2 hari sudah Reva tak menampakkan batang hidungnya dihadapan teman-temannya. Diantara mereka tak ada yang tahu kemana Reva pergi dua hari ini. Sejak ia dipanggil ke ruang BK tak pernah ada lagi kabarnya begitulah kata teman Reva.
Tanpa kehadiran Reva mereka berlima merasa ada yang kurang.
Hari ini mereka memutuskan untuk menjemput Reva dengan maksud akan mengajaknya bermain,
"Kulonuon Bu, Revanya ada? " tanya Fatur pada Bu Heni yang sedang menyapu halaman depan.
"Eh nak Fatur, kebetulan ibu mau kasih tau ke kalian sekarang Reva pindah ke pesantren jadi kemungkinan ia akan menimba ilmu disana untuk waktu yang cukup lama " kata bu Heni.
"Hah? Kepesantren? Kapan Reva perginya bu, kok nggak bilang bilang sama kita? " tanya Rama.
"Iya dia nggak sempat karena ayahnya yang menyuruh dia masuk pesantren. Kalian doakan saja semoga Reva kerasan dan serius menimba ilmunya disana. " kata Bu Heni lagi.
" Iya bu pasti kami doakan. Kalau begitu kita pamit dulu bu.. Assalamualaikum " kata mereka pamit.
"Waalaikumsalam "
Mereka berlima pun pergi menuju lapangan tanpa Reva, sepi rasanya seperti ada yang kurang. Tidak ada yang menghidupkan suasana, dan tidak akan ada lagi yang paling jahil diantara mereka.
"Kok Reva pindah ke pesantren nggak bilang ya sama kita " kata Rian.
"Mungkin dia tidak mau membuat kita sedih atau mungkin dia terpaksa masuk ke pesantren? " kata Rama.
"Ah jangan ngawur kamu, emangnya kamu bisa nyimpulinnya dari mana coba " timpal Fatur.
"Kalian inget nggak pas Reva dipanggil ke ruang BK waktu itu? Waktu kita pulang juga dia seperti murung kan? " sahut Bagas
"Eh iya juga sih, apa jangan-jangan dia emang dipaksa pindah? " kata Rian lagi.
Kelima sahabatnya itu pun terus mempertanyakan alasan Reva yang secara tiba-tiba pindah ke pesantren tanpa berpamitan pada mereka.
................................................
Sementara Reva yang ada di pesantren kini mulai bisa beradaptasi dengan teman-teman barunya. Yang dulunya teman-teman Reva adalah laki-laki kini dia berteman dengan banyak perempuan, karena aturan Pesantren tidak boleh berdekatan dengan laki-laki yang bukan Mahrom.
Reva tidur diasrama putri sekamar dengan Puput, dalam satu kamar berisi 4 orang. Isi kamar itu termasuk Reva, Puput, Siska, dan Mega. baru dua hari Reva di pesantren rasanya mereka sudah seperti kenal lama. Sifat Reva yang mudah berbaur dengan orang-orang membuatnya disukai karena cara bicaranya yang cenderung terus terang, dan juga dia tidak pernah pelit akan apapun yang dia punya selalu dibagi pada teman satu kamarnya itu.
"Kak Reva, ceritain dong kak tentang tempat tinggal kakak disana! " seru Puput.
"Apa yang mau kalian ketahui, disana tidak ada apa-apa " sahut Reva.
"Ya ceritain aja lah kak, atau tentang sekolah dan teman-teman kakak disana " kata Puput.
Karena Puput dan teman yang lainnya terus membujuk, akhirnya Reva bersedia menceritakan tentang teman-temannya dirumah. Sesekali terdengar gelak tawa dari kamar itu dikarenakan mendengar kenakalan Reva dulu.
Tapi mereka harus menghentikan tawa dikala Azan berkumandang.
"Sudah masuk waktu Ashar nih, kita sampai lupa waktu karena keasikan cerita. Ayo cepat bersiap jangan sampai terlambat! " kata Mega.
Mereka pun bergegas untuk menuju masjid melaksanakan sholat berjamaah. Reva masih belum terbiasa dengan jadwal di pesantren. Kadang ia masih suka terlambat bahkan juga suka terbalik memakai mukenah..
Saat selesai melaksanakan Sholat, mereka mengaji dimasjid. Rev yang buta dengan huruf-huruf al-qur'an merasa sedikit malu melihat temn yang lain sudah lancar membacanya dan bahkan hafal.
"Reva kenapa diem disitu? Ayo kesini gabung sama kita! " sapaan dari mulut Umi Zulfah membuat Reva tak mampu menolak.
"A-anu Umi, saya.. Saya Tidak bisa baca al-qur'an " tutur Reva.
Seketika suasana menjadi hening Reva berpikir dirinya akan ditertawakan oleh seisi masjid karena penuturannya. Namu tidak, mereka malah justru merangkul Reva untuk belajar mengaji bersama.
"Kak Reva kenapa harus malu, aku juga belum lancar kok bacanya. Kita disini sama-sama belajar.." seru Puput.
"Iya Reva, apa yang dikatakan Puput benar. Jika kamu belum bisa maka kami bersedia membantumu belajar baca al-qur'an.." kata Aisyah.
Begitupun teman- teman yang lainnya mengajak Reva untuk duduk dan bergabung. Ini pertama kalinya ia merasa memiliki teman yang benar-benar menghargainya. Sangat berbeda dengan disekolahnya, jika tidak hapal pasti akan ditertawakan. Lega dirasa Reva, mengaji dan tadarus bersama membuat hatinya menjadi sejuk dan tenang.
"Reva, bsok setelah belajar kamu temui Umi ya. Kita akan belajar iqro' " kata Umi Zulfah saat pengajian selesai.
"Apa itu iqro Umi? " tanya Reva.
"Iqro itu semacam buku untuk belajar sebelum kita membaca qur'an. Pokoknya besok kamu ikuti kata Umi saja " kata Umi Zulfah.
"Baiklah Umi.." sahut Reva.
Reva bersama teman yang lainnya membubarkan diri dan menuju kamar masing-masing. Umi Zulfah sangat baik padanya bahkan sangat perhatian, selain teman-temannya Reva juga memiliki Umi Zulfah yang yang bersedia membimbingnya dan mengajarinya untuk mendalami ilmu agama di pesantren ini.
Karena berkat Umi Zulfah lah ia sadar akan kesalahannya yang sudah membenci orang tuanya dan membuat Reva berjanji untuk berubah menjadi anak yang baik.
Tak hanya itu kini Reva meminta teman satu kamarnya mengajari dia membaca buku iqro. Dia tak ingin besok akan menyulitkan Umi Zulfah. Teman sekamarnya pun begitu antusias mengajari Reva. Sesekali mereka mengajak Reva untuk menghafalkan surah-surah pendek yang ada di Al-qur'an. Meski dengan terbata-bata tapi Reva sangat serius mempelajarinya.
Keesokan paginya, Reva memulai kembali aktivitasnya sebagai santri. Mereka mengikuti pelajaran yang diberikan oleh para ustadzah.
Setelah selesai belajar kini Reva harus menemui Umi Zulfah untuk belajar mengaji sesuai dengan janjinya kemarin.
"Asaalamualaikum.." Reva mengucapkan salam saat ada diruangan Umi Zulfah.
"Waalaikusalam.. Eh Reva udah dateng ya. Ayo sini! " jawab Umi Zulfah dengan senyum keramahan.
Reva berjalan memasuki ruangan itu, terasa sangat sejuk didalam sana. Kini Reva mulai diajari oleh Umi Zulfah cara-cara membaca iqro dengan baik dan benar.
Dengan sabarnya Umi Zulfah mengajari Reva yang salah berulang kali. Melihat semangat belajar Reva yang begitu serius Umi Zulfah pun juga semakin bersemangat untuk membuat santriwatinya yang satu ini menjadi anak yang pintar juga Sholehah.
Ya Allah, sesungguhnya Reva adalah anak yang pintar dan mau belajar.. Ketuklah pintu hatinya agar ia mau menjadi seorang wanita yang shalihah.. Begitu kira-kira yang diucapkan Umi Zulfah didalam hati nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments