Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati

Setelah melewati malam yang panjang, Aryan dan Aruna pulang dengan terpaksa meninggalkan Oma Setya yang masih terlihat merindukan cucunya itu. Pandangan Aryan berubah sayu melihat betapa sayangnya seorang nenek kepada cucu tercinta, yang tanpa diketahui siapapun telah Ia perlakukan tidak baik selama 2 bulan terakhir. Harapan keluarga Aruna untuk melihat gadis malang itu bahagia, nyatanya sirna tanpa mereka terka. Tak ada yang akan mengira di belakang mereka, Aruna menahan tangis pilu menjalani pedihnya berumah tangga bersama orang yang tidak mencintainya.

"Hati-hati Una." Berat, namun Oma Setya harus melepas kepergian Aruna untuk kembali ikut bersama suaminya.

"Oma sehat-sehat ya. Nanti Una ke sini lagi." Hanya anggukan yang Oma tunjukkan untuk menanggapi penuturan Aruna tersebut. Setelahnya sepasang suami-istri itu pun bergegas agar tak terjebak macet ketika di jalan nanti.

...----------------...

"Mas mau ke rumah Mbak Gita?" Tanya Aruna sesaat setelah mereka sampai. Baru saja Aryan duduk untuk merehatkan tubuhnya, Ia mendadak kesal dengan pertanyaan dadakan dari Aruna yang seakan tengah mengusir dirinya.

"Kau mengusirku?" Mata elang itu semakin menyipit seiring kata tanya yang Ia lontarkan berhasil membuat Aruna mengelak dengan menunduk dan memalingkan wajah menghindarinya. Seperti sebelumnya, saat ini Aryan tiba-tiba beranjak dan melangkah mendekati Aruna yang menyadari pergerakannya. Tak ingin kejadian malam sebelumnya kembali terulang, Aruna menggeser tubuhnya menjauh sehingga Aryan terhenti dengan mata yang menyipit karena terheran akan sikap Aruna yang terus menghindarinya.

"Semakin kau menghindariku, semakin aku tidak mau pergi dari sini. Wajahmu tidak cocok menjadi wanita yang jual mahal, harusnya kau--"

"Menggodamu di atas tempat tidur?" Tukas Aruna menyela cepat. Seringai tiba-tiba tersungging di bibir Aryan yang tak mengira jika wanita di depannya ini mulai berani kepada dirinya.

"Baguslah kalau kau tahu. Karena kebiasaanmu memang begitu kan?" Namun 'plak!' Suara tamparan begitu nyaring terdengar di ruangan itu. Wajah Aryan berpaling, diam sejenak merasakan hawa panas menjalar di bagian pipi kirinya. Merasakan emosinya yang hampir meluap, Aryan kembali menatap Aruna dengan berniat memberi gertakan, sayangnya tatapan tajam itu seketika berubah melihat deraian air mata membasahi kedua pipinya dengan deras. Apa perkataannya memang sangat menusuk?

"Kalau kau tidak suka aku menjadi istrimu, kenapa tidak ceraikan saja aku, Mas?"

"Cerai? Tidak akan Aruna. Sebelum kamu kasih aku anak, aku tidak akan pernah menceraikanmu." Tegas Aryan sehingga Aruna ambruk terduduk di ujung ranjang. Ia menutup wajahnya merasa frustasi dengan apa yang terjadi pada hidupnya. Ia selalu berandai-andai jika Athar yang menjadi suaminya, maka Ia tak akan pernah membiarkan istrinya menangis ataupun terluka. Sekecil apapun lukanya.

"Egois, serakah. Aishhh apa begini rasanya memiliki raga, tapi tidak dengan hatinya? Mbak Gita, kamu lebih beruntung karena memiliki raga Mas Aryan, begitu pun hatinya." Batin Aruna memilih diam untuk sekedar menghindari perdebatan.

...----------------...

Entah panggilan yang ke berapa, Gita yang terus menekan nama Aryan, tak kunjung mendapat jawaban. Apa suaminya memang sudah melupakannya? Apa bunga baru memang lebih menggoda imannya?

"Mas... gimana aku mau percaya sama kamu? Sedangkan kamu aja lebih berusaha dengan Aruna dari pada aku. Meskipun kamu akan pisah satu bulan lagi, itupun kalau Aruna tidak hamil, tetap saja aku cemburu Mas. Apa lagi kalau Aruna hamil, berapa tahun kamu akan ninggalin aku sendiri begini. Sekarang masa subur aku, Mas. Bukannya kamu yang paling ingin punya anak sama aku?" Gumamnya meratapi diri di dalam kamar yang sengaja Ia kunci. Ia sudah tak berharap jika Aryan tak pulang malam ini. Meski semakin larut, namun rasa kantuk tak kunjung menyapa dirinya. Gita memeluk tubuhnya sendiri membiarkan air mata pilu mengalir dari ujung matanya. Sakit, jelas. Istri mana yang tak merasa sakit jika suami lebih memilih bersama madunya?

Di waktu yang sama, entah sudah berapa kali Aryan bermain dengan Aruna, Ia baru menyadari jika istri mudanya tak pernah sekalipun menatap matanya ketika bersama. Jika tidak terpejam, Aruna selalu berpaling seakan tak ingin melihat wajah Aryan.

"Aruna..." panggil Aryan tak ditanggapi apapun oleh Aruna. Wanita itu membisu selama Aryan menyentuhnya. Ia tak sedikitpun berucap atau menatap wajah sang suami seperti kebanyakan pasangan untuk memperlihatkan keharmonisan. Ia merasa, jika Ia membuka mata dan melihat wajah Aryan, hatinya akan terasa hancur berkeping. Tubuh siapa yang dijamah, namun nama lain yang terucap dari mulut Aryan. Aruna hanya berpikir jika cinta Aryan sepenuhnya hanya milik Gita. Cengkraman tangan Aruna pada sprei semakin kuat seiring gerakan Aryan yang begitu kasar kepadanya. Ia sudah tak karuan, nyeri terasa di sekujur tubuh menerima kemarahan Aryan yang seolah menyimpan dendam karena Ia tampar. Satu tamparan saja ternyata bisa membuatnya tersiksa. Mungkin jika Gita yang melakukannya, tamparan itu hanyalah sebuah lelucon bagi Aryan.

Sedangkan yang Aryan rasakan, sikap acuh Aruna menunjukan jika istrinya itu tak pernah menginginkan kebersamaan dengannya. Jika dengan Gita, memang Ia akan mencurahkan seluruh cinta kasihnya, begitu pun Gita yang melakukan hal yang sama. Namun dengan Aruna, perasaannya terasa bertepuk sebelah tangan meski keduanya tengah bermadu kasih.

"Mas Athar...." lirih Aruna nyaris tak terdengar.

"Siapa? Siapa yang dia panggil? Bermadu kasih denganku, tapi menyebut nama pria lain?" Batin Aryan menggertakkan giginya menahan amarah yang semakin meluap. Sentuhannya semakin kasar sehingga Aruna hampir berteriak kesakitan.

"Sudah.. Mas..." rintihnya benar-benar menyerah. Ia tak bisa menahan air matanya yang berderai begitu saja dengan pandangannya masih berpaling. Dengan paksa, Aryan meraih dagu Aruna dengan kasar agar keduanya bisa bertatapan.

"Tatap aku, Aruna." Tegasnya tak dituruti. Justru Aruna memejamkan mata agar pandangan mereka tak bertemu.

"Oh... itu maumu? Baiklah. Jangan salahkan aku." Lagi, Aryan dengan sengaja menyakiti Aruna hingga akhirnya kedua mata itu terbuka dan pandangan mereka berhasil bertemu. Sayangnya, Aryan tak menemukan ada cinta di sana. Hanya dendam dan rasa sakit yang terpancar dari manik hitam itu.

"Sakit. Ma-s." Suara Aruna semakin tercekat. Ia tak bisa lagi menahan rasa sakit yang diberikan Aryan padanya. Apa tamparannya sangat fatal sampai Aryan membalas dengan membuatnya hampir sekarat? Tubuhnya benar-benar sudah tak bertenaga. Aryan memilih cepat-cepat menyelesaikan aktifitasnya. Ia beralih memeluk erat sang istri yang kini menangis pilu dengan mata yang kembali terpejam. Entah Ia bergumam apa, yang jelas Aruna tak berpura-pura. Aryan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Ada rasa sesal melihat ketidakberdayaan Aruna karena ulahnya. Namun ada juga rasa puas karena sudah memberi pelajaran pada wanita yang berani kepadanya.

Tepat setelah itu, ponselnya berdering menandakan ada pesan masuk, namun Ia tak berniat untuk membukanya. Aryan perlahan memejamkan mata setelah memastikan Aruna tertidur.

"Malam ini masa suburku, Mas." Isi pesan teks yang terpampang di layar ponsel Aryan. Tak berbeda jauh dari Aruna, Gita berbaring dengan tangis pilu setelah memberanikan mengirim pesan tersebut. Nyatanya Ia tak bisa berpura-pura ikhlas jika Aryan terus bersama Aruna, meski Ia tahu jika suaminya tak sedikitpun mencintai Aruna. Apapun yang dilakukan Aryan kepada Aruna, semata hanya karena sebuah tujuan. Yakni, memiliki seorang anak. Setelahnya, Aryan bisa dengan mudah menceraikan Aruna jika mau.

...-bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!