If You Come Back

If You Come Back

Luka yang tak berdarah

Cuaca terlihat sangat mendung, awan gelap mulai menghalangi cahaya matahari yang menerangi bumi. Pemakaman yang tadinya ramai, kini satu persatu orang mulai pergi sebelum hujan mengguyur mereka. Tinggal lah seorang wanita dan beberapa orang saja yang masih diam berdiri di depan sebuah makam yang baru saja di buat.

Perlahan, wanita itu berlutut. Ia mengusap papan nisan dengan lembut. Tatapannya terlihat kosong, cuaca hari ini seolah menggambarkan keadaan hatinya sekarang. Gerimis mulai turun, tapi tak membuat wanita itu beranjak dari sana.

"Elara, ayo kita pulang. Sebentar lagi, pasti turun hujan." Ujar seorang pria tampan seraya menyentuh bahu wanita bernama Elara Aleshia.

"Arion, Mami sama Papi ke mobil duluan." Ujar seorang wanita paruh baya pada putranya, Arion Zefrano.

Arion mengangguk, ia membiarkan sepasang paruh baya itu pergi dari sana. Meninggalkan ia berdua dengan wanita yang berstatus sebagai istrinya. Perlahan, Elara beranjak berdiri. Arion menuntun istrinya itu untuk kembali ke mobil lantaran tatapan Elara yang terlihat kosong.

Keduanya pun masuk ke dalam mobil dan pergi meninggalkan area pemakaman. Sepanjang jalan, Elara hanya menatap jalan tanpa berkata sedikitpun. Sejak sang ayah di nyatakan meninggal malam tadi, membuat dunia Elara terasa hancur. Orang tua satu-satunya yang ia miliki kini sudah berpulang. Cinta pertama nya, tak ada lagi bersamanya.

"Ayah pasti sudah bahagia sama Ibu, jangan terus meratapinya." Ujar Arion seraya mengelus bahu Elara dengan lembut. Ia tahu, seberapa terpukul Elara. Terlebih, istrinya itu terbilang sangat sayang dengan sang ayah yang memang sudah lama memiliki penyakit jantung. Sayangnya, dokter tak bisa lagi menyelamatkan sang ayah.

Sesampainya di rumah, Elara langsung turun dari mobil dan bergegas masuk ke kamarnya. Ia menutup pintu dan bahkan menguncinya. Melihat itu, Arion menghela nafas pasrah. Ia memandang sendu ke arah pintu kamar mereka yang tertutup rapat. Yah, mungkin saat ini Elara butuh menenangkan diri.

"Papa."

Arion menoleh, ia tersenyum melihat anak laki-laki berusia enam tahun yang datang menghampirinya.

"Ervan? Kenapa hum?" Arion menghampiri putranya yang bernama Ervan Diaz Zefrano, putra pertamanya dengan Elara. Ervan tak ikut, sebab Arion melarangnya.

"Apa Mama baik-baik saja?" Tanya Ervan dengan tatapan khawatir.

"Ya, mama baik-baik saja. Dia hanya butuh waktu, sebentar saja. Nanti Mama akan pulih kembali hm. Ervan jangan ganggu mama dulu yah, main aja sama Papa." Ujar Arion memberi pengertian seraya mengelus kepala putranya itu.

Tatapan Ervan beralih menatap ke arah pintu dengan tatapan sendu. "Mama gak pernah main sama Ervan." Lirihnya.

Raut wajah Arion berubah, "Eum mungkin mama sibuk dengan kuliahnya. Ervan kan bisa main sama Papa, laki-laki mainnya harus sama laki-laki." Ujar Arion menenangkan putranya.

"Tapi temanku selalu main dengan ibunya. Mama gak suka Ervan yah?" Pertanyaan Ervan membuat tenggorokan Arion terasa tercekat.

"Bukan begitu, Mama hanya sibuk saja. Ayo, kita main di kamarmu." Arion memilih membawa putranya pergi bermain agar anak itu tak banyak bertanya lagi.

Selama ini Ervan ingin dengan dengan mamanya, tetapi Elara seolah menjauhinya. Bahkan, wanita itu tak pernah antusias dengan apa yang Ervan lakukan. Sering kali Ervan mencoba mendekat, tetapi mamanya seolah menatapnya sebagai orang asing.

"Ervan mau main sama Mama." Ujar Ervan saat keduanya masuk ke dalam kamar bermain milik Ervan.

"Nanti setelah Mama pulih kita main sama .ama yah, sekarang main sama Papa dulu." Sahut Arion menenangkan putranya.

Ervan menunduk, ia menatap mainannya yang berantakan di karpet kamarnya. "Kapan Mama mau main sama Ervan?" Batin Ervan dengan tatapan sendu.

.

.

.

Seharian Elara tak keluar dari kamarnya, wanita itu hanya diam terduduk di lantai seraya bersandar pada ranjang. Ia memeluk lututnya seraya menatap kosong ke depan. Air matanya kembali luruh, d4danya terasa sesak. Tak ada isak tangis yang keluar dari bibirnya, hanya ada air mata yang mengalir untuk mencurahkan isi hatinya.

"Menikahlah dengan Arion, kalau kamu sayang ayah. Ayah akan lebih semangat untuk sembuh, jika kamu mau menuruti kemauan Ayah." Ujar seorang pria paruh baya yang terbaring di atas brankar.

"Elara mau lanjutin kuliah dulu ayah, Elara mau jadi wanita karir." Ujar Elara dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu bisa berkuliah setelah menikah, Arion juga pasti tidak akan melarang. Ayah tidak bisa menjagamu dengan kondisi seperti ini, menurut lah Nak." Ujar sang ayah dengan suara yang lirih.

Elara terdiam, ia menatap sang ayah dengan tatapan lekat. "Apa dengan itu ayah berjanji padaku untuk bertahan lebih lama? Aku gak mau kehilangan Ayah, jika memang dengan menikah Ayah bisa semangat sembuh. Aku mau menikah dengan Arion." Putus Elara dengan mata berkaca-kaca.

"Ayah pasti semangat sembuh dan terus menemani putri kesayangan ayah ini. Jangankan sampai ayah punya cucu, ayah akan berusaha bertahan sampai ayah punya cicit. Jantung ini, akan terus berdetak sampai melihat putri kesayangan ini bahagia."

"Ayah bohong, aku belum bahagia dan ayah sudah pergi. Pernikahan ini ... tidak lebih dari sekedar janjiku pada ayah. Tapi, ayah mengingkari janji ayah." Lirih ELara dan melepas cincin pernikahannya yang terpasang apik di jari manisnya.

Ia kembali mengingat pernikahannya dengan Arion, tak ada raut wajah bahagianya. Ia tak mencintai Arion, bertahun-tahun ia menutup hatinya untuk suaminya itu. Namun, kesalahan satu malam membuatnya hamil dan melahirkan Ervan. Tak ada rasa bahagia di hati Elara saat menjalankan rumah tangganya bersama Arion selama tujuh tahun ini.

Sementara itu, Arion khawatir karena seharian Elara tak keluar kamar. Ia mengetuk pintu kamarnya, tetapi tak ada jawaban dari Elara. Arion mencoba berpikir positif, tetapi ia justru semakin bertambah khawatir.

"Elara, bisakah kamu keluar? Seharian kamu belum makan, maghmu akan kambuh. Elara, kau mendengarku?" Ujar Arion yang kini berdiri di depan pintu.

Cukup lama Arion membujuk, tapi tak ada sahutan dari dalam. Khawatir Elara pingsan, Arion segera mengambil kunci duplikat. Namun, saat akan memasukkan kunci itu. Tiba-tiba pintu terbuka dari dalam. Melihat itu, Arion tersenyum lega.

"Elara, apa kamu baik-baik saja? Aku sangat ...." Perkataan Arion terhenti saat melihat koper yang ada di sisi wanita itu.

"Kamu ... mau kemana?" Tanya Arion dengan tatapan bingung.

"Ayah sudah tiada, gak ada lagi yang harus di pertahankan dari pernikahan ini. Mari kita berpisah Ar,"

Deghh!!

Arion menggelengkan kepalanya, ia tersenyum ragu pada istrinya itu. "Kamu lelah yah? Aku akan membiarkanmu istirahat. Masuklah kembali ke kamar, aku akan meminta bibi membawakan mu makan malam. Aku akan membiarkanmu sendiri dalam beberapa waktu untuk menerima keadaan ini semua." Ujar Arion dengan tatapan pias.

"Aku ingin mengejar kebahagiaanku, Arion." Lirih Elara dengan tatapan lekat.

Senyuman Arion luntur, ia menatap Elara dengan tatapan yang sulit di artikan. "Apa bersamaku kamu tidak bahagia? Tujuh tahun kita menikah, apa tidak ada artinya bagimu? Setelah apa yang kita lalu selama ini? Ingat, ada Ervan. Apa kamu memikirkan perasaannya?" Ujar Arion dengan suara bergetar.

"Aku tetap ingin berpisah, Ar. Hak mu yang ku berikan selama ini hanya sebatas baktiku menjadi seorang istri. Tolong, biarkan aku lepas dari belenggu pernikahan ini. Apa kamu juga tidak tersiksa dengan pernikahan terpaksa ini? Kamu bisa dapat wanita yang lebih baik dariku Ar," Lirih Elara dengan tatapan lekat.

Arion berkacak pinggang, pria itu menunduk sejenak dan menarik nafasnya dalam lalu menghembuskannya dengan kasar. Jantung Arion berdegup dengan keras, tangannya terasa bergetar saat ini.

"Baik, pergi lah jika itu membuatmu bahagia. Tapi, jangan bawa putraku." Ujar Arion sambil menatap Elara dengan tatapan yang menyakitkan.

Elara memalingkan wajahnya, ia mengangguk dan kembali menatap Arion dengan tatapan datar. "Anggap saja, Ervan sebagai hadiah terbaik yang pernah aku berikan padamu selama kita menikah." Ujar Elara sebelum beranjak pergi meninggalkan Arion yang terkejut dengan perkataan istrinya itu. Kedua tangan Arion terkepal, menahan amarah yang memuncak di d4da.

"JANGAN PERNAH KEMBALI ELARA!" Sentak Arion yang mana membuat langkah Elara terhenti.

"Jangan pernah kembali ke kehidupan ku dan putraku! Sekalinya kamu keluar dari rumah ini, kamu tidak akan memiliki kesempatan untuk kembali!" Ancam Arion. Namun, Elara tetap pada pendiriannya.

"Kamu pantas mendapat wanita yang lebih baik, Ar." Ujar Elara sebelum melanjutkan langkahnya pergi menjauh.

"Mama! Mama!!" Ervan yang melihat sang mama pergi dengan membawa kopernya segera berlari mengejarnya. Namun, Elara tetap pada pendiriannya. Ia memasuki mobil yang baru saja datang menjemputnya.

Mobil itu bergegas pergi, tapi tak membuat Ervan berhenti mengejarnya. Arion berlari mengejar putranya, ia meraih tubuh Ervan dalam pelukannya dan menahan putranya itu agar tak semakin mengejar kepergian mobil yang membawa Elara.

"MAMAAAAA!!"

Air mata Arion luruh, ia memeluk putranya di tengah guyuran hujan. "Kamu akan membayar apa yang kamu perbuat Elara!" Batin Arion dengan mata memerah menahan amarah.

Terpopuler

Comments

Alistalita

Alistalita

Sebetulnya apa yang terjadi dengan Ara, tidak mungkin ingin pergi hanya untuk mengejar cita2 dan kebahagiannya sendiri.
Demi kesembuhan Ayahnya Ara rela menikah dengan Arion, kenapa setelah Ayahnya meninggal Ara lebih memilih pergi? ada apa dengan Ara?
Bukankah EGOIS meninggalkan suami dan anak hanya karena TIDAK CINTA,
sedangkan mereka sudah bersama selama tujuh tahun.

Masih teka teki, Pasti ada alasan kenapa Elara pergi..
Cerita kali ini agak berbeda, semoga gak bikin darting😫 Sukses selalu dengan karya barunya kak semangat💪

2024-09-08

44

Tara

Tara

kok ada ya. ibu yg tega ninggalin anak kandungnya. walau binatang buas saja masih care Ama anaknya😤😱😓🤔

2024-10-14

2

Elminar Varida

Elminar Varida

menarik jg novelmu thor, aku sdh membaca bab pertama, izin nyimak ksryamu thor. semangat upnya yg banyak.

2024-11-05

0

lihat semua
Episodes
1 Luka yang tak berdarah
2 Keadaan yang sebenarnya
3 Waktu yang berlalu, luka yang masih ada
4 Om ganteng!
5 Aroma parfum yang tak asing
6 Bekas operasi di perut Elara
7 Kepulangan Elara
8 Bertemu kembali
9 Ego yang saling berperang
10 Om ganteng!
11 Siapa yang harus di salahkan?
12 Pertemuan Dahlia dan Elara
13 Situasi yang tak terduga
14 Kamu masih istriku!
15 Kebencian karena luka
16 Taman kota yang penuh kejutan
17 Tangisan Ervan
18 Cinta Dokter Agam
19 Kehadiran Damara
20 Hasil yang di harapkan
21 PAPA!
22 Dara adalah putri kandungku
23 Turunkan egomu!
24 Hal yang ingin ku dengar
25 Obat apa?
26 Pagi yang beda
27 Patah hati
28 Aku terima kebencian mereka
29 Dia masih istriku!
30 Nenek lampiiil!
31 Nasi goreng pertama Mama
32 Perlawanan Elara
33 Mulai mencari tahu
34 Mama, ayo pulang
35 Perdebatan dua jomblo
36 Alasan kepergianmu
37 Hancurnya hati seorang ibu
38 Kita lalui bersama
39 Hari ibu
40 Album biru
41 Ketakutan Ervan
42 Tugas seorang kakak
43 Cemburunya Arion
44 Aku cemburu!
45 Hiii Abaaaang!
46 Perhatian Mama
47 Sikap manis Arion
48 Aku sangat mencintainya~
49 Tuan dan Nyonya besar Zefrano
50 Teman baru Dara
51 Terkaman Mora
52 Kumpul keluarga
53 Keluarga impian
54 Gagal lagi, gagal lagi
55 Pencegah kehamilan
56 Hanya masa lalu
57 Rebutan dua bocah
58 Membangun ingatan indah bersamamu~
59 Baju jaring
60 Tenanglah sayang!
61 Damara yang mulai luluh
62 Butik Keiko
63 Di balik kejudesan Damara
64 Perdebatan panas
65 Selalu ada untuk nya ~
66 Kebahagiaan yang di impikan
67 Pemilik mata indah
68 Seharusnya aku tidak bercerita
69 Jaling batagol
70 Pembelaan mama mertua
71 Ikan Koi Kakek
72 Kue untuk Mama
73 EAR, gabungan nama kita
74 Kejailan Remos
75 Mencoba membujuk si kecil
76 Tindakan cepat seorang ayah
77 Dia pasti bahagia bersamaku
78 Keanehan Elara
79 Dua orang patah hati yang saling bertemu
80 Kaos kaki hijau pilihan Mama
81 Dua bocil, dengan kehebohannya
82 Manusia paling bawel!
83 Aku bisa kelepasan denganmu!
84 Jajaaaan!
85 lolos satu?
86 Hamil?
87 Garis dua yang samar
88 Kehamilan Elara
89 Sikap bijak Ervan
90 Hari pertama sekolah
91 Buang aja adeknya, ganti balu!
92 Pasar malam
93 Rujak pedas
94 Aku mencintai mu dan dia
95 Tentang Asisten Henri
96 Gara-gara kecoa
97 Kita nikah yuk!
98 Aku tahu bagaimana Henri
99 Izin sama bumil
100 Aku akan menjemputnya!
101 Efek Hamil muda
102 Keadaan yang memanas
103 Semakin lemah
104 Isi wasiat
105 Pulang bertemu istri~
106 Gak usah mandi!
107 Lampu hijau?
108 Ooo Aliooon!
109 Saran Arion
110 Cepeda balu atau batagol?
111 Persiapan menyambut kelahiran baby
112 Bidadari cantikku
113 Kalau bica dua, kenapa catu?
114 Kotak apa itu?
115 Ael ijoooo!
116 Kupu-kupu hitam
117 Keadaan yang tak terduga
118 Titik terendah Arion
119 Kemungkinan untuk bertahan
120 Berjuanglah sayang~
121 Kejutan yang kamu maksud
122 Kapan programnya Kei?
123 Janji Mama
124 Kemajuan?
125 Mimpi Dara
126 Dalang dari pembebasan Edwin
127 Menjatuhkan Remos
128 Saat yang di tunggu
129 Kehilangan mu akan jauh lebih menyakitkan
130 Kembali kumpul bersama
131 Keinginan Dara
132 Pangelan Dalaaa
133 Bumiil heboh datang!
134 Terima kasih sayang
135 Dramaa tiga anak
136 Terima kasih cinta
137 Pertemuan yang tak di rencanakan
138 Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
139 Tidak akan lagi melepaskanmu~
140 Tok Tok, lewat bentar
141 Karya baru
142 Bonchap
143 Bonchap
Episodes

Updated 143 Episodes

1
Luka yang tak berdarah
2
Keadaan yang sebenarnya
3
Waktu yang berlalu, luka yang masih ada
4
Om ganteng!
5
Aroma parfum yang tak asing
6
Bekas operasi di perut Elara
7
Kepulangan Elara
8
Bertemu kembali
9
Ego yang saling berperang
10
Om ganteng!
11
Siapa yang harus di salahkan?
12
Pertemuan Dahlia dan Elara
13
Situasi yang tak terduga
14
Kamu masih istriku!
15
Kebencian karena luka
16
Taman kota yang penuh kejutan
17
Tangisan Ervan
18
Cinta Dokter Agam
19
Kehadiran Damara
20
Hasil yang di harapkan
21
PAPA!
22
Dara adalah putri kandungku
23
Turunkan egomu!
24
Hal yang ingin ku dengar
25
Obat apa?
26
Pagi yang beda
27
Patah hati
28
Aku terima kebencian mereka
29
Dia masih istriku!
30
Nenek lampiiil!
31
Nasi goreng pertama Mama
32
Perlawanan Elara
33
Mulai mencari tahu
34
Mama, ayo pulang
35
Perdebatan dua jomblo
36
Alasan kepergianmu
37
Hancurnya hati seorang ibu
38
Kita lalui bersama
39
Hari ibu
40
Album biru
41
Ketakutan Ervan
42
Tugas seorang kakak
43
Cemburunya Arion
44
Aku cemburu!
45
Hiii Abaaaang!
46
Perhatian Mama
47
Sikap manis Arion
48
Aku sangat mencintainya~
49
Tuan dan Nyonya besar Zefrano
50
Teman baru Dara
51
Terkaman Mora
52
Kumpul keluarga
53
Keluarga impian
54
Gagal lagi, gagal lagi
55
Pencegah kehamilan
56
Hanya masa lalu
57
Rebutan dua bocah
58
Membangun ingatan indah bersamamu~
59
Baju jaring
60
Tenanglah sayang!
61
Damara yang mulai luluh
62
Butik Keiko
63
Di balik kejudesan Damara
64
Perdebatan panas
65
Selalu ada untuk nya ~
66
Kebahagiaan yang di impikan
67
Pemilik mata indah
68
Seharusnya aku tidak bercerita
69
Jaling batagol
70
Pembelaan mama mertua
71
Ikan Koi Kakek
72
Kue untuk Mama
73
EAR, gabungan nama kita
74
Kejailan Remos
75
Mencoba membujuk si kecil
76
Tindakan cepat seorang ayah
77
Dia pasti bahagia bersamaku
78
Keanehan Elara
79
Dua orang patah hati yang saling bertemu
80
Kaos kaki hijau pilihan Mama
81
Dua bocil, dengan kehebohannya
82
Manusia paling bawel!
83
Aku bisa kelepasan denganmu!
84
Jajaaaan!
85
lolos satu?
86
Hamil?
87
Garis dua yang samar
88
Kehamilan Elara
89
Sikap bijak Ervan
90
Hari pertama sekolah
91
Buang aja adeknya, ganti balu!
92
Pasar malam
93
Rujak pedas
94
Aku mencintai mu dan dia
95
Tentang Asisten Henri
96
Gara-gara kecoa
97
Kita nikah yuk!
98
Aku tahu bagaimana Henri
99
Izin sama bumil
100
Aku akan menjemputnya!
101
Efek Hamil muda
102
Keadaan yang memanas
103
Semakin lemah
104
Isi wasiat
105
Pulang bertemu istri~
106
Gak usah mandi!
107
Lampu hijau?
108
Ooo Aliooon!
109
Saran Arion
110
Cepeda balu atau batagol?
111
Persiapan menyambut kelahiran baby
112
Bidadari cantikku
113
Kalau bica dua, kenapa catu?
114
Kotak apa itu?
115
Ael ijoooo!
116
Kupu-kupu hitam
117
Keadaan yang tak terduga
118
Titik terendah Arion
119
Kemungkinan untuk bertahan
120
Berjuanglah sayang~
121
Kejutan yang kamu maksud
122
Kapan programnya Kei?
123
Janji Mama
124
Kemajuan?
125
Mimpi Dara
126
Dalang dari pembebasan Edwin
127
Menjatuhkan Remos
128
Saat yang di tunggu
129
Kehilangan mu akan jauh lebih menyakitkan
130
Kembali kumpul bersama
131
Keinginan Dara
132
Pangelan Dalaaa
133
Bumiil heboh datang!
134
Terima kasih sayang
135
Dramaa tiga anak
136
Terima kasih cinta
137
Pertemuan yang tak di rencanakan
138
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya
139
Tidak akan lagi melepaskanmu~
140
Tok Tok, lewat bentar
141
Karya baru
142
Bonchap
143
Bonchap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!