Kehadiran Damara

Elara kembali bekerja, ia sedang mengatur agenda untuk Arion dalam beberapa hari ke depan. Elara sedikit heran, mengapa kini pria itu berangkat ke kantor setiap hari. Padahal, Arion memiliki perusahaannya sendiri sebelumnya. Tapi, Elara tak memusingkannya.

Melihat Arion yang melewatinya dan masuk ke dalam ruangan, bergegas Elara membawa tab miliknya dan masuk ke dalam ruangan pria itu. Namun, sesampainya di dalam. Elara melihat Arion sedang menghubungi seseorang dengan serius.

"Apa agenda penting hari ini?" Tanya Henri yang berdiri di sisi Elara.

"Ada tiga pertemuan dengan klien yang ingin mengajak kerja sama." Balas Elara.

"Nanti saya hubungi lagi." Arion memutuskan sambungan teleponnya, ia berbalik dan menangkap Elara yang sedang menunggunya. Melihat itu, Arion memutuskan tatapan mereka dan berjalan menuju kursi kebesarannya.

"Ada apa?" Tanya Arion sambil mendudukkan tubuhnya.

"Anda memiliki tiga pertemuan penting dengan klien yang ingin kerja sama dengan perusahaan ini." Jawab Elara.

Arion mengangguk, "Kapan?" Tanya Arion tanpa menatap ke arah Elara.

"Jam sepuluh dan setelah makan siang nanti." Terangnya.

Arion mengangguk singkat, pria itu kembali fokus dalam pekerjaannya. Karena tak ada yang ingin di bahas, Elara akan kembali ke meja kerjanya. Namun, belum sempat melangkah Arion sudah lebih dulu memanggilnya.

"Henri, kamu bisa keluar. AKu ingin bicara dengan Elara." Pinta Arion yang mana membuat Henri menurut. pria itu keluar, membiarkan bosnya berbicara dengan istri sekaligus sekretarisnya itu.

Elara memeluk ipad miliknya, ia mer3mas ipad itu dengan perasaan yang gugup. Dirinya yakin, jika Arion akan membicarakan soal Ervan yang ia temui kemarin. Walau sudah berlalu lima tahun lamanya, tapi wajah Ervan tak jauh berbeda. Apalagi saat melihatnya, Ervan berlari pergi.

"Ervan sudah mengatakan tentang pertemuannya denganmu kemarin," ujar Arion dengan menatap lekat wajah wanita yang berdiri di hadapannya itu.

"Maaf, aku tidak tahu kalau Ervan juga sedang berada di taman kota." Lirih Elara.

"Justru bagus, kamu bisa melihat betapa kecewanya dia pada wanita yang telah melahirkannya. Setelah melihat sikap Ervan, apa kamu sudah sadar jika keputusanmu untuk pergi saat itu adalah salah?" Desis Arion dengan tatapan dingin.

Elara tak menjawab, wanita itu bingung ingin berkata apa. Suasana terasa sangat mencekam, apalagi Arion menatapnya dengan dingin seperti ini. Rasanya, Elara sangat tidak nyaman di buatnya.

Sementara itu di luar, Henri sedang menggunting kukunya. Mungkin, satu-satunya asisten ceo yang sempat menggunting kuku di kantor hanya dia seorang. Bahkan, dengan santainya ia meniup kukunya yang baru saja selesai di potong.

"Nah gini kan enak di pan ...." Mata Henri membulat sempurna saat melihat sosok wanita paruh baya yang baru saja keluar dari lift. melihat itu, Henri bergegas berdiri dan menghampiri wanita paruh baya itu.

"Nyonya besar, kenapa anda bisa ada disini?" Seru Henri dengan raut wajah yang terlihat panik.

"Tentu saja menemui putraku! Dia tidak ada di perusahaan EAR Company, jadi pasti dia ada di perusahaan barunya ini." Ujar wanita paruh baya itu yang tak lain dan tak bukan adalah Damara.

Henri m3ngg4ruk kepalanya yang tak gatal, padahal kediaman Arion dan perusahaan ini lumayan jauh dan membutuhkan waktu perjalanan yang lebih lama. Bisa-bisanya Damara datang untuk menemui pria itu.

"Maaf nyonya besar, Tuan sedang sibuk. Anda kan bisa menemuinya di rumah, kenapa harus datang ke kantornya." Ujar Henri yang mana membuat Damara menatap tajam padanya.

"Aku ingin bertemu dengan putraku sendiri, apa salah huh? Jangan menghalangi!" Desis Damara dan melanjutkan langkahnya.

Henri panik, ia segera berlari menuju pintu ruangan CEO dan menahannya agar Damara tidak masuk. Melihat itu, Damara tak tinggal diam. Ia lalu menatap Henri dengan tatapan tajam.

"Tuan sedang sibuk, kalau anda ingin bicara di rumah saja Nyonya besar." Serunya.

"Apa-apaan sih! Minggir gak? Minggir!" Damara menarik Henri, ia berhasil mendorong pintu itu. Melihat Damara yang lolos, Henri menj4mbak rambutnya seraya melompat kecil.

"Aduh gimana iniii! Batal deh bonus bulanankuuu!" Pekik Henri.

Arion terkejut dengan kedatangan sang Mama, ia segera beranjak dari duduknya dan menghampiri wanita paruh baya itu. Damara tak memperdulikan putranya, wanita itu justru beralih menatap Elara yang terkejut akan kehadirannya. Perlahan, Damara melangkah mendekat, ia menatap Elara dengan tatapan tajam.

"Ngapain kamu di ruangan putraku?! Belum puas kamu sudah menyakitinya? Mau minta rujuk, iya?" Marah Damara.

"Ma, lebih baik Mama pulang aja. Arion sibuk Ma!" Ponta Arion seraya memegang lengan sang Mama.

Damara menepis tangan putranya, "Sibuk dengan mantan istrimu hah?! Ingat apa yang telah dia lakukan Ar! Jangan mudah terhasut dengan kata maafnya. Mama yakin, dia kembali karena ada tujuannya!"

"Ma! Elara disini bekerja sebagai sekretarisku, bukan karena tujuan apapun!" Sentak Arion dengan kesal.

Damara membulatkan matanya, ia menatap pakaian Elara dengan tatapan sinus. "Sekretaris?! Kenapa kamu memperkerjakan dia sebagai sekretaris Ar?! Bisa-bisanya kamu mempercayai dia sebagai sekretarismu! Kamu gak mikirin perasaan Dahlia?! Bentar lagi kamu dan Dahlia akan bertunangan!" Arion memegangi kepalanya yang terasa sakit. Sedangkan Elara, hanya diam seraya menatap wanita paruh baya itu dengan tatapan datarnya.

"MA! AKU TIDAK BISA BERTUNANGAN DENGAN DAHLIA KARENA AKU DAN ELARA MASIH SUAMI ISTRI!" Seru Arion yang mana membuat Damara membulatkan matanya.

"Apa?! Ar, bukankah kamu bilang jika wanita ini ingin berpisah?! Kenapa kamu belum mengurus perceraian mu dengan dia hah?! Pokoknya Mama gak mau tahu, segera urus perceraian kalian!" Bentak Damara.

"Dan kamu ... jangan berharap untuk kembali dengan putraku!" Unjuk Damara tepat di hadapan wajah Elara.

Elara menghela nafas pelan, "Saya datang kesini untuk bekerja, tak pernah sedikit pun saya berharap untuk kembali dengan putra anda. Katakan padanya, untuk segera mengurus perceraian kami. Karena anda ibunya, saya berharap dia lebih mendengarkan anda di banding saya. Permisi,"

Damara membulatkan matanya, ia tak menyangka jika Elara akan berani mengatakan hal itu padanya. Arion yang mendengar perkataan Elara menghela nafas kasar. Pria itu berjalan menghampiri kursinya dan mendudukinya.

"Ar, kamu dengar? Cepat ceraikan dia! Dari awal, Mama tidak setuju Papamu menjodohkan mu dengan putri temannya itu. Lihat, dia tidak becus menjadi istri dan ibu!" Sentak Damara.

"Aku tidak akan menceraikannya!" Seru Arion dengan tatapan tajam.

"Ar, tapi dia ...,"

"Ini kehidupanku, rumah tanggaku, perasaanku! Aku memilih untuk tidak melepas Elara dan menolak perjodohan dengan Dahlia. Terserah mama ingin marah, atau menganggapku b0d0h. Tapi kenyataannya aku tidak bisa melihat Elara bahagia bersama yang lain!" Ujar Arion tak terbantahkan.

Damara sampai tak bisa berkata-kata, ia tidak mengerti apa yang ada di dalam pikirannya putra tunggalnya itu. Dengan kesal, Damara beranjak pergi, meninggalkan Arion yang mengusap wajahnya dengan kasar.

Saat melewati meja Elara, Damara melengos sinis. Elara yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya pelan. Memang, sejak awal menikah Damara yang paling terlihat tidak suka dengannya. Namun, walau tak suka. Damara tak pernah membentaknya seperti tadi. Elara memaklumi, jika Damara mungkin merasa kecewa padanya.

"Judes banget yah, beda sama suaminya." Bisik Henri yang entah kalan sudah berdiri di sisi Elara.

"Jangan gosip, aku masih sibuk." Omel Elara yang kesal.

"Dih, gak asik lah!"

___

Terpopuler

Comments

choky_chiko_r

choky_chiko_r

seneng banget klau baca..cewek kuat..dan lucu²..apalagi anak yg cadel..gemes..mksh kak

2025-03-13

1

Yuyu sri Rahayu

Yuyu sri Rahayu

apa sich sebenarnya yg buat elara pergi meninggalkan suami dan anaknya

2024-11-22

0

Alan Banghadi

Alan Banghadi

Ini mertua kasar banget sih,ngak tau aja apa yg Elara alami

2025-01-16

0

lihat semua
Episodes
1 Luka yang tak berdarah
2 Keadaan yang sebenarnya
3 Waktu yang berlalu, luka yang masih ada
4 Om ganteng!
5 Aroma parfum yang tak asing
6 Bekas operasi di perut Elara
7 Kepulangan Elara
8 Bertemu kembali
9 Ego yang saling berperang
10 Om ganteng!
11 Siapa yang harus di salahkan?
12 Pertemuan Dahlia dan Elara
13 Situasi yang tak terduga
14 Kamu masih istriku!
15 Kebencian karena luka
16 Taman kota yang penuh kejutan
17 Tangisan Ervan
18 Cinta Dokter Agam
19 Kehadiran Damara
20 Hasil yang di harapkan
21 PAPA!
22 Dara adalah putri kandungku
23 Turunkan egomu!
24 Hal yang ingin ku dengar
25 Obat apa?
26 Pagi yang beda
27 Patah hati
28 Aku terima kebencian mereka
29 Dia masih istriku!
30 Nenek lampiiil!
31 Nasi goreng pertama Mama
32 Perlawanan Elara
33 Mulai mencari tahu
34 Mama, ayo pulang
35 Perdebatan dua jomblo
36 Alasan kepergianmu
37 Hancurnya hati seorang ibu
38 Kita lalui bersama
39 Hari ibu
40 Album biru
41 Ketakutan Ervan
42 Tugas seorang kakak
43 Cemburunya Arion
44 Aku cemburu!
45 Hiii Abaaaang!
46 Perhatian Mama
47 Sikap manis Arion
48 Aku sangat mencintainya~
49 Tuan dan Nyonya besar Zefrano
50 Teman baru Dara
51 Terkaman Mora
52 Kumpul keluarga
53 Keluarga impian
54 Gagal lagi, gagal lagi
55 Pencegah kehamilan
56 Hanya masa lalu
57 Rebutan dua bocah
58 Membangun ingatan indah bersamamu~
59 Baju jaring
60 Tenanglah sayang!
61 Damara yang mulai luluh
62 Butik Keiko
63 Di balik kejudesan Damara
64 Perdebatan panas
65 Selalu ada untuk nya ~
66 Kebahagiaan yang di impikan
67 Pemilik mata indah
68 Seharusnya aku tidak bercerita
69 Jaling batagol
70 Pembelaan mama mertua
71 Ikan Koi Kakek
72 Kue untuk Mama
73 EAR, gabungan nama kita
74 Kejailan Remos
75 Mencoba membujuk si kecil
76 Tindakan cepat seorang ayah
77 Dia pasti bahagia bersamaku
78 Keanehan Elara
79 Dua orang patah hati yang saling bertemu
80 Kaos kaki hijau pilihan Mama
81 Dua bocil, dengan kehebohannya
82 Manusia paling bawel!
83 Aku bisa kelepasan denganmu!
84 Jajaaaan!
85 lolos satu?
86 Hamil?
87 Garis dua yang samar
88 Kehamilan Elara
89 Sikap bijak Ervan
90 Hari pertama sekolah
91 Buang aja adeknya, ganti balu!
92 Pasar malam
93 Rujak pedas
94 Aku mencintai mu dan dia
95 Tentang Asisten Henri
96 Gara-gara kecoa
97 Kita nikah yuk!
98 Aku tahu bagaimana Henri
99 Izin sama bumil
100 Aku akan menjemputnya!
101 Efek Hamil muda
102 Keadaan yang memanas
103 Semakin lemah
104 Isi wasiat
105 Pulang bertemu istri~
106 Gak usah mandi!
107 Lampu hijau?
108 Ooo Aliooon!
109 Saran Arion
110 Cepeda balu atau batagol?
111 Persiapan menyambut kelahiran baby
112 Bidadari cantikku
113 Kalau bica dua, kenapa catu?
114 Kotak apa itu?
115 Ael ijoooo!
116 Kupu-kupu hitam
117 Keadaan yang tak terduga
118 Titik terendah Arion
119 Kemungkinan untuk bertahan
120 Berjuanglah sayang~
121 Kejutan yang kamu maksud
122 Kapan programnya Kei?
123 Janji Mama
124 Kemajuan?
125 Mimpi Dara
126 Dalang dari pembebasan Edwin
127 Menjatuhkan Remos
128 Saat yang di tunggu
129 Kehilangan mu akan jauh lebih menyakitkan
130 Kembali kumpul bersama
131 Keinginan Dara
132 Pangelan Dalaaa
133 Bumiil heboh datang!
134 Terima kasih sayang
135 Dramaa tiga anak
136 Terima kasih cinta
137 Pertemuan yang tak di rencanakan
138 Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
139 Tidak akan lagi melepaskanmu~
140 Tok Tok, lewat bentar
141 Karya baru
142 Bonchap
143 Bonchap
144 Bonchap
145 Bonchap
146 UNDANGAN!
147 Cinta Yang Kamu Pilih~
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Luka yang tak berdarah
2
Keadaan yang sebenarnya
3
Waktu yang berlalu, luka yang masih ada
4
Om ganteng!
5
Aroma parfum yang tak asing
6
Bekas operasi di perut Elara
7
Kepulangan Elara
8
Bertemu kembali
9
Ego yang saling berperang
10
Om ganteng!
11
Siapa yang harus di salahkan?
12
Pertemuan Dahlia dan Elara
13
Situasi yang tak terduga
14
Kamu masih istriku!
15
Kebencian karena luka
16
Taman kota yang penuh kejutan
17
Tangisan Ervan
18
Cinta Dokter Agam
19
Kehadiran Damara
20
Hasil yang di harapkan
21
PAPA!
22
Dara adalah putri kandungku
23
Turunkan egomu!
24
Hal yang ingin ku dengar
25
Obat apa?
26
Pagi yang beda
27
Patah hati
28
Aku terima kebencian mereka
29
Dia masih istriku!
30
Nenek lampiiil!
31
Nasi goreng pertama Mama
32
Perlawanan Elara
33
Mulai mencari tahu
34
Mama, ayo pulang
35
Perdebatan dua jomblo
36
Alasan kepergianmu
37
Hancurnya hati seorang ibu
38
Kita lalui bersama
39
Hari ibu
40
Album biru
41
Ketakutan Ervan
42
Tugas seorang kakak
43
Cemburunya Arion
44
Aku cemburu!
45
Hiii Abaaaang!
46
Perhatian Mama
47
Sikap manis Arion
48
Aku sangat mencintainya~
49
Tuan dan Nyonya besar Zefrano
50
Teman baru Dara
51
Terkaman Mora
52
Kumpul keluarga
53
Keluarga impian
54
Gagal lagi, gagal lagi
55
Pencegah kehamilan
56
Hanya masa lalu
57
Rebutan dua bocah
58
Membangun ingatan indah bersamamu~
59
Baju jaring
60
Tenanglah sayang!
61
Damara yang mulai luluh
62
Butik Keiko
63
Di balik kejudesan Damara
64
Perdebatan panas
65
Selalu ada untuk nya ~
66
Kebahagiaan yang di impikan
67
Pemilik mata indah
68
Seharusnya aku tidak bercerita
69
Jaling batagol
70
Pembelaan mama mertua
71
Ikan Koi Kakek
72
Kue untuk Mama
73
EAR, gabungan nama kita
74
Kejailan Remos
75
Mencoba membujuk si kecil
76
Tindakan cepat seorang ayah
77
Dia pasti bahagia bersamaku
78
Keanehan Elara
79
Dua orang patah hati yang saling bertemu
80
Kaos kaki hijau pilihan Mama
81
Dua bocil, dengan kehebohannya
82
Manusia paling bawel!
83
Aku bisa kelepasan denganmu!
84
Jajaaaan!
85
lolos satu?
86
Hamil?
87
Garis dua yang samar
88
Kehamilan Elara
89
Sikap bijak Ervan
90
Hari pertama sekolah
91
Buang aja adeknya, ganti balu!
92
Pasar malam
93
Rujak pedas
94
Aku mencintai mu dan dia
95
Tentang Asisten Henri
96
Gara-gara kecoa
97
Kita nikah yuk!
98
Aku tahu bagaimana Henri
99
Izin sama bumil
100
Aku akan menjemputnya!
101
Efek Hamil muda
102
Keadaan yang memanas
103
Semakin lemah
104
Isi wasiat
105
Pulang bertemu istri~
106
Gak usah mandi!
107
Lampu hijau?
108
Ooo Aliooon!
109
Saran Arion
110
Cepeda balu atau batagol?
111
Persiapan menyambut kelahiran baby
112
Bidadari cantikku
113
Kalau bica dua, kenapa catu?
114
Kotak apa itu?
115
Ael ijoooo!
116
Kupu-kupu hitam
117
Keadaan yang tak terduga
118
Titik terendah Arion
119
Kemungkinan untuk bertahan
120
Berjuanglah sayang~
121
Kejutan yang kamu maksud
122
Kapan programnya Kei?
123
Janji Mama
124
Kemajuan?
125
Mimpi Dara
126
Dalang dari pembebasan Edwin
127
Menjatuhkan Remos
128
Saat yang di tunggu
129
Kehilangan mu akan jauh lebih menyakitkan
130
Kembali kumpul bersama
131
Keinginan Dara
132
Pangelan Dalaaa
133
Bumiil heboh datang!
134
Terima kasih sayang
135
Dramaa tiga anak
136
Terima kasih cinta
137
Pertemuan yang tak di rencanakan
138
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
139
Tidak akan lagi melepaskanmu~
140
Tok Tok, lewat bentar
141
Karya baru
142
Bonchap
143
Bonchap
144
Bonchap
145
Bonchap
146
UNDANGAN!
147
Cinta Yang Kamu Pilih~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!