Bab 7. Waktu bersama Alice

Sesuai anjuran, Aruna sudah bisa pulang setelah 3 hari Ia dirawat. Dan selama itu pula Gita tak ada menjenguk. Bahkan Ia mendengar jika Aryan dan Gita berselisih karena dirinya. Makanya, selama 2 hari ini Aryan tak lagi menampakkan dirinya di depan Aruna. Hal itu membuatnya merasa lega, Ia merasa kehadiran Bi Ima saja cukup untuk membuatnya tenang.

"Tanteee...." panggil seorang anak kecil dari dalam mobil di parkiran rumah sakit. Tepatnya ketika Aruna baru saja keluar dari lobby dan hendak memasuki mobil yang menjemputnya.

"Alice.." balasnya menyapa namun tak berniat menghampiri.

"Sudah kan ketemu tantenya? Sekarang pulang ya! Kasihan Oma kewalahan ngadepin kamu." Ujar Adnan dari ujung tangga lobby. Sontak saja Aruna menoleh pada lelaki itu yang ternyata tengah berjalan ke arahnya.

"Sebelumnya saya minta maaf, dari hari pertama sampai anda pulang, putri saya mengganggu anda terus." Imbuhnya ketika sudah berhadapan dengan wanita yang Ia pikir belum bersuami ini.

"Tak apa Dok. Memang wajar anak-anak begitu. Tapi, kalau boleh tahu, kenapa Alice selalu pergi sendiri atau dengan pengasuhnya saja?"

"Kebetulan Omanya sedang sakit di rumah. Jadi dia nekat pergi ke sini sendiri."

"Ibunya?" Mendengar pertanyaan ini, terlihat Adnan tersenyum lalu menoleh ke arah Aruna yang begitu penasaran.

"Sudah lama pulang." Jawabnya demikian.

"Ohh. Tapi kalau Dokter kerepotan, kenapa tidak diantarkan ke rumah Ibunya saja?" Kali ini, Adnan tiba-tiba tertawa dengan lepas lalu kembali menatap Aruna.

"Bisa ketakutan kalau Alice saya bawa ke kuburan." Sontak saja suasana berubah hening mendengar penuturan Adnan yang ternyata diluar dugaan. Aruna mendadak salah tingkah karena Ia tak menyangka jika ucapannya malah menjurus ke arah sana.

"Ma-maaf Dok. Saya tidak tahu." Ujarnya dengan suara pelan.

"Tak apa. Oh iya, namamu Aruna kan? Bisa minta nomor ponselnya?" Untuk menebus kesalahannya, Aruna mengangguk lalu memberikan apa yang diminta Dokter muda itu. "Terima kasih." Imbuhnya ditanggapi anggukan oleh Aruna sendiri. Ia pikir mungkin untuk urusan medis dan butuh jika nanti Alice ingin mengobrol dengannya.

"Kalau begitu, saya permisi Dok." Kali ini, Adnan yang tersenyum mempersilahkan Aruna pergi untuk beristirahat di rumahnya. Ia menghela nafas lega melihat kondisi pasiennya yang sudah lebih baik.

"Dadah Papa...." teriak Alice yang melambaikan tangan ketika mobilnya melaju. Ia sedikit heran mendapati sikap Alice yang terasa mendadak berubah. Namun Ia tak ingin berpikir yang tidak-tidak. Mungkin suasana hati Alice sudah membaik setelah bertemu dengan Aruna. Namun siapa sangka, Alice mengikuti Aruna sampai ke rumahnya.

"Loh Bu... itu bukannya..." ujar Bi Ima menunjuk ke arah mobil lain yang di belakangnya. Kedua mata Aruna terbelalak menyadari siapa yang mengikutinya. Gegas Ia menghampiri sebab Ia tak ingin Aryan mengetahui siapa Alice dan apa keperluannya.

"Alice ngapain ke rumah Tante?" Tanyanya panik meski dengan suara pelan.

"Alice mau main sama Tante.. boleh ya!" Rengeknya sehingga Aruna menoleh sejenak pada Bi Ima.

"Ya sudah tapi jangan di sini ya!" Ujarnya seraya membujuk. Tentu saja Bi Ima terlihat begitu keberatan meski Alice sangat senang.

"Bu... kalau Ibu tak istirahat, nanti--"

"Hanya sebentar Bi. Tak apa kan? Setelahnya aku akan pulang cepat." Sebagai Pelayan, Bi Ima tak bisa mencegah keinginan majikannya meski hal itu sangat beresiko. Namun melihat raut wajah Aruna yang sedikit senang akan kehadiran Alice, Ia hanya bisa membiarkan Aruna berlalu bersama anak kecil itu.

...----------------...

"Tante masih sakit?" Tanya Alice dengan tatapan polosnya. Aruna hanya menggeleng menyanggah pertanyaan Alice agar anak itu tak mengkhawatirkan dirinya. Anak sekecil ini sudah bisa berpikir dewasa, apakah ini efek dari kehilangan sosok ibu dan jauh dengan ayahnya?

"Kamu mau beli sesuatu?" Tanya Aruna sebelum mereka berpisah setelah lama mereka mengelilingi taman. Kali ini giliran Alice yang menggeleng dengan senyum terpancar di wajah riangnya.

"Aku mau peluk tante boleh?" Pintanya segera dituruti oleh Aruna. Anak itu terlihat bahagia ketika Aruna dengan lembut dan hangat memeluknya layaknya seorang ibu.

"Aku boleh panggil tante Mama?" Tanyanya lagi, jelas itu sebuah permintaan yang tak bisa Aruna turuti. Bagaimana jadinya jika Aryan tahu ada seorang anak yang memanggilnya Mama, sementara Ia belum memiliki anak dan bahkan ayah anak ini seorang duda.

"Jangan dulu ya. Nanti kalau sudah waktunya, kamu boleh panggil Tante dengan sebutan itu."

"Kapan, Tante?"

"Nanti kalau kita sudah sangat dekat."

"Kalau begitu kita bertemu setiap hari saja ya! Biar kita semakin dekat." Ucapnya begitu antusias. Hanya saja, Aruna tak bisa mengiyakan ucapannya kini. Ia tersenyum sendu melihat kebahagiaan Alice yang dirasanya sudah terlalu lama tak mendapatkan perhatian dari sosok ibu.

...----------------...

Setelah menghabiskan waktu bersama Alice, tentu saja Aruna bergegas pulang sebelum Aryan sampai di rumah lebih dulu. Ia memilih naik taksi karena tak ingin ketahuan jika meminta supirnya menjemput. Tepat ketika Ia turun di depan gerbang, terlihat sebuah mobil yang Ia kenali mulai memasuki pekarangan rumah. Tentu saja Aruna merasa terkejut mendapati pemandangan yang tak Ia duga.

"Kenapa Mas Aryan pulang ke sini?" Batinnya bertanya-tanya. Ia benar-benar tak berpikir jika Aryan akan pulang ke rumahnya. Dengan langkah kecil, Aruna mencoba mempercepat jalannya agar Aryan tak memarahinya. Mau bagaimana pun, Ia adalah seorang istri yang seharusnya menyambut kedatangan suaminya.

"Dari mana?" Tanya Aryan dengan sinis. Aruna menunduk dengan menahan nafasnya yang terengah akibat terlalu tergesa.

"Da-dari..."

"Aku tak peduli kau dari mana, yang jelas jangan macam-macam! Atau kau tahu akibatnya." Mendengar peringatan dari suaminya, Aruna memilih bungkam dan hanya mengangguk pelan agar amarah Aryan tak lagi meluap. Senyum yang semula tersirat, kini kembali pudar dan menghilang entah kemana. Benar, kehadiran Alice dan kebersamaannya yang singkat dapat membuatnya merasa berbunga. Tepat sebelum Ia memasuki rumah, ponselnya berdering sehingga Ia menahan langkah untuk mengikuti Aryan.

"Ha-hallo." Ujarnya menyapa terlebih dahulu. Ia tak tahu siapa yang menghubunginya karena nomornya tak dikenal.

"Aruna, ini saya Adnan. Papanya Alice." Mendengar nama Adnan, Aruna refleks melirik ke arah Aryan yang ternyata tengah memperhatikannya.

"Oh.. i-iya. Ada apa?" Tanyanya kembali. Ia tak tahu harus bertanya apa lagi karena merasa diintimidasi oleh Aryan dari dalam sana. Gegas Ia menghindar dan berbincang lebih jauh dari sosok Aryan yang mulai penasaran akan siapa yang menghubungi istri keduanya itu.

"Alice hanya ingin bermain saja, jadi saya temani." Sayup, namun masih terdengar apa yang Aruna ucapkan setelah Aryan mencoba mendekatinya.

"Alice? Siapa dia? Bukannya di sini Aruna tak mempunyai teman?" Batin Aryan mulai menerka. Ia mulai curiga dengan apa yang tengah Aruna sembunyikan darinya.

...-bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!