Bab 16. Bicara berdua.

"Mas... nanti siang aku mau kumpul sama Laras dan yang lain. Kemungkinan aku pulangnya sore. Terus mau ke apotik dulu." Papar Gita yang menjelaskan aktifitasnya siang nanti. Ia masih fokus bergelut dengan alat masak, sementara Aryan duduk ditemani secangkir kopi di meja makan.

"Ke apotik beli apa? Kamu sakit?" Tanya Aryan memastikan.

"Enggak Mas. Aku mau beli vitamin aja." Mendengar jawaban Gita tersebut, seketika Aryan terdiam membisu. Mengapa Ia menjadi bimbang? Waktu bersama Aruna hanya tinggal menghitung minggu saja. Jika sampai Aruna tak hamil juga, Ia harus menceraikannya dan kembali fokus pada Gita yang sampai saat ini masih berusaha mati-matian untuk mengandung anaknya. Perlahan Aryan beranjak dari duduknya, lalu memeluk Gita dari belakang.

"Sayang.. maafin aku ya! Gara-gara Ibu, kamu harus--"

"Mas... mau makan sekarang? Ini nasi gorengnya sudah matang. Terus, jangan seenaknya tinggalin Aruna sendirian Mas. Apa lagi kalau sudah malam. Kasihan dia." Cepat-cepat Gita menyela dan memberi nasehat yang tak bisa Aryan terima.

"Kalau aku suruh kamu nikah lagi? Kamu mau?" Secara tiba-tiba, Aryan mengatakan pertanyaan yang membuat Gita lebih terkejut. Akhirnya Ia berbalik dan meraih pipi Aryan dengan lembut.

"Mas... selama aku bisa menjalankan tugas sebagai istri kamu, aku gak akan pernah berpaling. Justru, aku yang merasa gagal jadi istri kamu Mas. Maaf."

"Enggak sayang. Kamu sudah sempurna. Hanya Ibu saja yang egois."

"Wajar kalau Ibu ingin punya cucu Mas. Orang-orang yang ada di sekeliling Ibu, semuanya sudah menimang cucu. Tidak heran kalau Ibu mengharapkan itu dari kamu, meski pada akhirnya aku harus ikhlas berbagi."

"Sudah mau 3 bulan. Kamu tahu kan perjanjian aku dengan Ibu?" Menanggapi pertanyaan kali ini, Gita mengangguk pelan seraya menunduk membayangkan bagaimana hidup Aruna kedepannya. Ia dijadikan alat untuk membuat anak, dan setelah gagal, Ia dibuang begitu saja.

"Besok, aku mau ke rumah kamu sama Aruna Mas. Boleh ya? Aku mau ketemu aja. Gak akan ada apa-apa kok." Bujuknya meminta sebuah izin. Dengan masih ragu, Aryan mengangguk mengiyakan permintaan Gita yang terlihat begitu menginginkan pertemuan dengan Aruna. Ia harus percaya jika Gita tak akan bertindak macam-macam pada Aruna yang akan memancing amarah Ibunya.

...----------------...

"Alice sayang.... Tante di sini. Sekarang Alice makan ya! Tante suapi." Sesuai janjinya semalam, Aruna dijemput oleh supir pribadi Rahayu untuk datang ke rumahnya. Ia sudah menyerah membujuk cucu kesayangannya untuk sekedar makan karena dari kemarin, sejak Adnan pergi bekerja, Alice tak ingin makan apapun.

"Tante janji jangan pergi ya!"

"Iya sayang. Tante di sini dulu. Temani kamu makan." Dengan usahanya, Alice dapat luluh juga. Rahayu terlihat menghela nafas lega melihat cucunya mulai melahap makanan yang Aruna sajikan. Sungguh wanita muda ini sangat memiliki jiwa keibuan dan bisa meluluhkan hati Alice meski baru beberapa kali bertemu. Ia sendiri belum tahu keluarganya seperti apa, namun perasaannya mengatakan jika Aruna tumbuh dari keluarga yang sangat baik. Tapi, entah perasaan apa, Ia merasa akan sangat gagal jika meminta Aruna menjadi Ibu tiri Alice saat ini.

"Nak..."

"Iya Bu?" Sahutnya mendengar panggilan Rahayu tersebut.

"Kamu.... emm"

"Kenapa Bu?" Ulangnya mulai penasaran. Apa yang ingin Rahayu tanyakan padanya? Mengapa terlihat begitu gugup.

"Nanti saja. Sekarang waktunya belum tepat." Ujar Rahayu malah membuat Aruna semakin penasaran. Ia hanya mengangguk tak berani memprotes.

"Oh iya Bu? Mas Adnan belum pulang?" Tanya Aruna kemudian.

"Belum. Kemarin dia berangkat malam, harusnya pagi juga sudah pulang."

"Oh begitu ya?" Dan entah kenapa, melihat raut wajah Aruna yang sedikit kecewa akan ketidakhadiran Adnan di sana, berhasil membuat Rahayu tersenyum. Akankah Aruna memiliki perasaan pada putranya?

...----------------...

Waktu sudah melewati tengah hari, Aruna berpamitan pulang setelah Adnan kembali ke rumah. Ia tak ingin berlama-lama ada di sana karena status Adnan yang merupakan seorang duda. Ia terlalu takut jika keberadaannya di sana hanya akan mengundang gosip dan berita yang tak sesuai fakta. Aruna meminta kepada supir untuk menurunkannya di suatu cafe karena perutnya terasa lapar.

Tanpa Ia sadari, sekelompok wanita-wanita yang tengah mengobrol itu adalah teman-teman dari Gita. Namun, Gita sendiri tak ada di sana, hanya ada tasnya saja di atas kursi. Ajeng yang melihat Aruna melewatinya hanya tersenyum kala pandangan mereka beradu.

"Siapa sih? Kamu kenal?" Tanya Laras sedikit berbisik. Sontak Ajeng hanya menggeleng karena Ia sendiri tak mengenali siapa wanita yang bertukar senyum dengannya.

"Ihh kirain kenal." Protes Maya yang sama-sama menyimak.

"Gita mana sih? Lama banget ke toiletnya." Ucap Ajeng ketika menyadari Gita yang tak kunjung datang.

"Iya. Bukannya kita mau langsung ke mall? Mumpung masih siang. Suami aku suka marah kalau aku pulang terlalu sore." Sambung Laras. Tak lama, Gita terlihat berjalan cepat dan kembali bergabung dengan mereka.

"Maaf ya lama. Tadi ada masalah sedikit." Ujar Gita dengan mudah dimaafkan oleh ketiga temannya itu.

"Silahkan kak." Terdengar seorang pelayan menyajikan pesanan dari konsumen yang tak jauh dari meja mereka. Dan saat itu juga, Gita menyadari jika wanita itu adalah Aruna.

"Git! Ayo. Katanya mau ke mall." Ujar Ajeng yang tak tahu sudah berapa kali memanggilnya.

"Kamu lihatin siapa sih?" Sontak Maya ikut menoleh setelah menanyakan hal tersebut.

"Kalian duluan aja. Kayaknya aku gak ikut deh. Ada urusan mendadak. Terus pulangnya mau ke apotik." Meski terdengar ragu, namun 3 orang itu tak bisa protes. Mereka tahu jika Gita sudah mengambil keputusan, maka tak kan ada yang bisa membujuknya kecuali Aryan. Ketiganya pergi lebih dulu, dan Gita beralih duduk tepat di depan Aruna yang tengah menyantap makanannya. Tiba-tiba, Aruna tersedak saat melihat wajah siapa yang menghampirinya.

"Mbak?" Pekiknya ditanggapi senyuman manis oleh Gita.

"Aku ngagetin kamu ya?" Gita beralih bertanya melihat Aruna yang terus terbatuk.

"I-iya. Mbak tiba-tiba ada di sini." Jawabnya memaksa senyum. Meski Gita tahu jika saat ini Aruna tak ingin tersenyum sama sekali.

"Kamu apa kabar, Aruna?" Jawabnya setelah memastikan Aruna sudah baik-baik saja.

"Saya baik, mbak. Mbak sendiri?"

"Saya masih tak baik, Aruna." Mendengar jawaban Gita ini, Aruna menunduk seketika. Rasa sesal dan penuh rasa bersalah mulai memenuhi benaknya. Kesalahannya ini tak bisa diwakilkan dengan kata maaf saja.

"Kalau saya boleh memilih, saya juga tidak mau terjebak diantara Mbak Gita dan Mas Aryan. Saya masih ingin sendiri, Mbak." Tuturnya memberanikan diri mendongak dan membalas tatapan Gita. Kali ini giliran Gita yang terkejut saat mendapati kedua mata Aruna terlihat berkaca-kaca. Ucapannya memang tak main-main. Aruna serius mengatakan jika Ia tak ingin menikah dengan Aryan.

"Apa pernikahan ini buat kamu jadi tertekan?" Tanya Gita entah kenapa membuat Aruna terdiam seketika. Bohong jika Ia menjawab bahagia. Bahagia di bagian mananya lembaran pernikahan yang Ia jalani ini? "Maaf Aruna... itu semua karena permintaanku. Dan untuk calon, aku serahkan pada Ibu, asal bisa melayani Mas Aryan dengan baik." Imbuh Gita ketika tak mendapati jawaban dari Aruna.

"Kenapa Mbak minta Mas Aryan nikah lagi? Dan kenapa Ibu pilih saya untuk jadi menantu keduanya?" Mungkin ini pertanyaan yang tak masuk akal yang diucapkan Aruna pada istri pertama suaminya.

"Aku belum bisa kasih Mas Aryan anak, Na. Sementara Ibu sudah mau gendong cucu. Ya jalan keluar satu-satunya cuma pernikahan kedua Mas Aryan. Aku harap, dari maduku, Mas Aryan bisa memiliki keturunan untuk mewarisi apa yang seharusnya Mas Aryan miliki." Penuturan Gita ini tentu mengundang penasaran Aruna. Sekaligus Ia ingin tahu apa inti tujuan Ibu mertuanya menikahkan dua orang yang tak saling mencinta.

"Kamu tahu Om Damar, kan? Yang waktu itu ngundang kita di acara keluarga besar?" Setelah berpikir sejenak, Aruna mengangguk menanggapi pertanyaan Gita. "Kan harta Kakeknya Mas Aryan kasih perusahaan itu ke Om Damar sebagai anaknya yang masih hidup, sementara Om Damar gak punya anak kandung. Dia punya anak tiri aja. Sedangkan pewaris yang sah itu keturunan asli Kakek. Harapan satu-satunya sekarang itu hanya Mas Aryan. Kalau Mas Aryan punya anak, baik itu perempuan atau laki-laki, perusahaan itu akan turun ke Mas Aryan sepenuhnya." Imbuh Gita menjelaskan hal yang Ia tahu saja. Entah kenapa, mengobrol dengan Gita terasa begitu nyaman dan sosok di depannya ini begitu terbuka. Padahal bisa saja mereka bermusuhan karena suami mereka sama. Dan apa sebenarnya Gita membencinya? Mengapa setiap kalimat dan sorot matanya tak memperlihatkan kebencian sama sekali?

...-bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!