Perkenalan

Si pria terdiam kemudian menarik napas dalam-dalam, seolah-olah mengumpulkan ingatannya yang tercecer jauh di masa lalu.

"Dulu ketika saya masih anak-anak, saya sekeluarga pergi ke Prancis untuk berlibur selama beberapa hari. Saya, adik saya, ayah dan ibu. Keluarga kami hanya berempat.

Di Prancis, kami berkunjung ke sebuah galeri sepatu ternama, Berluti namanya. Alessandro Berluti pendirinya, orangnya sudah meninggal dan kini menjadi legenda. Keturunannya meneruskan bisnis sepatu buatan tangan itu beberapa generasi.

Di sana, ayah saya memesan sepasang sepatu spesial, sesuai ukuran dan karakteristik kaki beliau, dengan kulit terbaik dan spesifikasi lainnya yang juga terbaik. Bahkan tak hanya itu, beliau juga memesan sepatu itu dengan sebuah monogram, sebuah inisial yang menyiratkan nama ibu saya.

Setelah beberapa hari, kami pun pulang, dan satu bulan kemudian, pesanan sepatu spesial ayah saya tiba di tanah air. Ayah saya begitu terinspirasi oleh sepatu Berluti ini. Kualitasnya, keterampilan penggarapannya, desainnya, dan kerja keras di baliknya. Maka ayah saya mencoba membuat sepatu serupa.

Berkat kegigihannya mencoba beberapa tahun, usaha beliau pun menunjukkan hasil. Hingga akhirnya beliau mendirikan perusahaan pembuat sepatu dan bercita-cita agar suatu saat produknya bisa seperti Berluti. Kualitasnya, keistimewaan penggarapannya, kerja keras di baliknya. Meskipun tentu saja memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan.

Kini ayah saya sudah tua dan menyerahkan urusan perusahaan kepada saya. Sepatu itu pun diberikan kepada saya sebagai… tanda penyerahan perusahaan, tapi... kini saya menghilangkan sepatu itu..."

Kimi melirik ke arah si pria. "Pak, saya yang telah begitu ceroboh menghilangkannya!" tegas Kimi.

"Tapi saya juga tak sengaja menjatuhkannya dari balkon ke halaman samping rumahmu," ucap si pria sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa Bapak menjatuhkannya?" tanya Kimi.

"Tadi pagi sewaktu saya sibuk persiapan untuk menemui klien dari Prancis, saya sengaja memilih sepatu Berluti yang jarang dipakai itu untuk saya kenakan dalam pertemuan dengan orang Prancis itu. Sengaja untuk menghargai orang Prancis, saya memutuskan akan memakai sepatu buatan Prancis. Namun ketika saya memegang sepatu itu, tiba-tiba Karin, tunangan saya, menelepon, minta diantar ke suatu tempat.

Saya sudah menjelaskan kepadanya bahwa hari ini saya tidak bisa mengantarnya karena ada agenda bertemu klien dari Prancis, tapi Karin tidak mau tahu. Tunangan saya marah, dan kami pun bertengkar. Karin seperti tak mau mendukung agenda saya. Ia malah menuduh saya lebih mementingkan klien daripada dirinya.

Saya tertekan, saya pun ke balkon sambil menjinjing sepatu saya seraya mengobrol dengan Karin lewat telepon, dan karena emosi tak sengaja saya menjatuhkan sepatu itu sebelah ke halaman rumahmu."

Kimi membulatkan matanya seraya mencerna baik-baik cerita si pria.

"Saya pun menyusul ke bawah, ke rumahmu, hingga akhirnya… kita bertemu. Tapi... rasanya saya baru melihat kamu di sana,” kata si pria.

“Iya Pak, memang saya baru beberapa hari tinggal di rumah itu,” sahut Kimi.

Pantas saja saya baru tahu, kalau di samping rumah saya… tinggal perempuan memakai..." si pria ragu untuk menyebut namanya, ia hanya memperagakan gerakan tangan di depan wajah.

"Ini niqab namanya, ada juga orang yang menyebutnya cadar. Bahkan ada yang membedakan antara niqab dengan cadar."

"Untuk apa kamu memakai… cadar?"

"Sebelumnya, apa Bapak Muslim?"

"Mmm... ya, saya Muslim."

"Baiklah, mungkin tidak semua Muslim tahu tentang cadar," sahut Kimi. "Cadar ini saya pakai sebagai keyakinan saya, Pak. Walaupun awalnya saya punya alasan sendiri untuk memakai ini, tapi lama-lama ini terasa sebagai bagian dari kewajiban saya selaku Muslimah, sebagai bukti ketaatan dan kecintaan saya kepada Allah."

Si pria tampak berpikir, berusaha mencerna perkataan Kimi. "Baik, ya, meskipun awalnya saya merasa aneh, tapi... saya hargai keyakinanmu. Dan sepertinya lama-lama saya lihat cadar itu seperti sudah menyatu denganmu, ya... jadi tampak apa ya... pantas saja. Unik, atau apa ya... ya itu sih," si pria tampak gugup untuk meneruskan kata-katanya.

"Alhamdulillah, terima kasih," ucap Kimi dengan suara lembut.

"Oh ya, kita bertetangga, tapi kita belum sempat berkenalan. Perkenalkan, nama saya Adi..." kata si pria sambil menyentuh-nyentuh luka memar di wajahnya.

"Iya, mmm... nama saya..."

"Boleh saya tebak, kamu... Kimi, kan?"

Kimi terkejut, tampak dari matanya yang membulat.

"Kenapa? Kaget?" tanya Adi, terkekeh.

"Ya iya dong kaget, kenapa Bapak bisa tahu?" tanya Kimi sedikit curiga.

Adi yang menyadari itu segera berkata, "Tadi pagi saya sempet denger kamu di panggil 'Kimi' oleh... Oh ya, ngomong-ngomong yang tadi itu... ibu kamu, ya?"

"Iya, itu mommy aku," jawab Kimi.

Kimi merenung, seperti mempertimbangkan sesuatu. Ia sadar, ada orang lain yang memanggilnya 'Kimi', membuat ia merasa semakin merasa masih seperti anak kecil.

Panggilan 'Kimi' itu sebenarnya panggilan ibunya ketika ia masih kecil dan masih dipakai hingga sekarang hanya oleh ibunya. Sementara teman-temannya di sekolah maupun ketika kuliah tak pernah ada yang memanggilnya dengan nama panggilan itu.

"Kenapa?" tanya Adi begitu melihat perubahan pada Kimi.

"Eh, enggaaak, nggak apa-apa kok, Pak!"

Adi mencoba mengabaikan itu, dan berkata, "Senang kita bisa berkenalan, saya harap kita bisa menjadi tetangga yang baik."

"Semoga, Pak," jawab Kimi seraya tersenyum di balik niqab-nya.

Adi tersenyum tipis, lalu bicara kepada Kimi. "Dan tolong, jangan panggil saya 'Pak' lagi, karena saya belum tua. Dan saya juga bukan atasan kamu. Saya... cuma tetangga kamu."

"Mmm... terus gimana dong?" tanya Kimi, bingung.

"Yaa... kamu bisa panggil Di atau Adi saja, tidak apa-apa."

Kimi mengangguk ragu. "Oke, bisa dicoba..."

Adi melirik jam tangannya yang tampak masih utuh, tak ada sesuatu mengganggu benda mengkilap itu meski hanya sedikit goresan. Adi bersyukur, mengingat harga jam tangannya tidak murah. Padahal saat perkelahian ia sempat lupa dengan benda berharga di pergelangan tangannya itu.

"Baiklah... Kim, sepertinya waktu kita tak banyak," kata Adi.

Kim? Lagi-lagi Kimi terkejut, merasa semakin asing mendengar panggilan 'Kimi' atau 'Kim' yang keluar dari mulut selain ibunya.Tapi ia tepis perasaan yang ia yakin hanya sementara itu.

"Iya, memang sudah siang banget sih... Di..." kata Kimi sambil merengut, "kok aneh ya?" gumamnya sambil membuang muka.

Kimi bangkit menjinjing kantong belanjaan sambil menyandang tasnya. Sementara Adi berdiri dan berusaha menyeimbangkan diri yang masih terlihat limbung. Kemudian sebelum melangkah pergi ia menyerahkan kembali obat-obatan dalam kantong kresek tadi Kepada Kimi.

Setelah itu mereka kembali ke bengkel. Orang-orang yang melihat kondisi Adi segera ribut bertanya-tanya apa yang terjadi. Dengan singkat, Adi menceritakan kejadian tadi tanpa terlalu banyak detail.

Tak lama kemudian, bajaj yang mereka tunggu selesai diperbaiki. Mekanik bengkel itu berpesan, "Bajaj ini sudah tua, jangan terlalu dipaksa ngebut."

Adi mengangguk sambil mengucapkan terima kasih, lalu membayar upah bengkel dua ratus ribu rupiah. Mereka kemudian pergi dengan bajaj itu, kali ini lebih hati-hati dari sebelumnya, menuju tujuan berikutnya.

Terpopuler

Comments

Was pray

Was pray

seperti kisah sepatu cinderela, nanti yg menemukan sepatu itu maka akan dijadikan istri kalau wanita, dan diangkat saudara jika pria...kisah Cinderella versi laki-laki ini cerita . 😅😅😅😅

2024-10-20

1

lihat semua
Episodes
1 Wawancara Kerja
2 Sepatu Kulit
3 Keributan Pagi Hari
4 Sopir Bajaj Dadakan
5 Kecemasan Sang Resepsionis
6 Perekrutan yang Aneh
7 Keributan di Mini Bank
8 Kalimat Ancaman
9 Gosip Dua Desainer
10 Berita dari Kantor
11 Perkelahian Tak Terduga
12 Perkenalan
13 Konglomerat Prancis
14 Kemarahan Kimi
15 Tunangan Egois
16 Nyaris Kecurian
17 Terjebak di TMII
18 Pencarian Makna
19 Firasat Buruk
20 Batin Seorang Ibu
21 Hampir Sampai
22 Jejak yang Terlacak
23 Di Balik Layar
24 Sahabat Dekat
25 Kekeliruan Kecil
26 Menuju Gerbang
27 Secercah Harapan
28 Pertengkaran Sengit
29 Tamu dari Prancis
30 Français, S'il Vous Plaît !
31 Penerjemah Misterius
32 Pengemudi Excavator
33 Puncak Kehilangan
34 Berpisah di Kemang
35 Sebuah Rahasia
36 Belajar Sholat
37 Telepon Penting
38 Tes Bahasa
39 Ketegangan di Butik
40 Dua Kandidat Aneh
41 Nomor Ponsel Anonim
42 Kejutan Mengharukan
43 Berpisah di Restoran
44 Permintaan Kimi
45 Suara Protes
46 Sholat di Ruang Divisi
47 Mengejar Masa Lalu
48 Tur Kantor
49 Seakan Lenyap
50 Rencana Besar
51 Penyebaran Angket
52 Teka-teki
53 Hasil Survey
54 Jalan Buntu
55 Sebuah Pengakuan
56 Hadiah untuk Renata
57 Di Bawah Langit Jakarta
58 Surat Protes
59 Tekad Sang Vlogger
60 Rencana Pembelaan
61 Tim yang Terpecah
62 Menata Tujuan
63 Perasaan Asing
64 Video Mengejutkan
65 Di Luar Dugaan
66 Malam Membara
67 Bukti Tak Terbantahkan
68 Tekad dalam Kepayahan
69 Kekecewaan di Meja Makan
70 Sebuah Tekad
71 Hari Penentuan
72 Terjebak di Perjalanan
73 Adu Argumen
74 Bantuan Tak Terduga
75 Suara Dominasi
76 Keberanian yang Tertahan
77 Sebuah Pilihan
78 Video Bukti
79 Penerimaan
80 Sopir Taksi
81 Gejolak Hati
82 Pilihan yang Tak Mudah
83 Pancake Istimewa
84 Konfrontasi
85 Emosional
86 Di Perjalanan Pulang
87 Tangis Haru
88 Sambutan Tanpa Senyuman
89 Histeris
90 Terjebak Kerumitan
91 Rangkaian Memori
92 Malam Berkabut
93 Merah Merona
94 Amanat Masa Lalu
95 Rencana Rahasia
96 Mata-Mata Dadakan
97 Jejak dan Pilihan
98 Surat Balasan
99 Menemui Rose
100 Nomor Kontak
101 Prasangka
102 Semangat Baru
103 Pilihan-Pilihan
104 Keputusan Besar
105 Tak Akan Mundur
106 Rasa Bersalah
107 Malam Panjang
108 Kejutan Ulang Tahun
109 Tamu Pria
110 Tamu Pengganggu
111 Di Perkampungan Kumuh
112 Di Pasar Tanah Abang
113 Perempuan Tua
114 Rencana Ke Eropa
115 Kilas Masa Lalu
116 Tiga Masterpieces
117 Tatapan Tajam
118 Tak Terduga
119 Lepas Landas
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Wawancara Kerja
2
Sepatu Kulit
3
Keributan Pagi Hari
4
Sopir Bajaj Dadakan
5
Kecemasan Sang Resepsionis
6
Perekrutan yang Aneh
7
Keributan di Mini Bank
8
Kalimat Ancaman
9
Gosip Dua Desainer
10
Berita dari Kantor
11
Perkelahian Tak Terduga
12
Perkenalan
13
Konglomerat Prancis
14
Kemarahan Kimi
15
Tunangan Egois
16
Nyaris Kecurian
17
Terjebak di TMII
18
Pencarian Makna
19
Firasat Buruk
20
Batin Seorang Ibu
21
Hampir Sampai
22
Jejak yang Terlacak
23
Di Balik Layar
24
Sahabat Dekat
25
Kekeliruan Kecil
26
Menuju Gerbang
27
Secercah Harapan
28
Pertengkaran Sengit
29
Tamu dari Prancis
30
Français, S'il Vous Plaît !
31
Penerjemah Misterius
32
Pengemudi Excavator
33
Puncak Kehilangan
34
Berpisah di Kemang
35
Sebuah Rahasia
36
Belajar Sholat
37
Telepon Penting
38
Tes Bahasa
39
Ketegangan di Butik
40
Dua Kandidat Aneh
41
Nomor Ponsel Anonim
42
Kejutan Mengharukan
43
Berpisah di Restoran
44
Permintaan Kimi
45
Suara Protes
46
Sholat di Ruang Divisi
47
Mengejar Masa Lalu
48
Tur Kantor
49
Seakan Lenyap
50
Rencana Besar
51
Penyebaran Angket
52
Teka-teki
53
Hasil Survey
54
Jalan Buntu
55
Sebuah Pengakuan
56
Hadiah untuk Renata
57
Di Bawah Langit Jakarta
58
Surat Protes
59
Tekad Sang Vlogger
60
Rencana Pembelaan
61
Tim yang Terpecah
62
Menata Tujuan
63
Perasaan Asing
64
Video Mengejutkan
65
Di Luar Dugaan
66
Malam Membara
67
Bukti Tak Terbantahkan
68
Tekad dalam Kepayahan
69
Kekecewaan di Meja Makan
70
Sebuah Tekad
71
Hari Penentuan
72
Terjebak di Perjalanan
73
Adu Argumen
74
Bantuan Tak Terduga
75
Suara Dominasi
76
Keberanian yang Tertahan
77
Sebuah Pilihan
78
Video Bukti
79
Penerimaan
80
Sopir Taksi
81
Gejolak Hati
82
Pilihan yang Tak Mudah
83
Pancake Istimewa
84
Konfrontasi
85
Emosional
86
Di Perjalanan Pulang
87
Tangis Haru
88
Sambutan Tanpa Senyuman
89
Histeris
90
Terjebak Kerumitan
91
Rangkaian Memori
92
Malam Berkabut
93
Merah Merona
94
Amanat Masa Lalu
95
Rencana Rahasia
96
Mata-Mata Dadakan
97
Jejak dan Pilihan
98
Surat Balasan
99
Menemui Rose
100
Nomor Kontak
101
Prasangka
102
Semangat Baru
103
Pilihan-Pilihan
104
Keputusan Besar
105
Tak Akan Mundur
106
Rasa Bersalah
107
Malam Panjang
108
Kejutan Ulang Tahun
109
Tamu Pria
110
Tamu Pengganggu
111
Di Perkampungan Kumuh
112
Di Pasar Tanah Abang
113
Perempuan Tua
114
Rencana Ke Eropa
115
Kilas Masa Lalu
116
Tiga Masterpieces
117
Tatapan Tajam
118
Tak Terduga
119
Lepas Landas

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!