Om ganteng!

Elara meraih gagang pintu dan mencengkram nya dengan kuat, air mata wanita itu menggenang di pelupuk matanya. Hati kecilnya bertanya, bagaimana putranya saat ini? Tapi ia yakin, putranya tumbuh dengan baik di keluarga Arion.

"Dia membenci mama nya." Perkataan Arion membuat tubuh Elara menegang, wanita itu berbalik dan menatap Arion yang menatapnya dengan seringai di bibirnya.

"Kepergianmu, membuat putramu membencimu. Saat itu aku sudah berikan padamu pilihan, dan kamu tetap ingin pergi. Kamu mengorbankan perasaan putramu demi selingkuhanmu. Miris sekali," ujar Arion yang mana membuat Elara tak sanggup mendengarnya. Ia pun berbalik dan keluar dari ruangan Arion tanpa menjelaskan apapun. Meninggalkan pria itu yang menatap kepergiannya dengan tatapan tajam.

Elara mengusap air matanya, ia tak sengaja menabrak rekan kerjanya yang kebetulan lewat di sisinya. Melihat Elara yang sepertinya sedang menangis, temannya itu langsung mengusap lengannya. "Ada apa? Apa CEO memecat mu?" Tanya rekan kerjanya itu.

"Bukan, bukan karena itu. Mataku kelilipan tadi, jadi berair." Ujar Elara seraya mengibas matanya yang berair.

"Oh gitu, aku pikir kamu menangis karena di pecat. Selain tampan dia terkenal keras, jadi hati-hati saja." Bisik rekan kerjanya itu.

"Yasudah, kalau begitu aku pergi dulu." Wanita yang menjadi rekan kerja Elara beranjak pergi dari sana, meninggalkan Elara yang menghela nafas pelan.

"Selingkuh? Bahkan aku sampai tak pernah kepikiran untuk menikah lagi." Gumam Elara yang terheran dengan perkataan Arion.

.

.

.

Di sekolah, Dara masih bermain di kelasnya. Gurunya baru saja memberikan tugas untuk melipat origami. Dengan senang hati Dara melipat kertas origami berwarna merah dan menyatukannya dengan kertas origami berwana biru. Senyumnya merekah, ia melihat hasil lipatannya.

"Bialpun bentukna aneh, tapi Dala buatna cepenuh hati jiwa dan laga. Cepelti kata Onty Kei, bahagia aku bila belcamamu cenang hatiku bila caldoku penuh!" Celoteh Dara

"Dara, minta origaminya satu boleh? Punyaku kurang satu," ujar seorang anak laki-laki bertubuh kurus.

Dara memandang teman kelasnya itu dengan alisnya yang menukik tajam, "Kok Dala nda kenal citu yah?" Heran Dara, ia tak mengingat teman sekelasnya itu.

"Aku duduk di belakang, origami kamu kan banyak. Jadi, aku minta." Ujar anak itu seraya menadahkan tangannya.

Dara menoleh ke meja temannya itu, ia melihat banyaknya kertas origami yang sudah di buat pesawat. Sepertinya, temannya itu sudah menghabiskan satu pack kertas origami.

"Dala nda mau, kita kan nda kenal." Ujar Dara yang mempertahankan kertas origaminya.

"Yaudah kenalan, aku Yudha." Sahut anak itu seraya mengulurkan tangannya.

Dara menatap tangan teman kelasnya itu dengan tatapan bingung. "Dala gampang lupa olangna. Kata Mama, kalau lambutna Dala lepac pacang pacti lupa nalonya dimana. Jadi, Dala celalu lupa citu." Celotehan Dara membuat anak bernama Yudha itu melongo.

"Yaudah, gimana caranya biar kamu ingat aku." Ujar Yudha dengan tatapan serius.

Dara mengerutkan keningnya, ia menunjuk pipi gembulnya seraya menatap langit-langit kelasnya. Seolah, anak itu tengah berpikir keras saat ini. Yudha menunggu dengan helaan nafas berat, hanya demi satu kertas origami ia harus menunggu temannya itu berpikir keras.

"Kata Onty Kei, calanya bial olang ingat kita itu ... pinjam dulu cini celatus." Seru Dara seraya menadahkan tangannya.

"Heh! Mana ada begitu! Sudahlah, aku minta ke yang lain aja. Dasar pelit!" Ketus Yudha dan berlalu pergi dari meja Dara.

"Dih, yaudah kalau nda mau. Di kila dia beli keltas ini pake daon? Aneh jadi olang." Gerutu Dara dan kembali merapihkan kertas origaminya dengan senyum mengembang.

Jam pulang sekolah pun tiba, Dara keluar dari kelasnya dan menunggu tante kesayangan datang menjemputnya. Saat tengah menunggu, Dara melihat sebuah mobil tak asing di matanya terhenti di sisinya.

"Laca kenal ini mobil, tapi bukan mobilna om doktel baik ini." Gumam Dara.

Tak lama, seorang pria turun dari sana. Ia menghampiri Dara dengan senyuman mengembang. Melihat itu, Dara memekik senang. "Om ganteng! Om ganteng!" Seru Dara saat melihat Arion datang menghampirinya.

"Belum di jemput? Om tak sengaja lewat dan melihatmu berdiri di depan gerbang sekolah." Ujar Arion seraya berlutut di hadapan Dara agar menyesuaikan tingginya dengan gadis kecil itu.

"Belum, Mama Dala lagi kelja. Belum jemput, Om nda kelja? Nanti nda ada uangna, nda banyak pacalna loh!" Seru Dara dengan mata membulat menggemaskan.

Arion tertawa kecil, ia mengusap lembut kepala Dara dan menatapnya dengan dalam. Saat di kantor, ia sedang emosi. mengingat tentang Dara, pria itu memutuskan untuk mampir di sekolah Dara. Siapa tahu, anak itu belum di jemput. Benar saja, ia melihat kehadiran Dara yang berdiri di depan gerbang menunggu jemputan.

"Om udah nikah, jadi gak perlu pacar." Ujar Arion dengan senyuman tipis.

"Oooh ictlina catu apa lima?" Pertanyaan polos Dara lagi-lagi membuat Arion tertawa.

"Satu,"

"Waaaah, catu doang? Ictli om cantik yah? Baik juga nda? Om ganteng kali, ictli om cantik nda? Kalau nda, cama Mama na Dala aja. Mama Dala cantik kaliii loh!" Pekik Dara dengan semangat.

Arion tertawa sebentar, ia meraih tangan Dara dan mengusapnya dengan lembut. Matanya menatap lekat mata Dara yang mirip dengan seseorang. Yah, Arion merasa mata Dara mirip sekali dengan Elara. Bahkan, saat gadis kecil itu menatapnya, selalu mengingatkan Arion dengan istrinya.

"Cantik, cantik sekali. Kalau baik, nanti Om pikir-pikir lagi yah."

"Kok gitu? Ngapain pikil-pikil, belaaaat. Mending makan belat, bial tidul enak." Heran Dara yang lagi-lagi membuat Arion tertawa.

Derrt!

Derrt!

Ponsel Arion berdering, ia meraih ponselnya dari saku jasnya dan melihat siapa yang menelponnya. Tanpa butuh waktu lama, Arion segera mengangkat panggilan itu dan mendekatkan ponselnya di telinganya.

"Hem, aku akan segera pulang." Arion memutuskan sambungan telpon itu, lalu ia meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya. Tatapannya kembali fokus pada Dara yang menatapnya dengan tatapan polos seraya memiringkan kepalanya.

"Om nih milip ciapa yah, Dala nda acing tapi lupa. Dala aja celalu lupa kalau Dala udah makan, apalagi inget muka olang. Nanti lah, Dala inget-inget dulu." Ujar Dara dengan tatapannya yang menggemaskan.

Arion tersenyum, ia menepuk pelan kepala Dara sebelum beranjak berdiri. "Om harus pulang, kapan-kapan kita bertemu lagi." Pamit Arion. Ia lalu mengambil selembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya dan menyerahkannya pada Dara.

"Buat jajan." Tanpa menolaknya, Dara langsung meraih uang itu dengan senyuman mengembang.

"Ih, Om baik kaliii! Makin ganteng lah om ini," ujar Dara dengan tatapan matanya yang tak lepas dari uang merah di tangannya.

"Kalau begitu, Om pulang dulu." Arion berbalik masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan Dara yang masih menatap uang merah pemberian Arion.

"Dara! Maaf-Maaf, Aunty telat jemput." Keiko baru saja datang, ia langsung menggenggam tangan kanan anak sahabatnya itu.

"Nda papa, Dala nda malah cekalang " Gumam Dara dengan tersenyum lebar dan mengikuti kemana Keiko membawanya pergi.

Sementara itu di mobil, Arion belum melajukan mobilnya pergi. Dari balik jendela mobilnya, ia dapat melihat interaksi Keiko dan juga Dara. Pria itu terkejut dengan kehadiran Keiko yang datang menjemput Dara. Tentunya, Arion mengenali Keiko, sahabat istrinya. Setelah istrinya memutuskan untuk pergi, sejak itu juga Arion tak pernah melihat Keiko.

"Jadi, Dara putri nya Keiko?" Gumam Arion yang mengira jika Keiko adalah ibu dari Dara.

___

Akhirnyaaaa bisa muncul lagi😫😫

Terpopuler

Comments

Alistalita

Alistalita

Kok bisa Ervan langsung benci, kenapa? apa karena kamu yang sudah menanamkan kebencian pada Ervan.
Sedangkan anak sebenci apapun kalau diberi pengertian gak bakal seperti itu.
Aku yakin Elara mengenalkan Arion pada Dara dengan baik, malah Elara bilang ayahnya sedang kerja.
Dulu karena amarah kamu juga mengambil keputusan salah, membuat Ervan membiarkan membenci ibunya.
Miris sekali Ara, padahal Ervan punya Nenek dan kakek kok bisa gak ngasih penjelasan yang membuat Ervan luluh.

Dan sepertinya Dahlia yang membantu merawat Ervan, tapi kenapa Arion tidak merasa tersentuh apalagi ingin menikahinya? kalau kalian tahu alasan Elara pergi pasti menyesal, Dia depresi berat Arion dan keluarganya tidak peka sama sekali.
Benci saja ibu yang melahirkanmu, tapi
ingat Ervan ibumu Elara adalah orang yang melahirkanmu bukan orang lain..

2024-09-12

39

Rosavioleta`

Rosavioleta`

curiga authornya org medan wkwk

2024-11-13

0

wezhi

wezhi

orang medan nih yg buat ceritanya

2024-12-04

0

lihat semua
Episodes
1 Luka yang tak berdarah
2 Keadaan yang sebenarnya
3 Waktu yang berlalu, luka yang masih ada
4 Om ganteng!
5 Aroma parfum yang tak asing
6 Bekas operasi di perut Elara
7 Kepulangan Elara
8 Bertemu kembali
9 Ego yang saling berperang
10 Om ganteng!
11 Siapa yang harus di salahkan?
12 Pertemuan Dahlia dan Elara
13 Situasi yang tak terduga
14 Kamu masih istriku!
15 Kebencian karena luka
16 Taman kota yang penuh kejutan
17 Tangisan Ervan
18 Cinta Dokter Agam
19 Kehadiran Damara
20 Hasil yang di harapkan
21 PAPA!
22 Dara adalah putri kandungku
23 Turunkan egomu!
24 Hal yang ingin ku dengar
25 Obat apa?
26 Pagi yang beda
27 Patah hati
28 Aku terima kebencian mereka
29 Dia masih istriku!
30 Nenek lampiiil!
31 Nasi goreng pertama Mama
32 Perlawanan Elara
33 Mulai mencari tahu
34 Mama, ayo pulang
35 Perdebatan dua jomblo
36 Alasan kepergianmu
37 Hancurnya hati seorang ibu
38 Kita lalui bersama
39 Hari ibu
40 Album biru
41 Ketakutan Ervan
42 Tugas seorang kakak
43 Cemburunya Arion
44 Aku cemburu!
45 Hiii Abaaaang!
46 Perhatian Mama
47 Sikap manis Arion
48 Aku sangat mencintainya~
49 Tuan dan Nyonya besar Zefrano
50 Teman baru Dara
51 Terkaman Mora
52 Kumpul keluarga
53 Keluarga impian
54 Gagal lagi, gagal lagi
55 Pencegah kehamilan
56 Hanya masa lalu
57 Rebutan dua bocah
58 Membangun ingatan indah bersamamu~
59 Baju jaring
60 Tenanglah sayang!
61 Damara yang mulai luluh
62 Butik Keiko
63 Di balik kejudesan Damara
64 Perdebatan panas
65 Selalu ada untuk nya ~
66 Kebahagiaan yang di impikan
67 Pemilik mata indah
68 Seharusnya aku tidak bercerita
69 Jaling batagol
70 Pembelaan mama mertua
71 Ikan Koi Kakek
72 Kue untuk Mama
73 EAR, gabungan nama kita
74 Kejailan Remos
75 Mencoba membujuk si kecil
76 Tindakan cepat seorang ayah
77 Dia pasti bahagia bersamaku
78 Keanehan Elara
79 Dua orang patah hati yang saling bertemu
80 Kaos kaki hijau pilihan Mama
81 Dua bocil, dengan kehebohannya
82 Manusia paling bawel!
83 Aku bisa kelepasan denganmu!
84 Jajaaaan!
85 lolos satu?
86 Hamil?
87 Garis dua yang samar
88 Kehamilan Elara
89 Sikap bijak Ervan
90 Hari pertama sekolah
91 Buang aja adeknya, ganti balu!
92 Pasar malam
93 Rujak pedas
94 Aku mencintai mu dan dia
95 Tentang Asisten Henri
96 Gara-gara kecoa
97 Kita nikah yuk!
98 Aku tahu bagaimana Henri
99 Izin sama bumil
100 Aku akan menjemputnya!
101 Efek Hamil muda
102 Keadaan yang memanas
103 Semakin lemah
104 Isi wasiat
105 Pulang bertemu istri~
106 Gak usah mandi!
107 Lampu hijau?
108 Ooo Aliooon!
109 Saran Arion
110 Cepeda balu atau batagol?
111 Persiapan menyambut kelahiran baby
112 Bidadari cantikku
113 Kalau bica dua, kenapa catu?
114 Kotak apa itu?
115 Ael ijoooo!
116 Kupu-kupu hitam
117 Keadaan yang tak terduga
118 Titik terendah Arion
119 Kemungkinan untuk bertahan
120 Berjuanglah sayang~
121 Kejutan yang kamu maksud
122 Kapan programnya Kei?
123 Janji Mama
124 Kemajuan?
125 Mimpi Dara
126 Dalang dari pembebasan Edwin
127 Menjatuhkan Remos
128 Saat yang di tunggu
129 Kehilangan mu akan jauh lebih menyakitkan
130 Kembali kumpul bersama
131 Keinginan Dara
132 Pangelan Dalaaa
133 Bumiil heboh datang!
134 Terima kasih sayang
135 Dramaa tiga anak
136 Terima kasih cinta
137 Pertemuan yang tak di rencanakan
138 Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
139 Tidak akan lagi melepaskanmu~
140 Tok Tok, lewat bentar
141 Karya baru
142 Bonchap
143 Bonchap
144 Bonchap
145 Bonchap
146 UNDANGAN!
147 Cinta Yang Kamu Pilih~
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Luka yang tak berdarah
2
Keadaan yang sebenarnya
3
Waktu yang berlalu, luka yang masih ada
4
Om ganteng!
5
Aroma parfum yang tak asing
6
Bekas operasi di perut Elara
7
Kepulangan Elara
8
Bertemu kembali
9
Ego yang saling berperang
10
Om ganteng!
11
Siapa yang harus di salahkan?
12
Pertemuan Dahlia dan Elara
13
Situasi yang tak terduga
14
Kamu masih istriku!
15
Kebencian karena luka
16
Taman kota yang penuh kejutan
17
Tangisan Ervan
18
Cinta Dokter Agam
19
Kehadiran Damara
20
Hasil yang di harapkan
21
PAPA!
22
Dara adalah putri kandungku
23
Turunkan egomu!
24
Hal yang ingin ku dengar
25
Obat apa?
26
Pagi yang beda
27
Patah hati
28
Aku terima kebencian mereka
29
Dia masih istriku!
30
Nenek lampiiil!
31
Nasi goreng pertama Mama
32
Perlawanan Elara
33
Mulai mencari tahu
34
Mama, ayo pulang
35
Perdebatan dua jomblo
36
Alasan kepergianmu
37
Hancurnya hati seorang ibu
38
Kita lalui bersama
39
Hari ibu
40
Album biru
41
Ketakutan Ervan
42
Tugas seorang kakak
43
Cemburunya Arion
44
Aku cemburu!
45
Hiii Abaaaang!
46
Perhatian Mama
47
Sikap manis Arion
48
Aku sangat mencintainya~
49
Tuan dan Nyonya besar Zefrano
50
Teman baru Dara
51
Terkaman Mora
52
Kumpul keluarga
53
Keluarga impian
54
Gagal lagi, gagal lagi
55
Pencegah kehamilan
56
Hanya masa lalu
57
Rebutan dua bocah
58
Membangun ingatan indah bersamamu~
59
Baju jaring
60
Tenanglah sayang!
61
Damara yang mulai luluh
62
Butik Keiko
63
Di balik kejudesan Damara
64
Perdebatan panas
65
Selalu ada untuk nya ~
66
Kebahagiaan yang di impikan
67
Pemilik mata indah
68
Seharusnya aku tidak bercerita
69
Jaling batagol
70
Pembelaan mama mertua
71
Ikan Koi Kakek
72
Kue untuk Mama
73
EAR, gabungan nama kita
74
Kejailan Remos
75
Mencoba membujuk si kecil
76
Tindakan cepat seorang ayah
77
Dia pasti bahagia bersamaku
78
Keanehan Elara
79
Dua orang patah hati yang saling bertemu
80
Kaos kaki hijau pilihan Mama
81
Dua bocil, dengan kehebohannya
82
Manusia paling bawel!
83
Aku bisa kelepasan denganmu!
84
Jajaaaan!
85
lolos satu?
86
Hamil?
87
Garis dua yang samar
88
Kehamilan Elara
89
Sikap bijak Ervan
90
Hari pertama sekolah
91
Buang aja adeknya, ganti balu!
92
Pasar malam
93
Rujak pedas
94
Aku mencintai mu dan dia
95
Tentang Asisten Henri
96
Gara-gara kecoa
97
Kita nikah yuk!
98
Aku tahu bagaimana Henri
99
Izin sama bumil
100
Aku akan menjemputnya!
101
Efek Hamil muda
102
Keadaan yang memanas
103
Semakin lemah
104
Isi wasiat
105
Pulang bertemu istri~
106
Gak usah mandi!
107
Lampu hijau?
108
Ooo Aliooon!
109
Saran Arion
110
Cepeda balu atau batagol?
111
Persiapan menyambut kelahiran baby
112
Bidadari cantikku
113
Kalau bica dua, kenapa catu?
114
Kotak apa itu?
115
Ael ijoooo!
116
Kupu-kupu hitam
117
Keadaan yang tak terduga
118
Titik terendah Arion
119
Kemungkinan untuk bertahan
120
Berjuanglah sayang~
121
Kejutan yang kamu maksud
122
Kapan programnya Kei?
123
Janji Mama
124
Kemajuan?
125
Mimpi Dara
126
Dalang dari pembebasan Edwin
127
Menjatuhkan Remos
128
Saat yang di tunggu
129
Kehilangan mu akan jauh lebih menyakitkan
130
Kembali kumpul bersama
131
Keinginan Dara
132
Pangelan Dalaaa
133
Bumiil heboh datang!
134
Terima kasih sayang
135
Dramaa tiga anak
136
Terima kasih cinta
137
Pertemuan yang tak di rencanakan
138
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
139
Tidak akan lagi melepaskanmu~
140
Tok Tok, lewat bentar
141
Karya baru
142
Bonchap
143
Bonchap
144
Bonchap
145
Bonchap
146
UNDANGAN!
147
Cinta Yang Kamu Pilih~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!