Bab 12. Pelukan Aryan

"Aruna." Suara Aryan berhasil menghentikan tangis Aruna. Pandangan itu perlahan mengarah kepada pemilik suara dan pada akhirnya kedua pandang mata sayu itu beradu untuk waktu beberapa saat. Anehnya, hari ini Aryan terlihat sedikit berbeda. Rasa hangat sedikit Aruna rasakan dari kehadiran sosok pria yang tengah Ia hindari. Bagaimana bisa Aryan berada di sana?

"Ma-mas kenapa di sini?" Tanyanya memalingkan wajah seraya menyeka air mata yang sudah membasahi pipinya. Diam, tak ada jawaban sedikitpun. Lantas Aruna beranjak dan berbalik untuk memastikan bahwa suaminya tidak marah terhadapnya.

"Siapa Athar?" Hanya dua kata itu yang terlontar dari mulut Aryan. Ya, Ia lebih penasaran akan siapa Athar sebenarnya. Ia tak ingin menerka saja. Bisa dilihat sikap Aruna yang mulai gugup dan gelisah karenanya, Ia terus meremas tangan dan berusaha mengalihkan pandangannya dari Aryan yang kian mendekatinya.

"Ayo pulang! Kita bicara di rumah." Ujarnya menarik tangan Aruna yang tak sedikitpun menolak ajakan Aryan tersebut. Namun, baru saja sampai di samping mobil, Aruna melepaskan tangannya secara paksa sehingga Aryan menatapnya penuh tanya.

"Maaf Mas. Aku belum bisa pulang hari ini." Namun pria itu tak sedikitpun mengindahkan ucapan Aruna. Ia membukakan pintu mobil dan membiarkan Aruna masuk ke dalam sana. Setelahnya giliran Ia yang masuk ke kursi kemudi.

...----------------...

"Mas Aryan kemana ya? Udah jam segini belum jemput juga. Ditelepon gak diangkat, di chat juga gak dibalas. Katanya mau tukar mobil aja. Apa Mas Aryan lupa?" Gita bergumam sendiri di dalam kamar. Ia tak kunjung mendapati kedatangan Aryan.

"Mas... aku berangkat duluan. Aku tunggu di klinik ya!" Begitu isi pesan teks yang dikirim Gita kepada Aryan. Tanpa Ia tahu, Aryan saat ini meninggalkan ponselnya di dalam mobil, sementara dirinya tengah menemani Aruna yang kini mendatangi rumah Oma Setya.

"Kalau kalian tidak ada konflik, Oma lega. Tapi kalau semisal Aruna membuat kesalahan, Oma harap kamu tidak membiarkannya pulang sendiri. Antarkan pada Oma. Oma masih punya uang untuk menghidupi Aruna." Tegas Oma begitu tajam menatap Aryan yang stelan wajahnya terlihat begitu acuh. Dari awal, Oma Setya memang tak menyetujui Isma menjodohkan Aruna dengan siapapun itu, apa lagi pria yang sudah beristri seperti Aryan.

"Apa istri tuamu tahu?" Sejenak, Aryan mengernyit belum sepenuhnya mengerti maksud Oma. Namun beberapa saat kemudian, Ia tiba-tiba beranjak lalu berlari ke arah mobil. Aruna melihat Aryan begitu panik dengan tangan gemetar menggenggam ponsel di tangannya. Terlihat pula, beberapa kali Ia menghubungi seseorang di seberang sana, dan beberapa kali juga panggilan itu tak terjawab. Benar, Aruna hanya berpikir satu hal. Tak lain, jika Aryan tak memberitahu Gita dan begitu gelisah terhadap istri tuanya itu saat Ia menyadari keteledorannya.

"Keputusan aku untuk gak hamil emang paling tepat. Aku gak mau nanti anak aku cuma jadi alat keserakahan mereka. Tujuan aku menikah itu untuk bahagia, bukan untuk kasih apa yang mereka mau tanpa mikirin perasaan aku." Batin Aruna hanya bisa menenangkan diri.

"Mas.. kalau Mas mau pulang, gapapa Mas. Lagian dari awal kan aku gak mau ganggu waktu Mas sama Mbak Gita." Ujar Aruna yang kini berada di belakang Aryan yang terlihat masih gelisah. Emosinya mendadak memuncak kembali mendengar penuturan Aruna yang seakan tak menginginkan kehadirannya di sana, dan seakan tak menghargai usahanya untuk memastikan semuanya baik-baik saja. Dengan raut wajah kesalnya, Aryan berbalik dan berniat meluapkan emosinya yang nyaris meledak mengingat Gita yang tak bisa Ia hubungi. Namun, amarah itu seketika luluh mendapati pandangan sendu Aruna yang berusaha menahan air mata yang sedikit menggenang.

"Untuk pulang pun, aku sudah terlambat. Kita pulang besok. Jadi pastikan hari ini urusanmu selesai." Respons Aryan demikian. Ia memalingkan wajah ke arah lain untuk menghindari kontak mata dengan Aruna yang sama-sama berpaling. Baginya, tatapan mata Aryan begitu menyakitkan untuk Ia tatap. Mata itu bukan mata Athar yang menatapnya penuh cinta, dan wajah itu bukan wajah Athar yang memberikan ketenangan untuknya.

Seiring memorinya yang berputar mengingat kenangan bersama mantan kekasih, Aruna terhenyak dan membeku seketika saat merasakan sebuah pelukan hangat di tubuhnya. Tanpa kata, Aryan memberikan kenyamanan kala air mata Aruna berderai deras tanpa Ia tahu penyebabnya. Tangis itu semakin terdengar pilu, namun Aruna terlihat enggan membalas pelukan Aryan yang masih membuatnya merasa hangat.

Di sisi lain, Gita menggenggam sebuah angka di kertas kecil seraya duduk sendiri di kursi klinik.

"Ibu Aisha Gita Khairina." Terdengar seorang perawat memanggil nama lengkapnya. Ada rasa enggan, namun Ia harus melakukan pemeriksaan tanpa kehadiran sang suami. Entah apa penyebab Aryan mengingkari janjinya secara mendadak dan tanpa penjelasan apapun, saat ini Gita tak ingin ambil pusing. Ia berniat menghubungi Aryan setelah pemeriksaan selesai.

"Ibu sudah berapa lama menikah?" Tanya Dokter kandungan seraya menggeser alat yang bisa menampilkan rahimnya di sebuah layar.

"Susah 5 tahun Dok." Jawabnya ramah.

"Ibu sudah ikut promil?"

"Sudah, tapi sempat tertunda Dok."

"Kenapa Bu?"

"Awalnya saya dan suami berniat menunda untuk beberapa lama, tapi ternyata saya bermasalah Dok." Mendengar jawaban Gita kali ini, Dokter terlihat menarik sebuah senyum kala mendapati sesuatu yang menarik baginya.

"Kondisi rahim ibu sehat. Ovarium sudah siap dibuahi juga." Sontak saja, Gita tersenyum lebar mendengar hal ini. Ia mendadak lupa akan kekesalannya pada Aryan.

"Ibu bisa lihat di aplikasi jadwal subur Ibu. Sebagian besar itu akurat Bu." Ujar Dokter selanjutnya.

"Kalau lihat di aplikasi, masa subur saya besok Dok. Tapi saya sudah tidak menggunakan itu lagi, soalnya sampai sekarang tetap tidak berhasil, Dok." Jelasnya.

"Tidak ada salahnya Ibu berusaha lagi. Kan kita tidak tahu di hari apa pembuahan itu terjadi." Sejenak Gita terdiam dan berpikir untuk mencerna apa yang diucapkan Dokter tersebut. Benar, apa salahnya Ia berusaha sedikit lagi. Jangan kalah dengan Aruna yang sudah memiliki peluang mengandung sebelum dirinya.

"Baiklah Dok. Nanti saya bicarakan dengan suami saya."

...----------------...

Malam menyapa, dan Gita harus menerima fakta jika Aryan tengah berada di rumah orang tua Aruna saat ini. Meski pikirannya berkecamuk, namun Ia tak ingin membuat suasana menjadi rumit. Cemburu, memang cemburu. Tapi Ia harus terima kenyataan ini karena istri Aryan kini bukan hanya dirinya.

Dan di waktu yang sama, malam ini Aryan dan Aruna sudah berbaring di tempat tidur. Aruna merasa terheran akan sikap Aryan hari ini. Apalagi sekarang, sejak kapan Aryan nyaman memeluknya saat tertidur? Bukankah biasanya Aryan selalu membelakanginya? Bahkan setelah berhubungan pun, Aryan seakan enggan berbalik menghadap kepadanya. Meski Aryan memeluknya dari belakang, dan meski Aryan adalah suaminya, namun Aruan merasa tak begitu nyaman.

"Kenapa?" Mendengar suara Aryan yang tiba-tiba, Aruna jelas terkejut sampai menggeser sedikit tubuhnya. Dan lagi-lagi Aryan menariknya ke dalam pelukan sehingga Aruna berhenti bergerak. Ada apa sebenarnya? Mengapa Aryan terasa sangat berbeda?

...-bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!