Batin Seorang Ibu

Semenjak Kimi usia empat tahun, Rosmalia menjalani kehidupan sebagai single parent. Senantiasa tampil sederhana dengan rambut terikat ke belakang. Namun hidup yang ia jalani tak pernah sederhana. Selalu penuh perjuangan bersama putrinya, Kimberly. Bahkan hingga sekarang saat putrinya itu menginjak usia 22 tahun.

Meski berjuang sendirian, selama itu Rosmalia tak pernah gentar atau takut. Kecuali siang ini. Ketika ia teringat kejadian tadi pagi. Rosmalia merasa hatinya sedikit terganggu. Tak pernah ia rasakan secemas ini.

Tadi pagi, Kimi, tampak panik ketika ia menyadari bahwa bungkusan kresek putih yang diletakkan dekat bungkusan sampah tadi pagi tak sengaja terbuang. Ada apa dengan bungkusan itu, dan apa apa pula dengan tamu yang tiba-tiba datang itu? Rosmalia tak sempat mengerti, semuanya terjadi begitu cepat.

"Ada apa sebenarnya? Kenapa Kimi begitu khawatir?" pikir Rosmalia. Kimi sudah pergi sejak pagi tadi. Ia mengatakan ada wawancara kerja, yang sepertinya sangat penting baginya. Namun setelah menemui tamu asing itu, hingga tengah hari lewat, Kimi belum juga pulang. Ini tidak seperti biasanya. Kimi selalu pulang tepat waktu atau setidaknya memberi kabar.

Rasa cemas mulai menjalari hati Rosmalia. Ia mencoba menelepon Kimi, tetapi panggilan itu tidak terhubung. Beberapa kali ia malah mendengar suara operator yang mengatakan bahwa nomor yang dituju tidak aktif atau berada di luar jangkauan.

Rosmalia berjalan mondar-mandir di ruang tengah, perasaan gelisah semakin menguasainya. Ia pindah ke ruang tamu, lalu ke ruang makan, namun tetap saja merasa tak enak diam. Pikiran buruk mulai menghantui. Akhirnya, ia memutuskan untuk masuk ke kamar Kimi, berharap menemukan sesuatu yang bisa menenangkannya.

Di dalam kamar, Rosmalia melihat koleksi buku-buku Kimi yang tertata rapi di rak. Ia teringat masa-masa kuliah Kimi di Universitas Indonesia, sebelum akhirnya pindah ke Universitas Al-Azhar Indonesia, masih di jurusan yang sama—komunikasi.

Kimi memang selalu mencintai dunia komunikasi dan bahasa, terutama bahasa asing. Arab, Jepang, Inggris, Prancis, Mandarin dan beberapa bahasa asing lain masih Kimi pelajari dengan penuh semangat. Jurusan yang Kimi pilih sangat sejalan dengan minatnya.

Rosmalia bersyukur dalam hati. Kimi bisa kuliah dengan beasiswa, sebuah berkah besar yang tak akan mungkin ia sanggupi tanpa adanya bantuan tersebut. Ia menelusuri deretan kamus dan buku-buku bahasa yang menjadi bukti betapa tekunnya Kimi dalam belajar.

"Anak ini memang dianugerahi kecerdasan," batinnya penuh rasa syukur.

Pandangan Rosmalia kemudian beralih ke lemari pakaian. Di sana, ia melihat deretan pakaian Muslimah yang Kimi miliki—koleksi jilbab, niqab dan cadar yang Kimi gunakan sehari-hari.

Pemandangan ini mengembalikan ingatannya pada masa lalu, saat Kimi belum mengenakan jilbab dan niqab. Semua ini adalah bagian dari perubahan besar dalam hidup Kimi, perubahan yang begitu drastis.

Rosmalia duduk termenung, pikirannya melayang-layang memikirkan perubahan besar putrinya itu. Kimi yang dulu ia kenal begitu berbeda dengan Kimi yang sekarang. Dahulu, ketika masih kuliah di Universitas Indonesia, Kimi belum memakai jilbab dan niqab. Penampilannya bahkan cenderung kasual dan terbuka. Ia tak pernah menyangka jika akhirnya Kimi akan berubah sedrastis ini.

Sebenarnya, Rosmalia bangga dengan perubahan anaknya. Kimi kini menjadi wanita Muslimah yang lebih menjaga diri dan agama. Namun, di balik kebanggaannya, terselip rasa khawatir yang tak bisa ia hindari. Ia khawatir Kimi akan kesulitan mendapatkan jodoh dengan niqab yang menutupi wajah.

Pikirannya kembali pada saat ketika Kimi memutuskan untuk pindah dari UI ke Universitas Al-Azhar Indonesia. Itu adalah keputusan yang mengejutkan, dan Rosmalia merasa ada sesuatu yang tidak Kimi ungkapkan sepenuhnya saat itu. Ia teringat percakapan mereka yang terjadi ketika Kimi akhirnya menjelaskan alasannya pindah.

“Mom, I'm planning to transfer to UAI.” (Bu, aku berencana pindah ke UAI.) kata Kimi pada suatu malam.

Rosmalia yang sedang duduk di ruang tamu, menatap putrinya dengan penuh tanya. "Why, dear? (Kenapa, Nak?) Bukankah kamu suka di UI?"

Kimi terlihat sedikit gelisah sebelum menjawab. "Aku... risih, Bu. Terlalu banyak laki-laki yang mendekatiku di sana. Aku tidak nyaman. Mereka sering mengajakku keluar, memuji penampilanku, dan aku merasa... itu semua bukan aku yang sebenarnya."

Rosmalia terkejut mendengar hal itu. "Tapi kenapa UAI? Kamu yakin?"

Kimi mengangguk. "Aku berharap aku akan merasa lebih tenang di sana. Setelah aku pindah, aku juga memutuskan untuk mengenakan… niqab. Aku ingin lebih menjaga diriku, Bu."

“Niqab?” tanya Rosmalia, tak mengerti.

“Yes, Mom. Like this!” (Iya, Bu. Seperti ini!) kata Kimi sambil menunjukkan sebuah foto di ponselnya.

Rosmalia tak bisa berkata-kata saat itu. Ia melihat keteguhan di mata Kimi, tetapi ada sesuatu yang masih membuat hatinya bergetar. Ia tahu betapa cantiknya Kimi, warisan dari darah campuran Bugis-Inggris yang dimiliki putrinya.

Kimi mewarisi kecantikan yang menarik perhatian banyak laki-laki. Tetapi kini, dengan niqab yang menutupi wajahnya, Rosmalia khawatir Kimi akan semakin sulit menemukan jodoh yang tepat.

Saat itu Rosmalia merasa terjebak antara setuju dan tidak setuju dengan keputusan putrinya. Di satu sisi, ia sangat menghargai pilihan Kimi untuk menjalani hidup sesuai dengan keyakinannya. Namun, di sisi lain, ia tak bisa menghilangkan kekhawatirannya tentang masa depan Kimi.

Akhirnya, hari itu tiba. Kimi pulang ke rumah mengenakan niqab untuk pertama kali. Rosmalia, yang sedang menyiapkan makan malam di dapur, tertegun ketika Kimi memasuki ruang makan.

Wajah Kimi sepenuhnya tertutup, hanya mata di balik kacamata yang terlihat. Mata itu adalah mata yang sama, penuh keteguhan dan keyakinan, tetapi kini terlihat lebih teduh di balik niqab yang dikenakan.

Rosmalia berhenti sejenak, tak tahu harus berkata apa. Piring yang dipegangnya nyaris terjatuh. "Is that you, Kimi? Have you… really decided to...?” (Kimi, apa itu kamu? Apa kamu… benar-benar memutuskan untuk...?)

Kimi mengangguk pelan, mencoba tersenyum di balik kain yang menutupi wajahnya. "Yes, Mom. I feel that this is the best choice for me." (Iya, Bu. Aku merasa ini yang terbaik untukku.)

Rosmalia menatap putrinya dengan campuran perasaan yang rumit. Di satu sisi, ia merasa bangga bahwa Kimi telah memilih jalan yang menurutnya benar, penuh dengan keyakinan dan kesungguhan. Namun, di sisi lain, hatinya terasa berat. Ini bukan hanya tentang penampilan Kimi yang kini berbeda, tetapi tentang rasa takut yang diam-diam menghantui pikirannya.

Setelah itu, kehidupan sehari-hari mereka berubah secara perlahan. Rosmalia mulai terbiasa melihat Kimi dengan niqab-nya. Bahkan mengakui keindahan penampilan Kimi. Namun, dalam hatinya, perasaan cemas dan khawatir tetap ada, seolah bayang-bayang yang tak bisa ia abaikan.

Setiap kali melihat Kimi bersiap untuk keluar rumah, mengenakan niqab dengan hati-hati, Rosmalia merasa ada beban yang menggantung di hatinya. Ia seringkali merenung sendirian, memikirkan dampak dari pilihan putrinya ini.

Dalam pikirannya, terlintas bayangan masa depan Kimi yang seakan semakin kabur. Bagaimana jika Kimi tak bisa menemukan jodoh yang menerima niqab-nya? Bagaimana jika masyarakat di sekitarnya tidak bisa menerima pilihan hidup Kimi?

Setiap kali ia mendengar tetangga atau kerabat yang bertanya tentang Kimi, ada perasaan cemas yang muncul.

"Kenapa Kimi sekarang pakai cadar? Apakah dia baik-baik saja?" Mereka bertanya dengan nada yang penuh keingintahuan, kadang-kadang disertai nada miring.

Rosmalia mencoba menjawab dengan tenang, tapi hatinya selalu terguncang setelah percakapan seperti itu.

Namun, ada juga momen-momen ketika Rosmalia merasa bangga luar biasa. Saat melihat Kimi yang tetap teguh dengan pilihannya meski menghadapi berbagai komentar dan pandangan negatif, Rosmalia tak bisa tidak merasa kagum.

Ia melihat betapa kuatnya Kimi menghadapi semua itu. Betapa dalamnya keyakinan yang Kimi pegang.

Tetapi, di balik semua itu, ada pergulatan batin yang tak pernah berhenti. Setiap malam, saat Rosmalia sendiri di kamarnya, ia sering bertanya pada dirinya sendiri apakah ia telah melakukan cukup banyak sebagai seorang ibu. Apakah ia terlalu keras, terlalu lunak, atau mungkin tidak cukup mendukung Kimi? Ia terjebak antara dua perasaan—kebanggaan dan kekhawatiran.

Rosmalia juga merasakan duka ketika menyadari bahwa ia dan Kimi, meskipun sangat dekat, kini berada di dua dunia yang sedikit berbeda. Kimi semakin mendalami kehidupan religiusnya, sementara Rosmalia, meski sangat menghormati agama, tetap merasa asing dengan beberapa perubahan Kimi. Ia merasa bahwa ada jarak yang tumbuh di antara mereka, meskipun mereka masih tinggal di bawah atap yang sama.

Rosmalia masih di kamar Kimi, melempar pandang ke luar jendela. Kini matanya tertuju pada bunga-bunga di halaman samping rumah kotrakan.

Saat itu ia menyadari bahwa ada saat-saat di mana Rosmalia merindukan masa lalu, ketika Kimi masih kecil, tanpa beban, dan mereka bisa bicara tentang apa saja tanpa ada batasan. Kini, ada topik-topik yang tampak sensitif, yang mereka hindari untuk menjaga kedamaian di rumah. Meskipun begitu, Rosmalia tetap berusaha mendekati Kimi, berusaha memahami dan mendukungnya semampunya.

Namun, Rosmalia sadar bahwa ini adalah bagian dari perjalanan hidup mereka berdua. Ia mungkin tidak bisa sepenuhnya memahami semua pilihan Kimi, tetapi sebagai seorang ibu, ia tahu bahwa ia harus menerima dan mencintai Kimi apa adanya.

Pergulatan batin ini mungkin tak akan pernah hilang sepenuhnya. Tetapi Rosmalia memilih untuk terus berjalan bersama Kimi, dengan harapan dan doa yang tak pernah putus.

Episodes
1 Wawancara Kerja
2 Sepatu Kulit
3 Keributan Pagi Hari
4 Sopir Bajaj Dadakan
5 Kecemasan Sang Resepsionis
6 Perekrutan yang Aneh
7 Keributan di Mini Bank
8 Kalimat Ancaman
9 Gosip Dua Desainer
10 Berita dari Kantor
11 Perkelahian Tak Terduga
12 Perkenalan
13 Konglomerat Prancis
14 Kemarahan Kimi
15 Tunangan Egois
16 Nyaris Kecurian
17 Terjebak di TMII
18 Pencarian Makna
19 Firasat Buruk
20 Batin Seorang Ibu
21 Hampir Sampai
22 Jejak yang Terlacak
23 Di Balik Layar
24 Sahabat Dekat
25 Kekeliruan Kecil
26 Menuju Gerbang
27 Secercah Harapan
28 Pertengkaran Sengit
29 Tamu dari Prancis
30 Français, S'il Vous Plaît !
31 Penerjemah Misterius
32 Pengemudi Excavator
33 Puncak Kehilangan
34 Berpisah di Kemang
35 Sebuah Rahasia
36 Belajar Sholat
37 Telepon Penting
38 Tes Bahasa
39 Ketegangan di Butik
40 Dua Kandidat Aneh
41 Nomor Ponsel Anonim
42 Kejutan Mengharukan
43 Berpisah di Restoran
44 Permintaan Kimi
45 Suara Protes
46 Sholat di Ruang Divisi
47 Mengejar Masa Lalu
48 Tur Kantor
49 Seakan Lenyap
50 Rencana Besar
51 Penyebaran Angket
52 Teka-teki
53 Hasil Survey
54 Jalan Buntu
55 Sebuah Pengakuan
56 Hadiah untuk Renata
57 Di Bawah Langit Jakarta
58 Surat Protes
59 Tekad Sang Vlogger
60 Rencana Pembelaan
61 Tim yang Terpecah
62 Menata Tujuan
63 Perasaan Asing
64 Video Mengejutkan
65 Di Luar Dugaan
66 Malam Membara
67 Bukti Tak Terbantahkan
68 Tekad dalam Kepayahan
69 Kekecewaan di Meja Makan
70 Sebuah Tekad
71 Hari Penentuan
72 Terjebak di Perjalanan
73 Adu Argumen
74 Bantuan Tak Terduga
75 Suara Dominasi
76 Keberanian yang Tertahan
77 Sebuah Pilihan
78 Video Bukti
79 Penerimaan
80 Sopir Taksi
81 Gejolak Hati
82 Pilihan yang Tak Mudah
83 Pancake Istimewa
84 Konfrontasi
85 Emosional
86 Di Perjalanan Pulang
87 Tangis Haru
88 Sambutan Tanpa Senyuman
89 Histeris
90 Terjebak Kerumitan
91 Rangkaian Memori
92 Malam Berkabut
93 Merah Merona
94 Amanat Masa Lalu
95 Rencana Rahasia
96 Mata-Mata Dadakan
97 Jejak dan Pilihan
98 Surat Balasan
99 Menemui Rose
100 Nomor Kontak
101 Prasangka
102 Semangat Baru
103 Pilihan-Pilihan
104 Keputusan Besar
105 Tak Akan Mundur
106 Rasa Bersalah
107 Malam Panjang
108 Kejutan Ulang Tahun
109 Tamu Pria
110 Tamu Pengganggu
111 Di Perkampungan Kumuh
112 Di Pasar Tanah Abang
113 Perempuan Tua
114 Rencana Ke Eropa
115 Kilas Masa Lalu
116 Tiga Masterpieces
117 Tatapan Tajam
118 Tak Terduga
119 Lepas Landas
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Wawancara Kerja
2
Sepatu Kulit
3
Keributan Pagi Hari
4
Sopir Bajaj Dadakan
5
Kecemasan Sang Resepsionis
6
Perekrutan yang Aneh
7
Keributan di Mini Bank
8
Kalimat Ancaman
9
Gosip Dua Desainer
10
Berita dari Kantor
11
Perkelahian Tak Terduga
12
Perkenalan
13
Konglomerat Prancis
14
Kemarahan Kimi
15
Tunangan Egois
16
Nyaris Kecurian
17
Terjebak di TMII
18
Pencarian Makna
19
Firasat Buruk
20
Batin Seorang Ibu
21
Hampir Sampai
22
Jejak yang Terlacak
23
Di Balik Layar
24
Sahabat Dekat
25
Kekeliruan Kecil
26
Menuju Gerbang
27
Secercah Harapan
28
Pertengkaran Sengit
29
Tamu dari Prancis
30
Français, S'il Vous Plaît !
31
Penerjemah Misterius
32
Pengemudi Excavator
33
Puncak Kehilangan
34
Berpisah di Kemang
35
Sebuah Rahasia
36
Belajar Sholat
37
Telepon Penting
38
Tes Bahasa
39
Ketegangan di Butik
40
Dua Kandidat Aneh
41
Nomor Ponsel Anonim
42
Kejutan Mengharukan
43
Berpisah di Restoran
44
Permintaan Kimi
45
Suara Protes
46
Sholat di Ruang Divisi
47
Mengejar Masa Lalu
48
Tur Kantor
49
Seakan Lenyap
50
Rencana Besar
51
Penyebaran Angket
52
Teka-teki
53
Hasil Survey
54
Jalan Buntu
55
Sebuah Pengakuan
56
Hadiah untuk Renata
57
Di Bawah Langit Jakarta
58
Surat Protes
59
Tekad Sang Vlogger
60
Rencana Pembelaan
61
Tim yang Terpecah
62
Menata Tujuan
63
Perasaan Asing
64
Video Mengejutkan
65
Di Luar Dugaan
66
Malam Membara
67
Bukti Tak Terbantahkan
68
Tekad dalam Kepayahan
69
Kekecewaan di Meja Makan
70
Sebuah Tekad
71
Hari Penentuan
72
Terjebak di Perjalanan
73
Adu Argumen
74
Bantuan Tak Terduga
75
Suara Dominasi
76
Keberanian yang Tertahan
77
Sebuah Pilihan
78
Video Bukti
79
Penerimaan
80
Sopir Taksi
81
Gejolak Hati
82
Pilihan yang Tak Mudah
83
Pancake Istimewa
84
Konfrontasi
85
Emosional
86
Di Perjalanan Pulang
87
Tangis Haru
88
Sambutan Tanpa Senyuman
89
Histeris
90
Terjebak Kerumitan
91
Rangkaian Memori
92
Malam Berkabut
93
Merah Merona
94
Amanat Masa Lalu
95
Rencana Rahasia
96
Mata-Mata Dadakan
97
Jejak dan Pilihan
98
Surat Balasan
99
Menemui Rose
100
Nomor Kontak
101
Prasangka
102
Semangat Baru
103
Pilihan-Pilihan
104
Keputusan Besar
105
Tak Akan Mundur
106
Rasa Bersalah
107
Malam Panjang
108
Kejutan Ulang Tahun
109
Tamu Pria
110
Tamu Pengganggu
111
Di Perkampungan Kumuh
112
Di Pasar Tanah Abang
113
Perempuan Tua
114
Rencana Ke Eropa
115
Kilas Masa Lalu
116
Tiga Masterpieces
117
Tatapan Tajam
118
Tak Terduga
119
Lepas Landas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!