arah suaminya, Dia sudah meliriknya dengan begitu tajam dan sinis.

...----------------...

"Bu... Una pergi dulu ya!" Ujar Aruna berpamitan pada Sundari yang terlihat tak bersemangat.

"Loh... kamu mau pergi? Kemana?" Tanyanya ditanggapi anggukan oleh Aruna sendiri.

"Ke taman Bu. Ada janji sama anak teman."

"Anak teman?" Lagi, Aruna mengangguk sebelum Ia berucap.

"Kebetulan, Una ditangani sama dokter yang ternyata punya anak. Terus anaknya yang pernah ngumpet di ruangan Una. Sampai sekarang dia ajak Una ketemu terus."

"Emang berapa tahun umurnya?" Sundari terus bertanya, Ia tak ingin kehilangan info sekecil apapun itu.

"Baru 5 atau 6 tahunan Bu."

"Laki atau perempuan?"

"Perempuan."

"Teman kamu Ibunya? Ayahnya gak aneh-aneh kan ke kamu?"

"Emmm Ibunya udah meninggal. Dia piatu."

"Jadi kamu temenan sama laki-laki?" Suara Sundari mendadak tinggi hingga terasa memekik telinga. Aruna ragu-ragu mengangguk kemudian menunduk dan memberanikan diri memberi penjelasan.

"Tapi Una jarang ketemu sama Mas Adnan kok Bu. Dia kerja tiap Una ketemu sama Alice. Lagian, Ada neneknya Alice. Jadi gak akan ada apa-apa."

"Tetap aja Aruna... namanya laki-laki sama perempuan itu kalau sering ketemu pasti suka khilaf."

"Enggak Bu. Una selalu menghindar kalau udah tahu Mas Adnan ada. Gak setiap Alice minta ketemu, Una turuti juga. Ya... sekarang berhubung Una mau ke toko buah, sekalian aja ajak Alice main di taman Bu." Entah kenapa, meski curiga dan tak percaya, Sundari tak bisa melarang Aruna pergi. Ia merubah pikirannya agar tak menjadi bahan pertengkaran dikemudian hari. Ia hanya berpikir jika mungkin Aruna membiasakan diri dengan anak kecil. Dan tiba-tiba Ia berpikir sejenak, apakah Aruna memiliki firasat akan segera memiliki anak? Apa Ia harus mengubah perjanjiannya? Apa lagi sekarang hanya tinggal menghitung waktu saja menuju 3 bulan usia pernikahan anak dan menantunya itu. Sundari menatap nanar kepergian Aruna yang melangkah semakin jauh dari hadapannya. Menantunya tersebut berlalu dengan mobil yang Ia siapkan dan begitu sopan ketika sang supir membukakan pintu. Tak heran jika semua pekerja di rumah ini selalu mengadukan sikap baik Aruna setiap harinya. Sama. Sama seperti Gita. Sayangnya Ia tak tahu kekurangan Aruna apa. Jika Gita, Ia belum bisa memberi Sundari seorang cucu.

...----------------...

"Aruna... boleh Ibu titip Alice sebentar? Ibu lupa vitamin Alice tinggal satu lagi. Ibu mau beli dulu sebentar." Ujar Rahayu ketika mereka tengah duduk bersama di kursi taman.

"Ibu mau ke apotik?"

"Iya nak. Sebentar ya! Alice... kamu sama tante dulu gapapa kan?" Rahayu beralih pada Alice yang mengangguk antusias. Sepeninggal Rahayu, Aruna mendongak menyadari jika cuaca hari ini terasa berbeda.

"Mendungnya tambah gelap?" Gumamnya dengan suara pelan.

"Tante... itu Papa..." ujar Alice seraya menunjuk ke arah parkiran yang dimana di sana ada seorang pria yang memang tengah berjalan ke arahnya.

"Bukannya Papa kamu kerja?" Tanya Aruna merasa heran sendiri. Alice tak menjawab, Ia hanya menggeleng seakan tak tahu apa-apa.

"Alice? Oma mana?" Tanya Adnan yang berjongkok saling berhadapan dengan anaknya itu.

"Ibu ke apotik Mas. Katanya mau beli vitamin Alice."

"Oh iya. Aku lupa tadi gak beli di apotik rumah sakit." Keluhnya mengundang sebuah senyum di bibir Aruna. "Kayaknya mau hujan. Ini mendung banget. Kita pindah yu." Ucap Adnan selanjutnya.

"Ibu gimana Mas?"

"Nanti aku hubungi aja. Pasti Ibu gak bawa payung." Tepat setelah Ia berucap demikian, terasa ada air yang menimpa tubuhnya, dari kecil dan sedikit, lama-lama semakin deras. Aruna kalap sendiri. Ia meraih Alice untuk menutupi kepala gadis kecil itu agar tak tertimpa air hujan yang mulai membasahi pakaian mereka. Namun, Alice seakan menahan langkah kedua orang dewasa yang berniat membawanya ke tempat teduh. Anehnya, Alice tertawa riang seraya berlari kecil di bawah air hujan, sehingga Aruna tak bisa mencegah tindakan yang dilakukan Alice tersebut. Begitu pun dengan Adnan yang terdiam melihat betapa senangnya Alice kala menyatu dengan air yang sudah membasahi tubuhnya secara menyeluruh. Adnan melirik ke arah Aruna yang menatap nanar ke arah putrinya. Ia tersadar, lalu membuka kas yang dikenakannya, kemudian menghalangi air hujan di atas kepala Aruna. Sontak saja wanita itu mendongak lalu menoleh ke arahnya, dan kedua pandangan itu beradu dan waktu seakan terhenti untuk beberapa detik. Lamunan keduanya buyar seketika saat merasakan pelukan di kaki mereka. Terlihat tawa riang terpancar di wajah mungil Alice yang sebelumnya hilang. Sesegera mungkin Adnan mengiring kedua wanita di rangkulannya untuk berteduh.

Siapa sangka, ada seseorang yang mengenali wajah Aruna dengan sengaja mengambil foto ketika posisi Adnan dan Aruna sama-sama berada di bawah jas untuk menutupi mereka dari derasnya hujan.

"Wahhh ternyata sepupunya Gita sudah menikah. Aku keduluan..." ujarnya tersenyum penuh arti.

...-bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!