Aroma parfum yang tak asing

Keiko memperhatikan Dara yang sedang bermain dengan kucing miliknya. Kucing itu tampak ketakutan melihat Dara, ia berlari menjauh dan terkadang melompat ketakutan. Melihat itu, Dara tak menyerah. Ia meraih kemoceng dan mengarahkannya pada kucing tersebut. Hal itu, tentu membuat Keiko panik.

"Jangan! Jangan!" Seru Keiko dengan panik. Ia lalu meraih kucingnya dan memasukannya ke dalam kandang. Tatapannya beralih menatap Dara yang menatap Keiko tak terima.

"Sudah bermainnya dengan si mochi, bulunya bisa ganggu pernafasanmu. Ayo sini, Aunty punya banyak jajan untuk mu." Ajak Keiko yang mana membuat Dara meletakkan kemoceng itu dan meraih tangan Keiko untuk ia genggam.

Dokter Agam masih ada di sana, ia duduk di sofa seraya memainkan ponselnya. Pria itu tampaknya tak ingin pulang, entah apa tujuan dia tetap berada disini. Namun, Keiko hanya bisa menebak jima Dokter Agam disini menunggu kedatangan Elara.

"Enak?" Tanya Keiko seraya menyuapkan brownies buatannya.

"Enak, tapi kulang gula lacanya." Jawab Dara dengan jujur.

"Sengaja, gula enggak baik untukmu. Nah, habiskan." Keiko menyerahkan kotak brownies itu pada Dara. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Dara melahap brownies buatan Keiko.

Keiko memutar kursinya menghadap pada Dokter Agam yang tetap menatap pada ponselnya. "Ngapain masih disini? Pulang sana." Usir Keiko.

Dokter Agam melirik sinis, "Kenapa? Gak suka? Lagian, disini saya gak makan makananmu kok." Desis Dokter Agam.

Keiko mengerjapkan matanya, "Maksud aku tuh, pulang sana! Ngapain disini lagi? Oh aku tahu, nungguin Elara kan?" Seru Keiko.

Dokter Agam mengangguk, "Tuh tahu, kenapa nanya?" Ujar Dokter Agam dengan santai

Keiko tertawa lepas, hal itu tentu membuat Dokter Agam mengerutkan keningnya bingung. Bukan hanya dokter Agam, Dara pun menatap mereka dengan pipinya yang menggembung karena terisi brownies. Ia menatap polos ke arah kedua orang di depannya itu.

"Astaga, kamu masih suka sama Elara? Hahaha, mana Elara nya gak peka-peka. Dok, cari wanita lain aja lah. Misal, suster di rumah sakit banyak yang cantik kan? Masih aja ngejar single mom." Ledek Keiko.

"Ck, per4wan tua seperti mu mana ngerti tentang perasaan saya." Sindir Dokter Agam yang mana membuat tawa Keiko terhenti seketika.

"Per4wan tua?! Situ apa hah? Perj4ka bangk0tan. Iya?! Sembarangan yah!" Omel Keiko.

"Pel4wan? Pelj4ka? Apa itu? Cemacam, makanan kah?" Celetukan Dara membuat keduanya panik. Dokter Agam langsung menatap Keiko karena tak menjaga bicaranya. Apalagi ada Dara yang mudah menangkap obrolan mereka.

"Itu ... lupakan! Aunty punya kripik pisang, mau?" Seru Keiko mengalihkan perhatian Dara.

"Picang pelawan?"

"BUKAN!" Pekik Keiko dan Dokter Agam secara serentak.

Dara mengerjapkan matanya, ia turun dari kursinya dan meraih gelas air putih yang ada di meja. Dengan santai, ia meminum air yang ada di gelas itu tanpa tahu siapa yang punya.

"Airmu." Bisik Keiko.

"Gak papa, belum saya minum." Sahut Dokter Agam.

"Haaaaah leganaaa! Pelut cudah telici penuh, Dala mau tidul." Ujar Dara seraya naik ke atas sofa. Melihat Dara yang ingin tidur, Keiko langsung memberikannya bantal pada gadis kecil itu.

Selang beberapa jam, Elara kembali dari kantornya. Ia langsung datang ke butik Keiko untuk menjemput putrinya. Melihat kehadiran Dokter Agam di butik sahabatnya, membuat Elara terkejut. Ia menatap Keiko dengan senyuman penuh arti.

"Kenapa lihatnya begitu?" Tanya Keiko dengan tatapan sinis.

"Sudah dekat dari kapan hm? Kenapa enggak pernah cerita?" Bisik Elara.

"Apa sih? Dekat apanya? Dia disini tuh karena mau lihat kamu. Ogah kali dekat sama dia," ujar Keiko dengan kesal.

"Ekhem, apa kamu mau pulang sekarang?" Celetuk Dokter Agam yang menghentikan obrolan dua wanita itu.

"Iya, mau langsung pulang. Mana Dara?" Tanya Elara yang tak melihat keberadaan putrinya.

"Tuh, lagi tidur." Unjuk Keiko pada sebuah sofa dimana Dara yang masih tertidur.

Elara terlihat panik, ia segera membangunkan Dara yang masih pulas tertidur. "Kenapa di biarkan tidur sore?! Astaga, nanti malam dia pasti begadang!" Panik Elara. Ia berusaha membangunkan Dara, tetapi gadis kecil itu sulit sekali di bangunkan.

"Putrimu kan seperti itu, abis kenyang yah tidur. Mau gimana lagi? Dia juga cerewet, aku gak sanggup mendengar ocehannya." Ujar Keiko membela diri.

Karena Dara tak kunjung bangun, Elara meraih gelas air dan menuangkannya sedikit. Ia lalu membasahi wajah Dara dengan air itu. Benar saja, Dara terbangun dari tidurnya. Anak itu terlihat bingung, ia menatap telapak tangannya dengan alisnya yang menukik tajam.

"Tadi duit Dala mana? Duit dua lebu Dala, buat beli lempel becok mana?" Mendengar ocehan putrinya, Elara tertawa kecil.

"Uangnya sama Mama, udah yuk pulang." Ajak Elara.

"Tadi dua, nanti Mama kacih Dala tiga yah." Pinta Dara seraya memakai sandalnya.

"Iya, nanti Mama kasih." Elara meraih Dara dalam gendongannya. Kemudian ia berpamitan pada Keiko dan tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah menjaga putrinya. Dokter Agam ikut berpamitan juga, melihat itu Keiko sudah terbiasa.

"Elara tunggu!" Seru Dokter Agam ketika melihat Elara yang baru saja memasukkan Dara ke dalam mobil.

"Ya?" Sahut Elara bingung.

"Ehm itu, apa minggu ini kamu ada acara? Aku berencana membawamu ke suatu tempat," ujar Dokter Agam dengan tatapan lekat.

"Sepertinya tidak ada, memang Dokter akan membawaku kemana?" Tanya Elara dengan bingung.

"Pokoknya ada, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Tidak masalah jika kamu mengajak Dara, aku sangat tidak keberatan." Terang Dokter Agam.

Elara mengangguk singkat, walau ia masih belum mengerti tujuan Dokter Agam mengajaknya pergi. "Baiklah, nanti kabari saja Dok. Sekali lagi, terima kasih banyak atas kebaikanmu padaku dan putriku." Ujar Elara dengan ramah.

Dokter Agam tersenyum, "Sudah seharusnya El." Perkataan Dokter Agam menurut Elara sangat aneh, tetapi ia tak ingin berpikiran terlalu jauh.

Karena tak ada yang di bahas lagi, Elara melajukan mobilnya pergi. Meninggalkan Dokter Agam yang tersenyum penuh arti. Raut wajahnya terlihat ceria, ia tak sabar menunggu hari yang telah ia janjikan pada wanita itu.

.

.

.

Malam hari, Elara harus menemui kliennya. Ia meminta Keiko untuk menginap di rumahnya. Sudah biasa Keiko menginap di rumah Elara begitu pun sebaliknya. Setelah Elara berdandan rapih, ia pun berpamitan pada sahabat dan putrinya itu.

Pertemuan di adakan di sebuah Resto ternama, Elara turun dari mobilnya dan berjalan masuk ke dalam Resto itu. Ia bertanya langsung pada pelayan Resto tentang meja yang di pesan oleh kliennya. Setelah mengetahui tempatnya, Elara langsung menghampiri seorang pria yang sudah menunggunya.

"Tuan Edwin?" Sapa Elara.

"Nona Elara, selamat datang. Silahkan duduk," sahut pria bernama Edwin itu. Elara mendudukkan dirinya di hadapan Tuan Edwin, dengan anggun ia meletakkan tasnya di kursi sebelahnya dan fokus menatap pria di hadapan nya.

"Maaf, saya meminta pertemuan nya malam. Sebab, besok pagi saya harus kembali ke luar negri."

"Tidak masalah Tuan Edwin, saya mengerti. Mari, kita bahas kerja sama ini." Sahut Elara dan mulai menjelaskan tentang kerja sama yang akan mereka lakukan.

Sepanjang obrolan, Tuan Edwin hanya fokus menatap wajah Elara. Tatapannya terlihat sangat lekat, ia bahkan tak mendengar apa yang Elara jelaskan panjang lebar. Merasa ada yang aneh, Elara mengangkat pandangannya. Ia lalu menatap Tuan Edwin dengan keningnya yang mengerut dalam.

"Maaf, apa ada yang salah?" Tanya Elara dengan bingung.

"Tidak, tidak ada. Saya hanya merasa, kamu sangat cantik jika di lihat langsung seperti ini. Tak salah, perusahaan mengutus mu untuk menemui klien." Ujar Tuan Edwin dengan tatapan nakalnya.

Elara merasa ada yang salah, ia membereskan berkas yang ia bawa dengan raut wajah yang panik. "Maaf Tuan, sepertinya kerja sama ini kita bicarakan lain waktu saja." Ujar Elara.

"Kenapa terburu-buru, minumlah lebih dulu." Ujar Tuan Edwin seraya menahan tangan Elara.

"Lepaskan!" Seru Elara dengan panik.

"Minum dulu! Baru saya izinkan kamu pergi, apa begini caramu menghadapi klien hah?! sangat tidak sopan! Saya akan mengadukan mu pada atasanmu!" Sentak Tuan Edwin.

Nafas Elara terdengar memburu, ia melirik ke arah segelas smoothies yang sudah sedia di mejanya. Karena ingin cepat pulang, Elara langsung meraih segelas smoothies itu dan meminumnya hingga habis.

"Sudah kan?! Kalau begitu, biarkan saya pergi!" Elara menarik tangannya, untungnya Tuan Edwin melepasnya. Namun, baru saja berjalan beberapa langkah. Elara merasa kepalanya pusing, pandangannya pun kabur. Ia menatap seorang pria yang berjalan mendekat ke arahnya. Aroma parfum pria itu sangat tak asing di indra pen-c1umannya. Sayangnya, tak lama kegelapan langsung merenggut kesadarannya.

___

siapa tuuuh

Terpopuler

Comments

Yuyu sri Rahayu

Yuyu sri Rahayu

waduh siapakah pria itu yg parpumnya masih melekat di ingatanya,apakah elrala berhasil di jebak oleh klien nya atau ada yg nolongin

2024-11-22

1

Ma Malikha

Ma Malikha

wkwkwkwk ngimpii pegang duit🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-12-13

0

Vera Wilda

Vera Wilda

Nah nah kan d bius kamu elara …..
saya masih kurang suka dg elara yg meninggalkan anaknya Ervan

2024-12-21

0

lihat semua
Episodes
1 Luka yang tak berdarah
2 Keadaan yang sebenarnya
3 Waktu yang berlalu, luka yang masih ada
4 Om ganteng!
5 Aroma parfum yang tak asing
6 Bekas operasi di perut Elara
7 Kepulangan Elara
8 Bertemu kembali
9 Ego yang saling berperang
10 Om ganteng!
11 Siapa yang harus di salahkan?
12 Pertemuan Dahlia dan Elara
13 Situasi yang tak terduga
14 Kamu masih istriku!
15 Kebencian karena luka
16 Taman kota yang penuh kejutan
17 Tangisan Ervan
18 Cinta Dokter Agam
19 Kehadiran Damara
20 Hasil yang di harapkan
21 PAPA!
22 Dara adalah putri kandungku
23 Turunkan egomu!
24 Hal yang ingin ku dengar
25 Obat apa?
26 Pagi yang beda
27 Patah hati
28 Aku terima kebencian mereka
29 Dia masih istriku!
30 Nenek lampiiil!
31 Nasi goreng pertama Mama
32 Perlawanan Elara
33 Mulai mencari tahu
34 Mama, ayo pulang
35 Perdebatan dua jomblo
36 Alasan kepergianmu
37 Hancurnya hati seorang ibu
38 Kita lalui bersama
39 Hari ibu
40 Album biru
41 Ketakutan Ervan
42 Tugas seorang kakak
43 Cemburunya Arion
44 Aku cemburu!
45 Hiii Abaaaang!
46 Perhatian Mama
47 Sikap manis Arion
48 Aku sangat mencintainya~
49 Tuan dan Nyonya besar Zefrano
50 Teman baru Dara
51 Terkaman Mora
52 Kumpul keluarga
53 Keluarga impian
54 Gagal lagi, gagal lagi
55 Pencegah kehamilan
56 Hanya masa lalu
57 Rebutan dua bocah
58 Membangun ingatan indah bersamamu~
59 Baju jaring
60 Tenanglah sayang!
61 Damara yang mulai luluh
62 Butik Keiko
63 Di balik kejudesan Damara
64 Perdebatan panas
65 Selalu ada untuk nya ~
66 Kebahagiaan yang di impikan
67 Pemilik mata indah
68 Seharusnya aku tidak bercerita
69 Jaling batagol
70 Pembelaan mama mertua
71 Ikan Koi Kakek
72 Kue untuk Mama
73 EAR, gabungan nama kita
74 Kejailan Remos
75 Mencoba membujuk si kecil
76 Tindakan cepat seorang ayah
77 Dia pasti bahagia bersamaku
78 Keanehan Elara
79 Dua orang patah hati yang saling bertemu
80 Kaos kaki hijau pilihan Mama
81 Dua bocil, dengan kehebohannya
82 Manusia paling bawel!
83 Aku bisa kelepasan denganmu!
84 Jajaaaan!
85 lolos satu?
86 Hamil?
87 Garis dua yang samar
88 Kehamilan Elara
89 Sikap bijak Ervan
90 Hari pertama sekolah
91 Buang aja adeknya, ganti balu!
92 Pasar malam
93 Rujak pedas
94 Aku mencintai mu dan dia
95 Tentang Asisten Henri
96 Gara-gara kecoa
97 Kita nikah yuk!
98 Aku tahu bagaimana Henri
99 Izin sama bumil
100 Aku akan menjemputnya!
101 Efek Hamil muda
102 Keadaan yang memanas
103 Semakin lemah
104 Isi wasiat
105 Pulang bertemu istri~
106 Gak usah mandi!
107 Lampu hijau?
108 Ooo Aliooon!
109 Saran Arion
110 Cepeda balu atau batagol?
111 Persiapan menyambut kelahiran baby
112 Bidadari cantikku
113 Kalau bica dua, kenapa catu?
114 Kotak apa itu?
115 Ael ijoooo!
116 Kupu-kupu hitam
117 Keadaan yang tak terduga
118 Titik terendah Arion
119 Kemungkinan untuk bertahan
120 Berjuanglah sayang~
121 Kejutan yang kamu maksud
122 Kapan programnya Kei?
123 Janji Mama
124 Kemajuan?
125 Mimpi Dara
126 Dalang dari pembebasan Edwin
127 Menjatuhkan Remos
128 Saat yang di tunggu
129 Kehilangan mu akan jauh lebih menyakitkan
130 Kembali kumpul bersama
131 Keinginan Dara
132 Pangelan Dalaaa
133 Bumiil heboh datang!
134 Terima kasih sayang
135 Dramaa tiga anak
136 Terima kasih cinta
137 Pertemuan yang tak di rencanakan
138 Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
139 Tidak akan lagi melepaskanmu~
140 Tok Tok, lewat bentar
141 Karya baru
142 Bonchap
143 Bonchap
144 Bonchap
145 Bonchap
146 UNDANGAN!
147 Cinta Yang Kamu Pilih~
Episodes

Updated 147 Episodes

1
Luka yang tak berdarah
2
Keadaan yang sebenarnya
3
Waktu yang berlalu, luka yang masih ada
4
Om ganteng!
5
Aroma parfum yang tak asing
6
Bekas operasi di perut Elara
7
Kepulangan Elara
8
Bertemu kembali
9
Ego yang saling berperang
10
Om ganteng!
11
Siapa yang harus di salahkan?
12
Pertemuan Dahlia dan Elara
13
Situasi yang tak terduga
14
Kamu masih istriku!
15
Kebencian karena luka
16
Taman kota yang penuh kejutan
17
Tangisan Ervan
18
Cinta Dokter Agam
19
Kehadiran Damara
20
Hasil yang di harapkan
21
PAPA!
22
Dara adalah putri kandungku
23
Turunkan egomu!
24
Hal yang ingin ku dengar
25
Obat apa?
26
Pagi yang beda
27
Patah hati
28
Aku terima kebencian mereka
29
Dia masih istriku!
30
Nenek lampiiil!
31
Nasi goreng pertama Mama
32
Perlawanan Elara
33
Mulai mencari tahu
34
Mama, ayo pulang
35
Perdebatan dua jomblo
36
Alasan kepergianmu
37
Hancurnya hati seorang ibu
38
Kita lalui bersama
39
Hari ibu
40
Album biru
41
Ketakutan Ervan
42
Tugas seorang kakak
43
Cemburunya Arion
44
Aku cemburu!
45
Hiii Abaaaang!
46
Perhatian Mama
47
Sikap manis Arion
48
Aku sangat mencintainya~
49
Tuan dan Nyonya besar Zefrano
50
Teman baru Dara
51
Terkaman Mora
52
Kumpul keluarga
53
Keluarga impian
54
Gagal lagi, gagal lagi
55
Pencegah kehamilan
56
Hanya masa lalu
57
Rebutan dua bocah
58
Membangun ingatan indah bersamamu~
59
Baju jaring
60
Tenanglah sayang!
61
Damara yang mulai luluh
62
Butik Keiko
63
Di balik kejudesan Damara
64
Perdebatan panas
65
Selalu ada untuk nya ~
66
Kebahagiaan yang di impikan
67
Pemilik mata indah
68
Seharusnya aku tidak bercerita
69
Jaling batagol
70
Pembelaan mama mertua
71
Ikan Koi Kakek
72
Kue untuk Mama
73
EAR, gabungan nama kita
74
Kejailan Remos
75
Mencoba membujuk si kecil
76
Tindakan cepat seorang ayah
77
Dia pasti bahagia bersamaku
78
Keanehan Elara
79
Dua orang patah hati yang saling bertemu
80
Kaos kaki hijau pilihan Mama
81
Dua bocil, dengan kehebohannya
82
Manusia paling bawel!
83
Aku bisa kelepasan denganmu!
84
Jajaaaan!
85
lolos satu?
86
Hamil?
87
Garis dua yang samar
88
Kehamilan Elara
89
Sikap bijak Ervan
90
Hari pertama sekolah
91
Buang aja adeknya, ganti balu!
92
Pasar malam
93
Rujak pedas
94
Aku mencintai mu dan dia
95
Tentang Asisten Henri
96
Gara-gara kecoa
97
Kita nikah yuk!
98
Aku tahu bagaimana Henri
99
Izin sama bumil
100
Aku akan menjemputnya!
101
Efek Hamil muda
102
Keadaan yang memanas
103
Semakin lemah
104
Isi wasiat
105
Pulang bertemu istri~
106
Gak usah mandi!
107
Lampu hijau?
108
Ooo Aliooon!
109
Saran Arion
110
Cepeda balu atau batagol?
111
Persiapan menyambut kelahiran baby
112
Bidadari cantikku
113
Kalau bica dua, kenapa catu?
114
Kotak apa itu?
115
Ael ijoooo!
116
Kupu-kupu hitam
117
Keadaan yang tak terduga
118
Titik terendah Arion
119
Kemungkinan untuk bertahan
120
Berjuanglah sayang~
121
Kejutan yang kamu maksud
122
Kapan programnya Kei?
123
Janji Mama
124
Kemajuan?
125
Mimpi Dara
126
Dalang dari pembebasan Edwin
127
Menjatuhkan Remos
128
Saat yang di tunggu
129
Kehilangan mu akan jauh lebih menyakitkan
130
Kembali kumpul bersama
131
Keinginan Dara
132
Pangelan Dalaaa
133
Bumiil heboh datang!
134
Terima kasih sayang
135
Dramaa tiga anak
136
Terima kasih cinta
137
Pertemuan yang tak di rencanakan
138
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
139
Tidak akan lagi melepaskanmu~
140
Tok Tok, lewat bentar
141
Karya baru
142
Bonchap
143
Bonchap
144
Bonchap
145
Bonchap
146
UNDANGAN!
147
Cinta Yang Kamu Pilih~

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!