Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri

"Aryan... mana istrimu?" Pagi-pagi sekali, Sundari sudah ada di rumah baru Aryan dan Aruna. Ia begitu antusias ingin kembali bertemu dengan pengantin baru yang kemarin terpaksa Ia tinggalkan. Melihat Aryan turun dari kamarnya, semangatnya mendadak menggebu dengan langsung menghampiri Aryan yang masih di tengah tangga.

"Ibu ngapain di sini?" Tanyanya terheran.

"Kamu kok kayak gak senang Ibu ke sini? Jelas Ibu mau ketemu sana kamu."

"Kan nanti juga aku ke rumah Ibu, sekalian mampir ke rumah Gita." Respons Aryan begitu santai menyikapi kehebohan Ibunya.

"Kenapa ke rumah Gita? Kamu di sini aja. Temani Aruna. Kalau kamu terus ke rumah Gita, kapan Aruna kasih Ibu cucu?"

"Bu.... kenapa malah bahas itu lagi sih? Aku harus adil dong."

"Iya Aryan Ibu tahu. Tapi Ibu rasa percuma kamu sama Gita sering bersama tapi kenyataannya Gita gak juga mengandung, kan?"

"Bu. Kita gak bisa atur takdir. Gimana kalau misal aku udah nikah sama Aruna, terus Gita hamil? Bisa aja kan?" Mendengar sanggahan dari sang Putra yang jelas tak ingin kalah, Sundari hanya menghela nafas dalam lalu kembali ke dapur membiarkan Aryan masih terdiam di antara anak tangga. Hatinya mendadak gelisah saat mengingat Aruna yang tengah tertidur dengan posisi duduk di sofa semalam. Ia pikir Aruna menunggunya pulang dan tak bisa menahan kantuk. Namun pikirannya Ia tepis karena tidak mungkin Aruna mengharapkan kebersamaan dengannya.

"Mungkin pikiran aku aja." Ujarnya memilih menyusul sang Ibu ke dapur untuk meminta kopi. Melihat secangkir kopi di sajikan Bi Ima, Aryan mendadak teringat pada kopi yang tersaji di depan Aruna malam tadi.

"Bi. Apa Aruna minum kopi?" Tanyanya memastikan.

"Semalam iya Pak. Bu Aruna meminta saya untuk membuatkan kopi." Jawabnya jujur.

"Loh... kalian tidur pisah?" Mendengar pertanyaan dadakan Sundari tersebut, Aryan mendadak gugup. Ia salah tingkah dengan gelisah karena nyaris membuat Ibunya curiga.

"E-enggak Bu. Tadi subuh aku lihat ada cangkir kopi. A-aku ketiduran." Jawabnya asal. Bersamaan dengan itu, Aruna menyusul mereka dan tersenyum malu-malu menghampiri Bi Ima dan berniat membantunya.

"Sini Aruna. Itu biar Bi Ima saja yang masak." Titah Sundari segera dituruti oleh Aruna yang duduk tepat di samping Aryan.

"Gimana semalam?" Tanyanya tanpa basa-basi. Aryan yang tengah minum kopi pun langsung terbatuk mendengar pertanyaan konyol sang Ibu pada Istrinya. Ia mendadak panik. Takut jika Aruna mengadu bahwa semalam Ia menemui Gita.

"Semalam?" Tanya Aruna seolah Ia tak mengerti akan maksudnya.

"Iya semalam. Itu rambut kamu basah." Celetuk Sundari menunjuk rambut Aruna yang memang terlihat basah. Entah apa yang dipikirkan Sundari, Aruna keramas pagi ini hanya karena merasa rambutnya masih kaku akibat spray rambut yang digunakan perias pengantin kemarin.

"I-ini..." ragu-ragu Aruna melirik ke arah Aryan yang menatap tajam padanya. Ia tak berani jujur, namun juga tak kuasa jika berbohong.

"Bu... apa sih? Jangan nanya yang aneh-aneh. Kalau Aruna gak nyaman gimana?" Aruna sempat termangu sejenak mendengar ucapan Aryan yang bersikap seolah Ia memang perhatian. Padahal di belakang Ibunya, Aryan masih bersikap dingin dan tak menganggap dirinya ada.

...----------------...

"Bi... supermarket jauh gak?" Tanya Aruna setelah Sundari dan Aryan tak lagi di rumah.

"Ibu mau belanja?" Aruna segera mengangguk menanggapi pertanyaan Bi Ima.

"Iya Bi. Sekalian mau tahu wilayah sini."

"Ya sudah Bu. Sekalian saja beli keperluan dapur. Ada beberapa bahan juga yang hampir habis."

"Oh? Ya udah ayo Bi." Terlihat Aruna mendadak antusias dengan langsung menggandeng tangan Bi Ima. Ia merasa bersama Bi Ima seperti bersama dengan Oma.

Setelah bersiap, Aruna dan Bi Ima bergegas ke sebuah tempat perbelanjaan di dekat sana. Bi Ima tak ingin mengajak Aruna terlalu jauh untuk sementara. Keduanya berkeliling dan memilih apa yang diperlukan. Namun tiba-tiba, Bi Ima terhenti dengan memandang lurus sementara Aruna masih asyik memilah barang di tangannya.

"Pak Aryan." Ujarnya dengan suara pelan. Sontak saja Aruna menoleh ke arah Bi Ina lalu berbalik mengikuti arah pandangan wanita tua tersebut. Refleks, kemasan yang tengah Ia genggam pun terlepas tanpa sadar. Dengan panik sendiri, Ia meraih dan meletakkan kembali di rak seperti semula. Suasana canggung terjadi diantara mereka. Apa lagi Gita yang terus memalingkan wajah menghindari kontak mata dengan Aruna. Wajar jika Gita merasa benci pada wanita yang sudah merebut suaminya meski pada dasarnya Ia tak berniat.

"Ma-Mas di sini juga?" Tanyanya mencoba memecah kecanggungan.

"I-iya." Sahut Aryan segera berpaling muka.

"I-itu Istri Mas?" Mendengar pertanyaan selanjutnya dari Aruna, Aryan mendadak merangkul Gita dengan penuh kehangatan. Namun Gita menunjukkan perasaan tak nyaman yang terus mendorong Aryan menjauh. Aryan pikir Gita tengah marah dan cemburu karena mereka bertemu dengan Aruna secara tak sengaja. Begitu pun pikiran Aruna yang mengira jika Gita memang marah terhadapnya. Sempat ingin berucap, Gita cepat-cepat pergi dari tempat itu untuk menghindari Aruna. Ia berharap Aryan tak mengikutinya, namun ternyata Aryan terus mengejar dan bahkan menggandeng tangannya kemana pun Ia melangkah.

"Kenapa kamu kejar aku, Mas?" Protes Gita tak langsung di tanggapi oleh Aryan. Justru lelaki itu mengernyit heran dan terhenti dari langkahnya.

"Maksud kamu apa? Aku harus biarin kamu sendirian?"

"Tapi dengan kamu kejar aku, Aruna pasti--"

"Terus kalau aku sama dia, kamu akan setuju? Hati kamu gak akan sakit?" Dengan cepat Aryan menyela dan berhasil membuat Gita terdiam seketika. Ia memang tak mungkin ikhlas melihat suaminya dengan wanita lain, sekalipun itu adalah istri mudanya.

...----------------...

Setelah makan malam selesai, Aruna tak langsung beranjak dari tempatnya. Ia memilih mengemil buah terlebih dahulu seraya mengulur waktu agar tak berlama-lama bersama Aryan nantinya. Sedangkan Aryan sendiri sudah kembali ke kamar tanpa menghiraukan Aruna yang masih di lantai bawah. Pikirannya mulai berkecamuk, perasaannya mendadak gelisah. Ia tak tahu apa yang harus dilakukan untuk kedepannya. Apa dia harus menyentuh Aruna agar perjanjian dengan Ibunya tidak terlalu lama? Namun Ia belum siap jika harus berbagi cinta istri pertamanya.

Lama Aryan melamun di sofa, terdengar pintu terbuka dan memperlihatkan sosok Aruna yang sudah kembali dari tempat makan. Ia terlihat santai dengan wajah datar seolah tanpa perasaannya seakan menjadi sebuah ciri khas tersendiri baginya. Aryan mulai penasaran apakah Aruna pernah tersenyum sebelumnya? Dan jika pernah, sejak kapan senyuman itu hilang?

"Mas mau ke rumah Mbak Gita?" Tanya Aruna membuyarkan lamunan Aryan. Pria itu terdiam lalu beranjak tanpa menjawab sepatah katapun. Ia menghampiri Aruna yang bergeming di tempatnya. Membiarkan Aryan mendekatinya, dan tak peduli akan apa yang dilakukan pria itu terhadapnya. Jika menyiksa, Ia akan terima. Mungkin dengan tindak kekerasan dari Aryan, Ia bisa lebih cepat bercerai dengan pria di depannya ini.

"Beri aku keturunan, setelah itu kau bebas akan berpisah atau bertahan denganku." Ujar Aryan begitu tegas di telinga Aruna yang membulatkan kedua matanya tiba-tiba. Apa suaminya bercanda? Tidak mungkin Ia berniat melakukan hal itu bukan?

...-bersambung...

Episodes
1 Bab 1. Prolog
2 Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3 Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4 Bab 4. Perjanjian?
5 Bab 5. Bukan selingkuhan
6 Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7 Bab 7. Waktu bersama Alice
8 Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9 Bab 9. Aryan cemburu?
10 Bab 10. Acara keluarga
11 Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12 Bab 12. Pelukan Aryan
13 Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14 Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15 Bab 15. Siapa Adnan?
16 Bab 16. Bicara berdua.
17 Bab 17. Kebimbangan Aruna
18 Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19 Bab 19. Kemarahan Aryan.
20 Bab 20. Sisi baik Gita
21 Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22 Bab 22. Konflik tak terlihat
23 Bab 23. Kembali sunyi
24 Bab 24. Hadiah
25 Bab 25. Rindu tanpa temu
26 Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27 Bab 27. Cinta Rio
28 Bab 28. Kecemburuan Gita
29 Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30 Bab 30. Perasaan istimewa
31 Bab 31. Kebetulan yang berharga
32 Bab 32. Dilema Aryan.
33 Bab 33. Pertemuan
34 Bab 34. Kecurigaan Laras
35 Bab 35. Tamu tak diundang
36 Bab 36. Kunjungan Gita
37 Bab 37. Rahasia yang diketahui
38 Bab 38. Rindu sebatas semu
39 Bab 39. Penantian terindah
40 Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41 Bab 41. Canda penuh luka
42 Bab 42. Pelarian
43 Bab 43. Manipulasi
44 Bab 44. Haruskah berusaha?
45 Bab 45. Kepulangan Gita
46 Bab 46. Melepas Rindu
47 Bab 47. Salah Faham
48 Bab 48. Bukan pelakor
49 Bab 49. Pengakuan Gita
50 Bab 50. Kehilangan
51 Bab 51. Gunjingan
52 Bab 52. Terkuak
53 Bab 53. Permintaan Oma.
54 Bab 54. Isi hati Adnan
55 Bab 55. Sidang keluarga.
56 Bab 56. Harapan dan keputusan
57 Bab 57. Dunia sangat sempit
58 Bab 58. Kecewa
59 Bab 59. Kepulangan Oma
60 Bab 60. Perubahan
61 Bab 61. Mencari informasi
62 Bab 62. Fakta yang baru
63 Bab 63. Dijauhi teman
64 Bab 64. Rencana Damar
65 Bab 65. Jamuan makan malam
66 Bab 66. Kerinduan
67 Bab 67. "Mama"
68 Bab 68. Pulang?
69 Bab 69. Rumah Oma
70 Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71 Bab 71. Klarifikasi
72 Bab 72. Kabar tak terduga
73 Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74 Bab 74. Bahagia yang berbeda
75 Bab 75. "Ayo bercerai!"
76 Bab 76. Pertemuan terakhir.
77 Bab 77. Kembali pulang.
78 Bab 78. Berpisah secara damai
79 Bab 79. Sebuah nama
80 Bab 80. Sidang
81 Bab 81. Dua tamu
82 Bab 82. Kebenaran
83 Bab 83. Negosiasi
84 Bab 84. Es yang mencair
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 1. Prolog
2
Bab 2. Kehidupan setelah menikah
3
Bab 3. Pertemuan pertama kedua Istri
4
Bab 4. Perjanjian?
5
Bab 5. Bukan selingkuhan
6
Bab 6. Bukan selingkuhan (part 2)
7
Bab 7. Waktu bersama Alice
8
Bab 8. Rahasia kecil Aruna
9
Bab 9. Aryan cemburu?
10
Bab 10. Acara keluarga
11
Bab 11. Masa lalu yang tak bisa kembali
12
Bab 12. Pelukan Aryan
13
Bab 13. Pemilik raga, namun tidak hati
14
Bab 14. Sejuta kasih untuk Gita
15
Bab 15. Siapa Adnan?
16
Bab 16. Bicara berdua.
17
Bab 17. Kebimbangan Aruna
18
Bab 18. Bahagia yang tak disadari
19
Bab 19. Kemarahan Aryan.
20
Bab 20. Sisi baik Gita
21
Bab 21. Kunjungan Oma Setya
22
Bab 22. Konflik tak terlihat
23
Bab 23. Kembali sunyi
24
Bab 24. Hadiah
25
Bab 25. Rindu tanpa temu
26
Bab 26. Kebetulan yang disengaja
27
Bab 27. Cinta Rio
28
Bab 28. Kecemburuan Gita
29
Bab 29. Kebiasaan yang tak biasa
30
Bab 30. Perasaan istimewa
31
Bab 31. Kebetulan yang berharga
32
Bab 32. Dilema Aryan.
33
Bab 33. Pertemuan
34
Bab 34. Kecurigaan Laras
35
Bab 35. Tamu tak diundang
36
Bab 36. Kunjungan Gita
37
Bab 37. Rahasia yang diketahui
38
Bab 38. Rindu sebatas semu
39
Bab 39. Penantian terindah
40
Bab 40. Kabar baik, atau buruk.
41
Bab 41. Canda penuh luka
42
Bab 42. Pelarian
43
Bab 43. Manipulasi
44
Bab 44. Haruskah berusaha?
45
Bab 45. Kepulangan Gita
46
Bab 46. Melepas Rindu
47
Bab 47. Salah Faham
48
Bab 48. Bukan pelakor
49
Bab 49. Pengakuan Gita
50
Bab 50. Kehilangan
51
Bab 51. Gunjingan
52
Bab 52. Terkuak
53
Bab 53. Permintaan Oma.
54
Bab 54. Isi hati Adnan
55
Bab 55. Sidang keluarga.
56
Bab 56. Harapan dan keputusan
57
Bab 57. Dunia sangat sempit
58
Bab 58. Kecewa
59
Bab 59. Kepulangan Oma
60
Bab 60. Perubahan
61
Bab 61. Mencari informasi
62
Bab 62. Fakta yang baru
63
Bab 63. Dijauhi teman
64
Bab 64. Rencana Damar
65
Bab 65. Jamuan makan malam
66
Bab 66. Kerinduan
67
Bab 67. "Mama"
68
Bab 68. Pulang?
69
Bab 69. Rumah Oma
70
Bab 70. Sehina itukah istri ke-dua?
71
Bab 71. Klarifikasi
72
Bab 72. Kabar tak terduga
73
Bab 73. Kebimbangan Aruna.
74
Bab 74. Bahagia yang berbeda
75
Bab 75. "Ayo bercerai!"
76
Bab 76. Pertemuan terakhir.
77
Bab 77. Kembali pulang.
78
Bab 78. Berpisah secara damai
79
Bab 79. Sebuah nama
80
Bab 80. Sidang
81
Bab 81. Dua tamu
82
Bab 82. Kebenaran
83
Bab 83. Negosiasi
84
Bab 84. Es yang mencair

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!