Elara meraih gagang pintu dan mencengkram nya dengan kuat, air mata wanita itu menggenang di pelupuk matanya. Hati kecilnya bertanya, bagaimana putranya saat ini? Tapi ia yakin, putranya tumbuh dengan baik di keluarga Arion.
"Dia membenci mama nya." Perkataan Arion membuat tubuh Elara menegang, wanita itu berbalik dan menatap Arion yang menatapnya dengan seringai di bibirnya.
"Kepergianmu, membuat putramu membencimu. Saat itu aku sudah berikan padamu pilihan, dan kamu tetap ingin pergi. Kamu mengorbankan perasaan putramu demi selingkuhanmu. Miris sekali," ujar Arion yang mana membuat Elara tak sanggup mendengarnya. Ia pun berbalik dan keluar dari ruangan Arion tanpa menjelaskan apapun. Meninggalkan pria itu yang menatap kepergiannya dengan tatapan tajam.
Elara mengusap air matanya, ia tak sengaja menabrak rekan kerjanya yang kebetulan lewat di sisinya. Melihat Elara yang sepertinya sedang menangis, temannya itu langsung mengusap lengannya. "Ada apa? Apa CEO memecat mu?" Tanya rekan kerjanya itu.
"Bukan, bukan karena itu. Mataku kelilipan tadi, jadi berair." Ujar Elara seraya mengibas matanya yang berair.
"Oh gitu, aku pikir kamu menangis karena di pecat. Selain tampan dia terkenal keras, jadi hati-hati saja." Bisik rekan kerjanya itu.
"Yasudah, kalau begitu aku pergi dulu." Wanita yang menjadi rekan kerja Elara beranjak pergi dari sana, meninggalkan Elara yang menghela nafas pelan.
"Selingkuh? Bahkan aku sampai tak pernah kepikiran untuk menikah lagi." Gumam Elara yang terheran dengan perkataan Arion.
.
.
.
Di sekolah, Dara masih bermain di kelasnya. Gurunya baru saja memberikan tugas untuk melipat origami. Dengan senang hati Dara melipat kertas origami berwarna merah dan menyatukannya dengan kertas origami berwana biru. Senyumnya merekah, ia melihat hasil lipatannya.
"Bialpun bentukna aneh, tapi Dala buatna cepenuh hati jiwa dan laga. Cepelti kata Onty Kei, bahagia aku bila belcamamu cenang hatiku bila caldoku penuh!" Celoteh Dara
"Dara, minta origaminya satu boleh? Punyaku kurang satu," ujar seorang anak laki-laki bertubuh kurus.
Dara memandang teman kelasnya itu dengan alisnya yang menukik tajam, "Kok Dala nda kenal citu yah?" Heran Dara, ia tak mengingat teman sekelasnya itu.
"Aku duduk di belakang, origami kamu kan banyak. Jadi, aku minta." Ujar anak itu seraya menadahkan tangannya.
Dara menoleh ke meja temannya itu, ia melihat banyaknya kertas origami yang sudah di buat pesawat. Sepertinya, temannya itu sudah menghabiskan satu pack kertas origami.
"Dala nda mau, kita kan nda kenal." Ujar Dara yang mempertahankan kertas origaminya.
"Yaudah kenalan, aku Yudha." Sahut anak itu seraya mengulurkan tangannya.
Dara menatap tangan teman kelasnya itu dengan tatapan bingung. "Dala gampang lupa olangna. Kata Mama, kalau lambutna Dala lepac pacang pacti lupa nalonya dimana. Jadi, Dala celalu lupa citu." Celotehan Dara membuat anak bernama Yudha itu melongo.
"Yaudah, gimana caranya biar kamu ingat aku." Ujar Yudha dengan tatapan serius.
Dara mengerutkan keningnya, ia menunjuk pipi gembulnya seraya menatap langit-langit kelasnya. Seolah, anak itu tengah berpikir keras saat ini. Yudha menunggu dengan helaan nafas berat, hanya demi satu kertas origami ia harus menunggu temannya itu berpikir keras.
"Kata Onty Kei, calanya bial olang ingat kita itu ... pinjam dulu cini celatus." Seru Dara seraya menadahkan tangannya.
"Heh! Mana ada begitu! Sudahlah, aku minta ke yang lain aja. Dasar pelit!" Ketus Yudha dan berlalu pergi dari meja Dara.
"Dih, yaudah kalau nda mau. Di kila dia beli keltas ini pake daon? Aneh jadi olang." Gerutu Dara dan kembali merapihkan kertas origaminya dengan senyum mengembang.
Jam pulang sekolah pun tiba, Dara keluar dari kelasnya dan menunggu tante kesayangan datang menjemputnya. Saat tengah menunggu, Dara melihat sebuah mobil tak asing di matanya terhenti di sisinya.
"Laca kenal ini mobil, tapi bukan mobilna om doktel baik ini." Gumam Dara.
Tak lama, seorang pria turun dari sana. Ia menghampiri Dara dengan senyuman mengembang. Melihat itu, Dara memekik senang. "Om ganteng! Om ganteng!" Seru Dara saat melihat Arion datang menghampirinya.
"Belum di jemput? Om tak sengaja lewat dan melihatmu berdiri di depan gerbang sekolah." Ujar Arion seraya berlutut di hadapan Dara agar menyesuaikan tingginya dengan gadis kecil itu.
"Belum, Mama Dala lagi kelja. Belum jemput, Om nda kelja? Nanti nda ada uangna, nda banyak pacalna loh!" Seru Dara dengan mata membulat menggemaskan.
Arion tertawa kecil, ia mengusap lembut kepala Dara dan menatapnya dengan dalam. Saat di kantor, ia sedang emosi. mengingat tentang Dara, pria itu memutuskan untuk mampir di sekolah Dara. Siapa tahu, anak itu belum di jemput. Benar saja, ia melihat kehadiran Dara yang berdiri di depan gerbang menunggu jemputan.
"Om udah nikah, jadi gak perlu pacar." Ujar Arion dengan senyuman tipis.
"Oooh ictlina catu apa lima?" Pertanyaan polos Dara lagi-lagi membuat Arion tertawa.
"Satu,"
"Waaaah, catu doang? Ictli om cantik yah? Baik juga nda? Om ganteng kali, ictli om cantik nda? Kalau nda, cama Mama na Dala aja. Mama Dala cantik kaliii loh!" Pekik Dara dengan semangat.
Arion tertawa sebentar, ia meraih tangan Dara dan mengusapnya dengan lembut. Matanya menatap lekat mata Dara yang mirip dengan seseorang. Yah, Arion merasa mata Dara mirip sekali dengan Elara. Bahkan, saat gadis kecil itu menatapnya, selalu mengingatkan Arion dengan istrinya.
"Cantik, cantik sekali. Kalau baik, nanti Om pikir-pikir lagi yah."
"Kok gitu? Ngapain pikil-pikil, belaaaat. Mending makan belat, bial tidul enak." Heran Dara yang lagi-lagi membuat Arion tertawa.
Derrt!
Derrt!
Ponsel Arion berdering, ia meraih ponselnya dari saku jasnya dan melihat siapa yang menelponnya. Tanpa butuh waktu lama, Arion segera mengangkat panggilan itu dan mendekatkan ponselnya di telinganya.
"Hem, aku akan segera pulang." Arion memutuskan sambungan telpon itu, lalu ia meletakkan kembali ponselnya ke dalam saku jasnya. Tatapannya kembali fokus pada Dara yang menatapnya dengan tatapan polos seraya memiringkan kepalanya.
"Om nih milip ciapa yah, Dala nda acing tapi lupa. Dala aja celalu lupa kalau Dala udah makan, apalagi inget muka olang. Nanti lah, Dala inget-inget dulu." Ujar Dara dengan tatapannya yang menggemaskan.
Arion tersenyum, ia menepuk pelan kepala Dara sebelum beranjak berdiri. "Om harus pulang, kapan-kapan kita bertemu lagi." Pamit Arion. Ia lalu mengambil selembar uang berwarna merah dari dalam dompetnya dan menyerahkannya pada Dara.
"Buat jajan." Tanpa menolaknya, Dara langsung meraih uang itu dengan senyuman mengembang.
"Ih, Om baik kaliii! Makin ganteng lah om ini," ujar Dara dengan tatapan matanya yang tak lepas dari uang merah di tangannya.
"Kalau begitu, Om pulang dulu." Arion berbalik masuk ke dalam mobilnya, meninggalkan Dara yang masih menatap uang merah pemberian Arion.
"Dara! Maaf-Maaf, Aunty telat jemput." Keiko baru saja datang, ia langsung menggenggam tangan kanan anak sahabatnya itu.
"Nda papa, Dala nda malah cekalang " Gumam Dara dengan tersenyum lebar dan mengikuti kemana Keiko membawanya pergi.
Sementara itu di mobil, Arion belum melajukan mobilnya pergi. Dari balik jendela mobilnya, ia dapat melihat interaksi Keiko dan juga Dara. Pria itu terkejut dengan kehadiran Keiko yang datang menjemput Dara. Tentunya, Arion mengenali Keiko, sahabat istrinya. Setelah istrinya memutuskan untuk pergi, sejak itu juga Arion tak pernah melihat Keiko.
"Jadi, Dara putri nya Keiko?" Gumam Arion yang mengira jika Keiko adalah ibu dari Dara.
___
Akhirnyaaaa bisa muncul lagi😫😫
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Alistalita
Kok bisa Ervan langsung benci, kenapa? apa karena kamu yang sudah menanamkan kebencian pada Ervan.
Sedangkan anak sebenci apapun kalau diberi pengertian gak bakal seperti itu.
Aku yakin Elara mengenalkan Arion pada Dara dengan baik, malah Elara bilang ayahnya sedang kerja.
Dulu karena amarah kamu juga mengambil keputusan salah, membuat Ervan membiarkan membenci ibunya.
Miris sekali Ara, padahal Ervan punya Nenek dan kakek kok bisa gak ngasih penjelasan yang membuat Ervan luluh.
Dan sepertinya Dahlia yang membantu merawat Ervan, tapi kenapa Arion tidak merasa tersentuh apalagi ingin menikahinya? kalau kalian tahu alasan Elara pergi pasti menyesal, Dia depresi berat Arion dan keluarganya tidak peka sama sekali.
Benci saja ibu yang melahirkanmu, tapi
ingat Ervan ibumu Elara adalah orang yang melahirkanmu bukan orang lain..
2024-09-12
39
Rosavioleta`
curiga authornya org medan wkwk
2024-11-13
0
wezhi
orang medan nih yg buat ceritanya
2024-12-04
0