Bab 9. Aryan cemburu?

"Bu... kenalkan ini Aruna." Seiring penuturan Adnan kepada Ibunya, saat itu juga Aruna menyalami Rahayu dengan santun membuat Ibu satu anak itu tertegun memberikan sebuah senyum kepada Aruna.

"Ini rupanya. Alice cerita tentang kamu terus. Pantas saja Alice suka. Ternyata kamu cantik dan baik." Mendengar pujian Ibu dari dokter tampan di sampingnya ini, Aruna terlihat tersipu dan menunduk seraya tersenyum malu-malu.

"Terima kasih Bu. Saya tidak secantik dan sebaik dugaan Ibu. Saya masih banyak kurangnya." Sanggahnya merendah. Bukan merasa tinggi, namun Aruna memang tak merasa dirinya sesempurna itu untuk dikatakan cantik meski memang tak jarang ada pria yang mengatakan tertarik padanya.

"Tantee..." lirih Alice merentangkan tangan pada Aruna, sehingga wanita berusia 27 tahun itu memeluk Alice yang tak henti-henti menangis dan enggan melepaskan pelukannya. "Jangan pergi ya! Alice mau tante..." imbuhnya kembali merengek.

"Iya. Tante di sini dulu. Tapi kamu harus sembuh ya!" Sahut Aruna dengan penuh kesabaran menghadapi Alice yang mulai manja terhadapnya.

"Aruna.. maaf ya. Alice jadi repotin kamu." Ujar Adnan tiba-tiba. Aruna menggeleng pelan seraya berucap

"Gapapa Dok. Maklum, anak seusia Alice masih butuh perhatian seorang Ibu. Saya tidak merasa direpotkan." Mendengar hal tersebut, Adnan termangu dan merasa tertegun akan kerendahan hati dan kebaikan Aruna kepada putrinya.

Setelahnya, Adnan berlalu untuk kembali bekerja, karena jam ini masih termasuk jam kerjanya. Sementara itu, Aryan yang tak menemukan kejanggalan memilih untuk kembali pulang dan menanyai Aruna di rumah.

 

"Dari mana?" Suara familiar itu terdengar dari sofa kamar yang Aruna fikir tak ada siapapun. Ia menoleh sesaat setelah Ia menginjakkan kaki di dalam ruangan tempatnya beristirahat itu. Benar saja, tatapan mata tajam tengah mengarah padanya saat ini.

"Dari rumah sakit." Jawabnya singkat dan kembali memalingkan wajah. Aruna tak ingin memberitahukan lebih jauh alasan Ia pergi dari rumah. Namun jika diingat, bukankah Ia sudah meminta izin pada Aryan sebelum pergi? Baru saja ingin protes, Aruna terbelalak mendapati Aryan sudah berada di sampingnya. Sejak kapan? Yang semakin membuatnya terkejut, Aryan menarik pinggangnya sampai keduanya begitu dekat.

"Jangan coba-coba main api dibelakang aku, Aruna. Atau kamu tahu akibatnya nanti. Aku gak segan untuk buat kamu menderita di sini." Mendengar ancaman itu, Aruna tak menyanggah atau menanggapi. Ia menatap datar kedua mata Aryan sehingga pria itu berdecak kesal merasa dipermainkan oleh istri keduanya itu.

"Pertahankan saja tatapan kamu ini. Jangan biarkan ada cinta diantara kita berdua. Karena aku tak yakin rumah tangga kita akan bertahan lama. Dan jangan pernah berharap aku akan membuka hati untuk wanita murahan sepertimu." Imbuhnya. Aruna mempertajam pandangannya bak pandangan seorang pembenci.

"Aku gak akan pernah cinta sama kamu, Mas. Aku akan pastikan kamu menceraikan aku tanpa harus menunggu aku hamil. Aku gak sudi mengandung anak pecundang seperti kamu. Jika benci, aku lebih membenci kamu. Lihat saja, permainan siapa yang lebih menarik." Batin Aruna kemudian menarik diri menjauh dari dekapan Aryan. Tentu pria itu tak akan melepaskannya begitu saja. Aryan menarik lengan Aruna dan mendekapnya lebih erat.

"Aku tak suka penolakan." Bisiknya lalu memberikan kecupan di leher Aruna yang berusaha terlepas darinya. Apalah daya, tenaganya kalah oleh Aryan yang lebih mendominasi.

...----------------...

Malam kembali menyapa, Aruna merasa tubuhnya sudah remuk sejak sore tadi. Ia berbaring menunggu rasa kantuk yang belum juga menghampirinya. Baru saja ingin menutup mata, Ia terhenyak dan cepat-cepat membuka laci dan nafasnya berhembus lega mendapati harta karunnya masih aman. Niat hati ingin meraihnya, namun urung karena Aruna mendengar suara pintu dibuka oleh pemilik kamar selain dirinya. Ada rasa penasaran dan curiga menghampiri benar Aryan melihat gelagat Aruna yang seolah menyembunyikan sesuatu.

"Cari apa kamu?" Tanyanya sinis.

"Eng-enggak Mas. A-aku cuma.... cari obat pegal linu saja." Jawabnya ragu dan semakin pelan menjawab pertanyaan Aryan yang langsung berbaring di sampingnya.

"Sekarang udah malam. Besok aja beli." Ujarnya benar-benar tak mempedulikan Aruna. Padahal yang membuat seluruh tubuhnya sakit itu bukan orang lain. Karena tak ingin berdebat lagi, Aruna memilih memejamkan mata dan memaksa terlelap meski sebetulnya belum mengantuk. Lama-kelamaan, Ia terlelap dan tak terasa tidurnya mulai nyaman. Tanpa Aruna sadari, Aryan tersenyum dengan mata terpejam di belakangnya. Meski Aruna membelakanginya, namun Ia begitu puas memberikan pelajaran pada istri yang selalu membuatnya marah.

...----------------...

Pagi menyingsing, Aruna yang baru saja terjaga harus merasakan tubuhnya semakin remuk karena permintaan Aryan yang diluar dugaannya. Belum sembuh karena ulahnya kemarin, Aruna harus menahan tambahan rasa sakitnya pagi ini. Melihat Aryan melenggang ke dalam kamar mandi, Aruna cepat-cepat bangkit dan menutupi tubuhnya dengan kimono agar lebih simple. Ia buru-buru meraih sebuah obat dan meminumnya sebelum Ia terlupa. Melihat kondisi tubuhnya yang terlihat beberapa tanda merah, Aruna hanya bisa menghela nafas gusar lalu memijit pelipisnya yang berdenyut.

"Apa dia mau buat pinggangku patah?" Gumamnya kemudian duduk di depan meja rias dengan sembrono. Alhasil Ia meringis merasakan linu. "Akh. Aku lupa." Rintihnya kemudian.

Ditengah diamnya menunggu giliran untuk membersihkan diri, terdengar suara ponsel berdering di atas nakas. Jelas saja itu adalah ponselnya yang dimana ada seseorang yang memanggilnya. Dihampirinya dengan langkah hati-hati lalu diraihnya benda pipih nan canggih itu.

"Ha-hallo Dok." Sapanya menahan rintihan yang nyaris keluar dari mulutnya.

"Aruna.. bisa kirim alamat rumah kamu?"

"Untuk apa Dok?" Tanyanya sedikit panik. Ia takut jika Adnan akan menemuinya ke rumah.

"Tidak. Saya ingin mengirim sesuatu sebagai tanda terima kasih karena kamu sudah menemani Alice."

"Apa tidak merepotkan?"

"Sama sekali tidak, Aruna. Saya benar-benar berterima kasih. Jadi saya harap, kamu tidak menolak pemberian saya."

"Baiklah Dok. Kalau itu tidak merepotkan Dokter, nanti saya kirim alamat rumah saya. Tapi dengan satu syarat."

"Syarat apa, Aruna?"

"Dokter jangan ke rumah saya ya! Soalnya..... emmm.... nanti saya cerita kalau sudah waktunya." Ujarnya gelisah sendiri.

"Oh... baiklah Aruna. Saya terima syarat kamu." Meski penasaran, namun Adnan tak bisa menolak permintaan Aruna demi kelanjutan hubungan mereka. Ia tak ingin asing dengan wanita yang berhasil mencuri hati anaknya itu. Untuk syarat, Ia hanya berpikir bahwa Aruna mungkin takut pada ayahnya jika mengenalkan lelaki yang sudah memiliki seorang anak. Dengan senang hati Ia akan memaklumi.

...----------------...

"Bu... ada kiriman untuk Ibu." Ujar Bi Ima seraya mengetuk pintu kamar Aruna. Aryan yang tengah fokus pada laptopnya pun mendadak penasaran dengan kiriman apa yang datang untuk istri keduanya. Dan yang paling penting, dari siapa?

Rasa penasarannya semakin tinggi saat Aruna tak menyahuti, bahkan Ia beranjak begitu saja menghampiri Bi Ima dan juga wajahnya itu...

"Senyum? Berseri?" Gumam Aryan menerka. Ia tak ingin terus dihantui rasa penasaran, sehingga memilih diam-diam mengikuti Aruna ke ruang tamu dan melihat kiriman apa yang dimaksud Bi Ima. Matanya membulat sempurna mendapati beberapa kiriman yang membuat Aruna juga melongo.

"I-ini untuk saya semua Bi?" Bi Ima hanya mengangguk santun menanggapi pertanyaan Aruna. Dengan ragu, Aruna meraih sebuah buket bunga berukuran besar dengan kartu ucapan bertuliskan 'terima kasih'. Wajahnya semakin berseri saat mencium aroma mawar yang memanjakan indera penciumannya.

"Ma-mawar merah?" Kembali Aryan bergumam dan kali ini tangannya mengepal menahan kesal. Siapa yang berani mengirim bunga untuk Aruna? Begitu pikirnya. Yang Ia tahu, mawar merah merupakan bunga yang melambangkan rasa cinta terhadap seseorang. Hatinya terasa terbakar saat melihat ekspresi Aruna yang lain dari biasanya. Senyum tipis yang hangat dan menenangkan jiwa.

"Dari siapa itu?" Tanya Aryan mencoba memberanikan diri menghampiri Aruna yang memudarkan senyumnya. Sangat berbeda. Padanya Aruna begitu dingin. Amarahnya semakin memuncak melihat Aruna berlalu begitu saja dari hadapannya dengan memeluk bunga yang tersusun rapi itu.

"Siapapun orangnya, akan aku beri pelajaran dia." Geramnya menghela nafas gusar menyaksikan hal yang membuatnya sesak nafas pagi ini.

...-bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!