Berita dari Kantor

Setelah menerima transfer sepuluh juta rupiah dari rekan kantor si pria atas nama Mira, si pemilik warung mini bank terperangah. Wajahnya memerah, campuran antara terkejut dan malu. Sebenarnya, uang tunai yang ia punya di warungnya tidak lebih dari lima juta rupiah. Dengan amat malu, ia meminta tamunya untuk menunggu sebentar.

“Saya ambil dulu ya, Pak, sisa uangnya di bank,” katanya gugup, sambil setengah berlari keluar dari warungnya.

Kimi melihat tingkah si pemilik mini bank sambil mengangkat bahunya. “Pak, lihat sudah jam sepuluh,” kata Kimi sambil memperlihatkan layar ponselnya.

Si pria hanya menghela napas panjang, menahan kesal. Waktu terus berjalan. Ia sadar ia sudah menghabiskan terlalu banyak waktu. Ia harus segera menemukan truk sampah yang membawa sepatunya. Mungkin sudah sampai di Bantar Gebang sekarang atau bahkan sudah pergi lagi.

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya si pemilik mini bank kembali dengan napas tersengal, membawa sisa lima juta rupiah dari bank.

“Nih, Pak, lengkap sudah sepuluh juta, sudah dipotong biaya administrasi dua puluh lima ribu.” katanya sambil menyerahkan segepok uang dalam amplop cokelat dengan senyum canggung.

Pak CEO mengambil uangnya tanpa sepatah kata kemudian menitipkannya kepada Kimi agar disimpan dalam tas. Tapi sebelum beranjak pergi, ia menatap si pemilik mini bank dengan tajam.

“Terima kasih, ya. Saya rasa ini pengalaman pertama saya mencairkan transfer uang sebesar ini dengan cara menonton seseorang lari maraton dari warung ke bank. Benar-benar cara yang… sangat efisien.” katanya sambil menepuk pundak si pemilik mini bank dengan ringan.

Si pemilik mini bank tersenyum kecut, merasa telak dipermalukan. Tapi Pak CEO belum selesai.

“Oh, dan satu lagi,” Pak CEO menambahkan dengan nada datar, “Kalau lain kali Anda perlu lari lagi ke bank, mungkin sebaiknya buka saja cabang mini bank di depan ATM. Lebih efisien, kan?”

Si pemilik mini bank hanya bisa tersenyum lemah, merasa lebih kecil dari warungnya yang mungil. Si pria pun meninggalkan tempat itu dengan langkah tegas, meninggalkan si pemilik mini bank yang masih berdiri mematung, merasa dipermalukan habis-habisan.

“Astaghfirullaahaladziim…” gumam Kimi melihat peristiwa sindiran itu. “Nggak baik sindir-sindir orang kayak gitu,” protes Kimi kepada si pria. Kimi beralih ke si pemilik mini bank. “Bang, lain kali jangan suka nyepelein orang ya,” kata Kimi setengah berteriak.

“I-iya, Bu,” jawab si pemilik mini bank masih terengah-engah seraya menyeka keringat di dahinya.

Setelah meninggalkan warung mini bank, mereka tiba di bengkel. Namun harapan untuk segera melanjutkan perjalanan ke Bantar Gebang pupus seketika saat pemilik bengkel memberitahu dengan wajah tak bersalah, “Maaf, Pak, bajajnya belum bisa berangkat. Onderdil yang baru masih dalam proses pemasangan.”

Pria itu terduduk di kursi bengkel, setengah pasrah. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat, dan ia semakin resah. Sambil menjaga jarak di kursi terpisah, Kimi duduk dengan tenang, menunggu sambil sesekali memeriksa ponsel.

"Sebenarnya hari ini aku punya jadwal penting untuk bertemu dengan klien dari Prancis," si pria mulai berbicara, lebih kepada dirinya sendiri. "kebetulan mereka habis liburan di Bali dan sebelum pulang mereka bermaksud mampir ke Jakarta sekitar jam-jam sekarang. Tapi sekarang saya malah terjebak di sini,” si pria menunduk putus asa.

“Setelah tiga tahun saya menjadi CEO, rasanya baru sekarang merasa gagal total. Ayah saya sebagai pemilik perusahaan sangat berharap kalau pemasaran produk sepatu perusahaan beliau kelak bisa dikenal dunia internasional,” kata si pria, kemudian menghela nafas.

“Sementara Prancis adalah pusat mode dunia, merupakan negara yang menginspirasi bagi ayah saya dan juga saya sendiri. Oleh karena itu klien ini sangat saya harapkan. Dia distributor sepatu besar di Prancis bahkan beberapa negara di Eropa, dan jika berhasil, saya yakin sepatu produksi perusahaan saya bisa menembus pasar internasional. Tapi sekarang… haaah...."

Kimi mendengarkan dengan seksama, merasa simpati. Akhirnya mereka berdua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

Di sekitar mereka, beberapa orang di bengkel memperhatikan dengan penuh keheranan. Sosok pria berkemaja dan berdasi yang biasanya tampak di gedung perkantoran kini duduk di bengkel menunggu perbaikan bajaj sambil membicarakan soal klien internasional dengan ekspresi putus asa seraya… bertelanjang kaki. Sementara itu, tak jauh darinya, ada seorang perempuan memakai niqab, tampak sangat kontras dengan lingkungan bengkel yang keras dan kotor.

“Kenapa Bapak tidak memutuskan menemui klien dan menghentikan pencarian sepatu ini? Menurut Bapak, mana yang lebih berharga?” tanya Kimi penasaran, menjaga jarak sambil duduk di kursi terpisah.

Si pria menghela napas panjang. “Nilai sentimen sepatu ini begitu… besar. Saya tidak tahu, kedua-duanya berharga. Tapi… entah kenapa saya tidak sanggup untuk melepaskan sepatu ini begitu saja…”

“Jadi ini bukan semata-mata masalah harganya yang… empat puluh enam juta?” tanya Kimi, sedikit berbisik.

Orang-orang di dalam bengkel yang mendengarnya terkejut. Sepatu seharga empat puluh enam juta adalah sesuatu yang sulit mereka bayangkan.

“Ya… kamu betul…” jawab si pria dengan nada yang agak lesu.

“Lalu kenapa Bapak tidak meminta bantuan orang-orang di perusahaan untuk ikut mencari sepatu itu? Dengan begitu, Bapak bisa menemui klien Bapak dari Prancis,” usul Kimi.

“Tidak!” jawab pria itu tegas. “Saya terlalu malu untuk melibatkan mereka dalam pencarian sepatu ini. Mereka tidak akan mengerti sentimen di baliknya. Jika mereka sampai tahu, mungkin mereka hanya akan menjadikannya bahan olok-olok. Saya tidak mau itu terjadi.”

Kimi berusaha mencerna perkataan si pria, hingga tiba-tiba ponsel Kimi memekik. Saat menatap layar ponselnya gadis itu tahu, ini bukan panggilan untuknya melainkan untuk si pria. Kimi menyerahkan ponselnya kepada si pria.

“Halo… Pak CEO, klien dari Prancis mungkin datang terlambat. Dia bilang akan tiba di Jakarta sore hari dan ingin bertemu langsung karena dia tidak punya banyak waktu lagi di Indonesia. Malam ini dia akan pulang ke Prancis,” tutur Mira, mengabarkan. “Sayangnya beliau belum bisa mengabarkan apakah beliau meminta bertemu di hotel atau… di kantor perusahaan.”

Si pria menegakkan punggung, wajahnya sedikit cerah. “Benarkah? Jadi masih ada waktu?”

“Ya, ngomong-ngomong Pak CEO, Anda ada di mana sekarang?” tanya suara di ujung sana.

“Mmm… maafkan saya Mir, kali ini saya tidak bisa beritahu. Ada apa memangnya? Adakah sesuatu yang mendesak di perusahaan?” jawabnya sambil menjaga rahasia posisinya.

“Oh, tidak-tidak. Hanya saja ada seseorang yang mencari Anda, katanya Anda tidak bisa dihubungi.” Kemudian, suara Mira berubah lebih pelan, dengan nada sedikit menggoda. “Dia marah-marah!”

Si pria terkejut. Firasatnya mengatakan bahwa itu mungkin tunangannya yang datang ke kantor mencarinya karena tak bisa dihubungi, atau karena hal serius lain.

“Karin?” tanyanya dengan nada khawatir.

“Ya, Anda sudah bisa menduganya…”

“Oh tidak, jangan beritahu nomor telepon ini. Saya sudah terlalu banyak merepotkan rekan saya di sini. Tolong, jangan beritahu dia!” pintanya dengan nada mendesak.

“Oke!” jawab Mira, setengah berbisik.

“Sudah dulu ya, jangan hubungi saya lagi!”

Kimi, yang duduk dengan jarak aman, tetap menjaga sopan santun sebagai seorang muslimah taat. Ia menyaksikan situasi itu dengan sedikit cemas. “Sekali lagi, maafkan saya, Pak. Gara-gara saya, Bapak jadi mendapat banyak masalah hari ini…”

“Ya… semua sudah terjadi, mau bagaimana lagi…” jawab pria itu dengan nada yang sedikit pasrah. “Meskipun saya terus menerus menyalahkan kamu, tak akan ada gunanya juga,” lanjut si pria dengan lesu.

“Terus… apa… Bapak yakin mau ke Bantar Gebang?” tanya Kimi seraya melihat-lihat kondisi si pria.

Si pria menghela napas berat. “Harus. Aku harus menemukan sepatu itu, bagaimanapun caranya. Ke Bantar Gebang atau ke mana pun, selama ada petunjuk, aku akan pergi.”

Kimi membulatkan matanya, berusaha memahami tekad pria itu.

“Dan kamu… kamu sudah cukup banyak berkorban. Kamu ada jadwal wawancara hari ini… kamu boleh meninggalkan saya. Tentu kamu tidak ingin kehilangan kesempatan, kan?” kata si pria lagi, dengan tatapan penuh misteri.

Kimi menggeleng pelan. “Saya sudah merelakannya, Pak. Dan… saya tidak mungkin membiarkan Bapak sendiri. Walau bagaimana pun, saya harus bertanggung jawab. Saya akan membantu Bapak mencari sepatu Bapak, ke mana pun, selama ada petunjuk!” sahut Kimi, tersenyum lembut di balik niqabnya. Ia sadar sepatu itu hilang karena kecerobohannya, dan meskipun keadaan semakin sulit, ia harus menuntaskan tanggung jawabnya.

Si pria tersenyum. “Bagus,” sahut si pria tiba-tiba. “Ternyata kamu masih peduli dengan saya. Saya kira…”

“Hmh, apa? Bagus? Bagus apanya? Saya cuma mau bertanggung jawab, Pak! Kan Bapak sendiri yang bilang, saya tidak akan pernah sanggup bertanggung jawab kecuali dengan membantu mencari sepatu itu sampai ketemu.”

“Ya sudah, sukur kalau gitu. Awas saja kalau kamu coba-coba melarikan diri!” ancam si pria seolah tak tahu harus bagaimana melampiaskan kekesalan sambil memijit-mijit kepalanya yang mulai pening.

“Tidak akan! Astaghfirulloohaladziiim…” jawab Kimi.

“Habisnya kamu  nanya terus, yakin apa nggak ke Bantar Gebang…” protes si pria sedikit emosi. “Tidak lihat memang perjuangan saya sampai di sini?”

“Maksud saya…,” gadis itu tak sanggup meneruskan kata-katanya. Ia ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya ia memilih diam seraya menyembunyikan kekesalan.

Episodes
1 Wawancara Kerja
2 Sepatu Kulit
3 Keributan Pagi Hari
4 Sopir Bajaj Dadakan
5 Kecemasan Sang Resepsionis
6 Perekrutan yang Aneh
7 Keributan di Mini Bank
8 Kalimat Ancaman
9 Gosip Dua Desainer
10 Berita dari Kantor
11 Perkelahian Tak Terduga
12 Perkenalan
13 Konglomerat Prancis
14 Kemarahan Kimi
15 Tunangan Egois
16 Nyaris Kecurian
17 Terjebak di TMII
18 Pencarian Makna
19 Firasat Buruk
20 Batin Seorang Ibu
21 Hampir Sampai
22 Jejak yang Terlacak
23 Di Balik Layar
24 Sahabat Dekat
25 Kekeliruan Kecil
26 Menuju Gerbang
27 Secercah Harapan
28 Pertengkaran Sengit
29 Tamu dari Prancis
30 Français, S'il Vous Plaît !
31 Penerjemah Misterius
32 Pengemudi Excavator
33 Puncak Kehilangan
34 Berpisah di Kemang
35 Sebuah Rahasia
36 Belajar Sholat
37 Telepon Penting
38 Tes Bahasa
39 Ketegangan di Butik
40 Dua Kandidat Aneh
41 Nomor Ponsel Anonim
42 Kejutan Mengharukan
43 Berpisah di Restoran
44 Permintaan Kimi
45 Suara Protes
46 Sholat di Ruang Divisi
47 Mengejar Masa Lalu
48 Tur Kantor
49 Seakan Lenyap
50 Rencana Besar
51 Penyebaran Angket
52 Teka-teki
53 Hasil Survey
54 Jalan Buntu
55 Sebuah Pengakuan
56 Hadiah untuk Renata
57 Di Bawah Langit Jakarta
58 Surat Protes
59 Tekad Sang Vlogger
60 Rencana Pembelaan
61 Tim yang Terpecah
62 Menata Tujuan
63 Perasaan Asing
64 Video Mengejutkan
65 Di Luar Dugaan
66 Malam Membara
67 Bukti Tak Terbantahkan
68 Tekad dalam Kepayahan
69 Kekecewaan di Meja Makan
70 Sebuah Tekad
71 Hari Penentuan
72 Terjebak di Perjalanan
73 Adu Argumen
74 Bantuan Tak Terduga
75 Suara Dominasi
76 Keberanian yang Tertahan
77 Sebuah Pilihan
78 Video Bukti
79 Penerimaan
80 Sopir Taksi
81 Gejolak Hati
82 Pilihan yang Tak Mudah
83 Pancake Istimewa
84 Konfrontasi
85 Emosional
86 Di Perjalanan Pulang
87 Tangis Haru
88 Sambutan Tanpa Senyuman
89 Histeris
90 Terjebak Kerumitan
91 Rangkaian Memori
92 Malam Berkabut
93 Merah Merona
94 Amanat Masa Lalu
95 Rencana Rahasia
96 Mata-Mata Dadakan
97 Jejak dan Pilihan
98 Surat Balasan
99 Menemui Rose
100 Nomor Kontak
101 Prasangka
102 Semangat Baru
103 Pilihan-Pilihan
104 Keputusan Besar
105 Tak Akan Mundur
106 Rasa Bersalah
107 Malam Panjang
108 Kejutan Ulang Tahun
109 Tamu Pria
110 Tamu Pengganggu
111 Di Perkampungan Kumuh
112 Di Pasar Tanah Abang
113 Perempuan Tua
114 Rencana Ke Eropa
115 Kilas Masa Lalu
116 Tiga Masterpieces
117 Tatapan Tajam
118 Tak Terduga
119 Lepas Landas
120 Welcome to Dubai!
121 Acara Jamuan
122 Malam Pertama di Paris
123 Merasa Diikuti
124 Rencana Besok
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Wawancara Kerja
2
Sepatu Kulit
3
Keributan Pagi Hari
4
Sopir Bajaj Dadakan
5
Kecemasan Sang Resepsionis
6
Perekrutan yang Aneh
7
Keributan di Mini Bank
8
Kalimat Ancaman
9
Gosip Dua Desainer
10
Berita dari Kantor
11
Perkelahian Tak Terduga
12
Perkenalan
13
Konglomerat Prancis
14
Kemarahan Kimi
15
Tunangan Egois
16
Nyaris Kecurian
17
Terjebak di TMII
18
Pencarian Makna
19
Firasat Buruk
20
Batin Seorang Ibu
21
Hampir Sampai
22
Jejak yang Terlacak
23
Di Balik Layar
24
Sahabat Dekat
25
Kekeliruan Kecil
26
Menuju Gerbang
27
Secercah Harapan
28
Pertengkaran Sengit
29
Tamu dari Prancis
30
Français, S'il Vous Plaît !
31
Penerjemah Misterius
32
Pengemudi Excavator
33
Puncak Kehilangan
34
Berpisah di Kemang
35
Sebuah Rahasia
36
Belajar Sholat
37
Telepon Penting
38
Tes Bahasa
39
Ketegangan di Butik
40
Dua Kandidat Aneh
41
Nomor Ponsel Anonim
42
Kejutan Mengharukan
43
Berpisah di Restoran
44
Permintaan Kimi
45
Suara Protes
46
Sholat di Ruang Divisi
47
Mengejar Masa Lalu
48
Tur Kantor
49
Seakan Lenyap
50
Rencana Besar
51
Penyebaran Angket
52
Teka-teki
53
Hasil Survey
54
Jalan Buntu
55
Sebuah Pengakuan
56
Hadiah untuk Renata
57
Di Bawah Langit Jakarta
58
Surat Protes
59
Tekad Sang Vlogger
60
Rencana Pembelaan
61
Tim yang Terpecah
62
Menata Tujuan
63
Perasaan Asing
64
Video Mengejutkan
65
Di Luar Dugaan
66
Malam Membara
67
Bukti Tak Terbantahkan
68
Tekad dalam Kepayahan
69
Kekecewaan di Meja Makan
70
Sebuah Tekad
71
Hari Penentuan
72
Terjebak di Perjalanan
73
Adu Argumen
74
Bantuan Tak Terduga
75
Suara Dominasi
76
Keberanian yang Tertahan
77
Sebuah Pilihan
78
Video Bukti
79
Penerimaan
80
Sopir Taksi
81
Gejolak Hati
82
Pilihan yang Tak Mudah
83
Pancake Istimewa
84
Konfrontasi
85
Emosional
86
Di Perjalanan Pulang
87
Tangis Haru
88
Sambutan Tanpa Senyuman
89
Histeris
90
Terjebak Kerumitan
91
Rangkaian Memori
92
Malam Berkabut
93
Merah Merona
94
Amanat Masa Lalu
95
Rencana Rahasia
96
Mata-Mata Dadakan
97
Jejak dan Pilihan
98
Surat Balasan
99
Menemui Rose
100
Nomor Kontak
101
Prasangka
102
Semangat Baru
103
Pilihan-Pilihan
104
Keputusan Besar
105
Tak Akan Mundur
106
Rasa Bersalah
107
Malam Panjang
108
Kejutan Ulang Tahun
109
Tamu Pria
110
Tamu Pengganggu
111
Di Perkampungan Kumuh
112
Di Pasar Tanah Abang
113
Perempuan Tua
114
Rencana Ke Eropa
115
Kilas Masa Lalu
116
Tiga Masterpieces
117
Tatapan Tajam
118
Tak Terduga
119
Lepas Landas
120
Welcome to Dubai!
121
Acara Jamuan
122
Malam Pertama di Paris
123
Merasa Diikuti
124
Rencana Besok

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!