Ervan berlari menjauh, meninggalkan Elara yang masih terdiam di tempat dengan raut wajah kagetnya. Jika anak itu berlari, sudah pasti itu adalah putranya. Mendadak, hati Elara tercubit sakit. Melihat putranya yang justru menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Persis, seperti apa yang Arion katakan padanya. Jika putra mereka, membencinya.
"Mama, kok abang lali?" Tanya Dara.
"Ehm mungkin abang ada urusan, kita pulang yah. Sudah siang," ujar Elara yang kembali fokus pada putrinya.
Dara mengangguk, ia membiarkan Elara meraihnya dalam gendongannya. "Tapi Dala mau balon bunga itu," ujar Dara.
"Iya, kita beli yah habis itu pulang." Sahut Elara dan membawanya pergi membeli balon. Namun, sesekali Elara melihat ke belakang berharap ia dapat kembali melihat putranya. Sayangnya, Ervan benar-benar pergi tak ingin bertemu dengannya.
Tak Elara ketahui, Ervan masih ada di sana. Ia bersembunyi di balik pohon besar dan menatap sang mama dengan tatapan tajam. Jantungnya berdegup kencang, emosinya membara. Ia melihat bagaimana sang Mama memperlakukan gadis kecil di gendongannya dengan begitu lembut. Bahkan, keduanya tersenyum tanpa tahu jika ada sosok yang terluka di balik kebahagiaan mereka.
Tanpa mengatakan apapun, Ervan beranjak pergi. Meninggalkan taman kota yang penuh dengan kejutan yang membuatnya sakit. Ervan menangkap, alasan Elara meninggalkannya karena ia sudah memiliki keluarga yang baru. "Pantas Mama tidak pernah mencariku, dia sudah memiliki keluarga baru." Gumam Ervan dan tersenyum perih.
Sementara itu, Arion sedang bertemu dengan temannya yang berprofesi sebagai dokter. Ia memberikan helaian rambut milik Dara dan juga miliknya. Pria itu ingin memastikan, apakah kecurigaan asistennya benar adanya. Jika Dara bukanlah putrinya, Arion akan merasa sangat kecewa.
"Ini rambut siapa? Kamu punya anak sama cewek mana lagi Ar selain sama Elara?" Tanya Dokter tampan itu seraya mendelik sinis.
"Lakukan aja apa yang aku minta Ghi," ujar Arion dengan tatapan kesal.
"Oke oke, santai aja sih. Heran, jangan sering marah-marah. Nanti cepat tua," ujar Ghio.
Arion memutar bola matanya malas, ia membiarkan Ghio memperhatikan kedua plastik yang berisikan rambut. Karena tak ada yang di perlukan lagi, Arion memutuskan untuk pulang.
"Cepet banget, gak mau ngobrol dulu? Tanya-tanya gitu ada janda kembang gak disini? Kali aja nemu, gak bosen menduda bertahun-tahun? Awas loh, keburu karatan nanti." Sindir Dokter Ghio saat melihat Arion akan membuka pintu ruangannya.
"Pikirkan dirimu sendiri saja yang sampai saat ini belum menikah. satu lagi, aku bukan duda." Arion beranjak pergi, meninggalkan Ghio yang melongo di buatnya.
"Aneh! Masih gak terima kalau dia udah duda? Hais, sebenarnya ini rambut siapa?" Gumam Ghio dengan tatapan heran.
Arion kembali ke rumahnya, ia berniat ingin langsung beristirahat di kamar. Namun, Damara tiba-tiba datang dan menghalangi langkahnya. Raut wajah wanita paruh baya itu terlihat panik. Tentunya, Arion jadi merasa khawatir.
"Kamu lihat putramu dulu, tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamarnya dan mengunci diri di dalam. Mama takut dia kenapa-napa Ar, tolong suruh dia keluar!" Seru Damara. Sangking sayangnya dia dengan Ervan, wanita paruh baya itu berpikir jika Ervan akan melakukan hal yang berbahaya untuk dirinya.
Arion mengerutkan keningnya dalam, ia pun menggulung lengan kemejanya seraya berjalan menuju kamar putranya. Setibanya di depan kamar Ervan, Arion langsung mengetuk pintu kamar anak itu dengan pelan.
Tok!
Tok!
"Ervan, ini Papa. Biarkan Papa masuk, Papa ingin bicara denganmu." Bujuk Arion, tetapi tak ada sahutan dari dalam.
Damara sudah khawatir, "Kan, dia gak mau keluar. Papa mu juga lagi main golf sama teman-temannya, jadi Mama gak bisa apa-apa tadi."
Arion menghela nafas pelan, ia pun memanggil pembantu rumahnya dan meminta kunci cadangan. Tak lama, pembantunya kembali datang dan menyerahkan kunci cadangan kamar Ervan. Sangking paniknya, Damara tidak kepikiran kunci cadangan itu.
Cklek!
Untungnya pintu terbuka, sepertinya Ervan melepaskan kunci kamarnya. Jadi, Arion bisa dengan mudah membuka kamar itu dengan kunci cadangan. Terlihat, Ervan tidur di atas ranjang seraya membelakangi pintu. Anak itu menyelimuti tubuhnya hingga sebatas leher dan menatap jendela kamarnya yang tertutup gorden.
"Ma, biar aku yang bicara dengan Ervan." Pinta Arion pada Damara.
"Iya, Mama akan buatin Ervan makan siang. Tolong, bujuk dia." Ujar Damara.
Arion mengangguk, ia lalu menutup kembali pintu kamar Ervan sebelum menghampiri anak itu. Perlahan, Arion mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang Ervan. Kemudian, ia menepuk kaki Ervan yang tertutup selimut. Ia bisa melihat jika Ervan tidak tidur, anak itu justru menatap kosong ke depan dengan matanya yang terlihat merah berkaca-kaca.
"Apa temanmu meledek mu lagi?" Tanya Arion dengan lembut.
Ervan masih tak menjawab, tetapi tak membuat Arion menyerah. "Papa akan datang ke sekolahmu dan meminta gurumu untuk mengeluarkan teman-teman mu yang sudah meledekmu itu " ujar Arion dan berniat akan beranjak dari duduknya.
"Kenapa Papa tidak bilang jika mama sudah punya keluarga baru?" Pertanyaan Ervan membuat Arion mengurungkan niatnya untuk beranjak dari sana. Pria itu menoleh pada putranya dengan memasang raut wajah yang terlihat bingung.
"Maksudnya?" Heran Arion, dia benar-benar tak mengerti apa yang putranya katakan.
Ervan beranjak duduk, ia memeluk lututnya dan menatap Arion dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. "Tadi aku ke taman kota, di sana aku bertemu dengan mama dan juga putrinya. Kenapa Papa tidak katakan saja padaku jika Mama sudah memiliki keluarga baru. Dia pergi karena dia bahagia bersama dengan keluarga barunya. Aku melihat Mama begitu lembut pada anak perempuan itu, hal yang dulu tidak pernah aku dapatkan."
Arion menarik nafas dalam, tiba-tiba d4d4nya terasa sangat sesak. Bagaimana bisa putranya bertemu dengan Elara dan juga Dara? Sungguh, kejadian ini di luar perkiraannya. Padahal, sebelum ini mereka tak pernah bertemu. Apalagi, jarak rumah Elara dan rumahnya sangat jauh. Mereka bertemu justru di taman kota. Sungguh, Arion tak mengira hal ini terjadi. Seolah, semesta tengah kembali mempertemukan mereka dalam situasi yang rumit.
"Dengan lembut mama memeluk anak itu, dia panik saat putrinya itu hilang. Aku melihat senyum dari bibirnya setelah ia kembali bertemu dengan putrinya. Sedangkan aku? Saat itu mama gak ada rasa kasihan sedikit pun padaku Pa! Dia bahkan meninggalkanku dan memilih bersama keluarga barunya. Aku benci Mama Pa, aku sangat membencinya " Air mata Ervan luruh, ia tak sanggup menahan tangisnya
"Ervan, semuanya tidak seperti yang kamu pikirkan. Mama pergi, dan ada alasan yang tidak kita ketahui. Papa sedang mencari tahu sesuatu, Papa harap kamu bersabar." Ujar Arion seraya mengelus lembut kepala putranya
Ervan menepis tangan Arion, anak itu membuang pandangannya ke samping enggan menatap sang papa. "Jika Mama bahagia bersama keluarga barunya, kita juga harusnya bisa bahagia bersama keluarga baru kita. Kenapa papa tidak menikah saja dengan Tante Dahlia? Dia baik, dan sayang padaku. Tidak seperti Mama yang membuang anaknya." perkataan Ervan membuat Arion terkejut bukan main.
Cklek!
"Mama setuju! Benar yang Ervan katakan, tak ada salahnya kamu memiliki keluarga baru." Sahut Damara yang sepertinya mengu.ping pembicaraan mereka.
Kepala Arion rasanya mau pecah, ia di tuntut untuk memilih antara kemauan keluarga dan juga hatinya. "Bukan hanya Elara, kalian juga begitu egois. Dan kamu Ervan, jangan karena Tante Dahlia memanjakan mu membuat kamu lupa siapa yang melahirkan mu!" Setelah mengatakan itu, Arion beranjak pergi. Meninggalkan Ervan yang memandang kepergian sang papa dengan tatapan sendu.
"Jangan di dengarkan apa yang papamu katakan. Benar, kamu harus memiliki keluarga baru yang lengkap! Mamamu bisa bahagia bersama keluarga barunya, kenapa kamu enggak?" Ujar Damara yang memanas-manasi cucunya.
__
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Alistalita
Kak Author karena kemarin gak up, jadi hari ini wajib Up enam bab ya😂✌
Bagus Arion aku suka ketegasanmu.
Dan sampai part ini bisa dipahami kompor meleduk dikeluarga Ervan adalah ibunya.
Aku rasa penyebab Elara pergi adalah ibunya Ervan ya, sepertinya Ayah Ervan dan Ayahnya Elara yang setuju mereka menikah tapi tidak dengan ibu damara.
Dan setiap kematian keluarga Elara, Ibu Damara selalu kompor dan membuat mental Elara semakin drop.
Dan sekarang malah menjodohkan Arion denga Dahlia, dengan menekan Ervan sebagai provokasinya. beruntungnya Cinta Arion pada Elara kuat tidak goyah sama sekali...
Setelah hasil tes Dna keluar, pasti Arion akan menjerat Elara tinggal bersamanya lagi. tapi dia harus kuat dengan kebencian Ervan.. hadehhh ibu dahlia kompor meleduk atau demi kebaikan Ari, kalau demi kebaikan masa menanamkan kebencian pada Ervan tentang ibunya..
2024-09-14
38
Cicih Sophiana
Ervan jgn dengerkan oma kamu dan tante yg so baik itu yah... mereka menjerumuskan kamu agar kamu membenci mama kamu... yg kelihatan nya baik blm tentu hati nya jg kan....
2024-11-11
1
Yus Nita
ini modelan emak yg perlu di kasih Sianida, terlalu maksa kan k e hendak ny.
tanaman tau perasaan dan ke inginkan anak ny
2025-01-07
0