Bab 17. Kebimbangan Aruna

Mengingat cerita Gita siang tadi, Aruna yang masih terjaga meski malam sudah larut pun memilih duduk sendiri di kursi balkon. Ia memikirkan ulang apakah Ia harus mengikuti ego atau membantu Aryan untuk memiliki keturunan? Nafasnya terdengar begitu dalam dan sangat bimbang. Ia benar-benar diambang sebuah keputusan yang tak kunjung terjawab. Tapi melihat ketulusan Gita, sepertinya wanita itu memang menginginkan kebahagiaan Aryan daripada dirinya sendiri.

"Aruna!" Tegur Aryan untuk ke sekian kali. Sontak saja Aruna terhenyak dan menoleh ke arah Aryan yang berdiri di sampingnya. "Kamu kenapa sih? Dari tadi ngelamun terus?" Lanjutnya melempar pertanyaan.

"Eng-enggak Mas. Aku gapapa." Jawabnya seperti biasa selalu memalingkan wajahnya. Tanpa Ia duga, Aryan tiba-tiba duduk di sampingnya lalu meletakkan kopi di atas meja tepat di depannya.

"Kamu tadi ketemu sama Gita?" Tanya Aryan tiba-tiba.

"I-iya Mas."

"Kalian ngobrol apa?" Aruna tak langsung menjawab. Ia sedikit mengernyit sesaat dengan apa yang ditanyakan Aryan tersebut. Kenapa bertanya? Apa Gita tak menceritakannya?

"Emmm... yaaa pembahasan perempuan Mas."

"Gita juga jawabnya gitu."

Meski keduanya sudah bersama 2 bulan lamanya, namun kecanggungan diantara mereka masih tak bisa mereka hindari. Aruna memilih diam karena memang kebiasaannya. Sedangkan Aryan diam karena tak tahu harus membahas apa. Keduanya sama-sama diam dengan kesibukan masing-masing. Sampai akhirnya, mereka memilih untuk tidur setelah menyadari malam semakin larut.

...----------------...

Waktu kembali berlalu, entah sudah berapa hari terlewati, Aruna tak lagi meminum obat yang biasa Ia minum rutin setiap hari itu. Entah kenapa, Ia mendadak bimbang setelah mengobrol bersama Gita tempo hari. Apa yang harus Ia lakukan sebenarnya? Mengapa Ia bersikeras sendirian? Yang membuatnya semakin bimbang, sikap Aryan akhir-akhir ini terasa sangat berbeda. Perlakuannya lebih lembut dari sebelumnya. Bahkan pagi ini, Ia membangunkan Aruna dan menyuruhnya sarapan lebih dulu. Namun, Aruna sendiri tak mau jika tak menunggu Aryan. Apa jadinya nanti Ia akan disebut istri yang tak mengerti. Terdengar suara pintu kamar mandi terbuka, cepat-cepat Aruna meletakkan kembali obat yang semula Ia genggam.

"Belum sarapan?" Tanya Aryan sesaat setelah Ia berjalan menuju lemari.

"Belum Mas." Jawab Aruna mendadak salah tingkah. Ia panik karena Aryan terdengar tiba-tiba membuka pintu. Apa Aryan melihat apa yang ada di dalam laci? Semoga saja tidak. Pikirnya.

"Gita udah kasih tahu ke kamu?"

"Kasih tahu apa Mas?"

"Dia itu gimana? Padahal nomor kamu udah aku kasih ke dia."

"Emangnya, Mbak Gita kenapa?"

"Dia itu bilangnya mau ajak kamu jalan-jalan, aku kira dia udah kasih tahu ke kamu." Mendengar penuturan Aryan, Aruna mendadak terdiam. Mengapa Gita ingin mengajaknya? Apa Gita akan mempermalukannya di depan umum dengan berkata jika madunya ini adalah seorang pelakor? Tapi melihat wajah teduh Gita saat itu, tidak mungkin Gita akan melakukan hal memalukan seperti di pikirannya. Aruna menggeleng kasar menepis jauh-jauh pikiran negatif tentang Gita.

"Aruna! Kamu kenapa geleng-geleng?" Sontak saja suara Aryan berhasil membuat Aruna terhenyak.

"Eng-enggak Mas. I-ini cuma pusing aja sedikit." Jawabnya asal. Tanpa di duga, Aryan meraih dahi Aruna untuk memastikan jika Aruna tak apa-apa.

"Iya. Agak hangat." Ujar Aryan masih fokus menatap dahi Aruna. Tanpa Ia sadari, wanita itu merasakan sentuhannya begitu tak asing. Ia merasa jika di depannya ini bukan Aryan, melainkan Athar. Sempat Ia menepis pikirannya mengenai pria yang sudah meninggal itu, namun, semakin Ia menepis, bayangannya semakin nyata. Perlahan Aruna mendongak dan menatap lekat garis wajah suaminya. Di sana Ia menemukan mata teduh nan tenang, sama seperti milik Athar.

"Mas..." lirihnya membuat Aryan membalas tatapannya. Dengan tiba-tiba, Aruna meraih pipi Aryan dan membelai lembut dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Apa lagi yang membuat Aruna bersedih? Pikir Aryan saat mendapati air mata itu luruh di pipi istrinya.

"Bohong jika aku bilang tak merindukan kamu, Mas Athar. Aku yang mengidamkan hidup bahagia bersamamu, tapi kamu malah pergi tanpa pamit." Batin Aruna mulai menangis tersedu-sedu. Pelukan hangat menyelimuti tubuhnya, memang menenangkan, namun tak dapat menghentikan tangisnya saat itu juga. Merasakan hangatnya pelukan Aryan, Aruna perlahan membalas pelukan tersebut. Lambaian tangan Aryan mulai meluluhkan hatinya. Hanya saja, Aruna yang tak menatap wajah Aryan, Ia menganggap jika pria dalam pelukannya ini adalah Athar. Hal ini cukup mengobati rasa rindunya.

"Apa hatinya sesakit itu? Apa aku kurang adil memperlakukannya sebagai istri kedua?" Batin Aryan semakin mempererat pelukannya.

...----------------...

"Siang menjelang, Aruna mendengar suara ponselnya berdering di atas nakas. Segera Ia meraih lalu menjawab panggilan dari nomor yang tak Ia kenal.

"Hallo." Sapanya.

"Runa... kamu luang hari ini? Temani aku belanja ya!" Terdengar suara asing memekik telinga Aruna karena terdengar begitu antusias.

"Maaf. Ini siapa?" Tanyanya kemudian.

"Oh iya aku lupa. Aku Gita, Runa... kamu lupa suara aku ya?"

"Eh Mbak. Maaf. Aku bener-bener gak kenal, soalnya beda."

"Iya sih pasti beda. Eh tapi kamu mau kan?"

"Emmm jam berapa Mbak?"

"Aku maunya sekarang."

"Oh boleh Mbak. Saya luang kok."

"Ya udah, pakai mobilku aja ya! Nanti aku jemput ke sana. Kamu siap-siap ya!."

"Iya Mbak. Saya siap-siap sekarang." Setelahnya, panggilan terputus, dan Aruna segera mengganti pakaian dan memoles wajahnya dengan make up tipis. Terlihat natural, namun wajah cantiknya semakin terpancar. Sebelum Ia benar-benar pergi, Ia mengetik sebuah pesan singkat kepada Aryan untuk meminta izin. Jika dengan Gita, tentu saja Aryan akan mengizinkan apapun yang dilakukannya. Hanya saja, Ia teringat statusnya sebagai istri yang harus izin terlebih dahulu kepada suaminya.

Tak berselang lama, terdengar suara mobil terparkir di depan teras rumahnya. Dan setelah itu, Aruna mendengar namanya dipanggil beberapa kali. Gegas Ia menuruni tangga dan menghampiri Gita yang kini menunggunya di ruang keluarga.

"Adikku cantik banget." Pujinya membuat Aruna tersipu.

"Mbak lebih cantik." Balasnya memuji Gita sehingga wanita itu tertawa geli.

"Udah yu! Mumpung masih siang." Ajak Gita mengulurkan tangan. Aruna tak banyak berkomentar. Ia menurut saja dan mengikuti kemanapun Gita pergi.

...----------------...

Keduanya turun di sebuah mall, dan Gita mengajak Aruna untuk berkeliling. Ia memilih beberapa pakaian dan memilihkan untuk Aruna yang beberapa kali menolak tawarannya. Sebab Aruna merasa tak sedang membutuhkan pakaian baru saat ini.

"Gapapa. Aku yang belikan untuk kamu."

"Enggak Mbak. Gak usah."

"Runa... jangan nolak ya! Aku gak tahu sampai kapan kita sama-sama. Jadi, tolong hargai dan terima pemberian aku."

"Mbak... tapi..."

"Gak ada tapi-tapi. Pokoknya kamu harus terima ya!" Gita terkesan memaksa sehingga Aruna tak bisa lagi protes, Ia hanya bisa diam membiarkan Gita bersikap semaunya saja.

"Eh lihat! Ini lucu ya!" Ujar Gita kemudian. Aruna hanya mengangguk seraya tersenyum melihat kebahagiaan yang Gita perlihatkan. Apa lagi saat melihat pakaian anak-anak dan bayi yang saat ini Ia sentuh.

"Nanti kalau anak kamu sama Mas Aryan perempuan, aku kasih ini boleh ya!" Ujar Gita lagi, Aruna mengangguk seraya tersenyum mengiyakan penuturan Gita. Ia tak akan memprotes apapun lagi agar Gita tak tersinggung. Meski senyum terpancar, Aruna tahu jika Gita merasa sedih karena belum bisa memberikan Aryan keturunan. Sedangkan dirinya, mencoba menghalangi kehadiran anak itu selama ini.

...-bersambung...

Terpopuler

Comments

Maya Indah

Maya Indah

ya ampun thor kenapa jadi gita atau aruna sedih banget si

2024-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!