Max melangkahkan kakinya menuju salah satu lift yang berada di Apartment yang di tinggali Jerry, Baru saja ia ingin melangkah masuk tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.
"Ryan! astaga kebiasaan bikin kaget." Ucap Max mengelus-elus dadanya yang terasa berdebar.
"hahaha sekaget itukah, memangnya kamu sangka aku siapa? Jess?" ucap Ryan terkekeh melihat sahabatnya yang terkejut.
"ah sudahlah jangan sebut nama itu lagi, bikin merinding saja".
Merekapun melanjutkan perjalanan menuju unit Milik Jerry.
Ting Tong!
Bel di unit Jerry berbunyi, tak lama pintu terbuka.
"Yoooo brother Max inget pulang juga!!! kenapa kok kalian bisa barengan ? tumben-tumbenan lagi pake acara pencet bel biasanya juga langsung masuk " Ujar Jerry, dia mempersilahkan kedua sahabatnya masuk.
"Aku numpang nginep ya." Ujar Max yang membuat kedua sahabatnya saling pandang lalu tertawa terbahak-bahak.
"wahahahaha kau abis ketemu Jess ya? hahahaha" Jerry tertawa terbahak-bahak hingga terduduk di lantai.
"hmmm... wah jangan-jangan kalian berdua udah tau dari awal ya? " selidik Max curiga.
"hahaha udah 2 Minggu dia pindah ke unit apartemen sebelah unit punya kau, aku juga tau dari David.
ya... tapi emang aku sengaja agar kau kangen-kangenan dulu sama dia hahahaha." jawab Jerry dengan tawa yang belum mereda.
"Sh*** dasar temen laknat!!!" Max melempar Jerry dengan sandal yang dia pakai.
Mereka melanjutkan perbincangan dan segera makan malam, Max pun menyempatkan diri untuk mengompres pipinya yang sedikit memar akibat tamparan dari Ayahnya.
***
Di rumah sakit Marrie mencoba menjelaskan kepada ayahnya agar tidak terus menerus benci dengan kakaknya, amarah pria itu meredam melihat putri satu-satunya mulai menangis.
"Daddy aku mohon berikan kesempatan untuk kakak lagi, dia sudah berusaha untuk berubah! aku yakin itu pasti sangat sulit baginya." Ucap Marrie lembut kepada sang ayah.
"Hah ... memangnya apa yang dia katakan." Tuan Andrew menghela nafas mencoba menenangkan dirinya.
"Dia berencana menikah, namun tidak dengan Clara karena dia sudah memiliki pilihannya sendiri." ucap Marrie meyakinkan.
"Sungguh? apa dia tidak hanya berpura-pura atau memainkan sebuah trik".
"Sayang, Maxim itu anakku! aku sangat tau saat dia berkata jujur atau bohong." tiba-tiba Ny.Anna menjawab dengan suara yang masih terdengar lemah.
"ya sudah besok aku mau berbicara dulu dengannya, Marrie hubungi kedua kakakmu! besok pagi kita akan menyelesaikan masalah ini bersama."
***
Malam semakin larut, namun Max belum terpejam, ia sibuk memandang langit-langit kamar.
"Selamat pagi Mikha, jangan lupa untuk sarapan sebelum sebelum berangkat kerja."
Max mengirimi pesan singkat kepada gadis pujaannya, ia sadar bahwa kedepannya ia akan sangat sibuk dan perbedaan waktu juga akan mempersulit komunikasi dengan gadis itu.
Beberapa saat ia menunggu namun belum ada jawaban pesan.
(*Pict MV Westlife- what makes a man)
Dia menggambar wajah sang gadis di sebuah buku catatan kecil sekedar untuk melepas kerinduan yang terpendam.
"Max belum tidur?"
Tiba-tiba Ryan menghampirinya.
"eh Ryan, ada apa?". Max menoleh ke arah Ryan.
"Aku tidur disini aja deh sama kau, ampun deh si Jerry mendengkur keras banget!"
Keluh Ryan dan membuat Max tertawa dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Max, aku benar-benar mau tanya sesuatu sama kau nih! kau beneran serius dengan wanita itu? Max, perasaan bukan hanya untuk coba-coba loh apalagi hati wanita itu sangat rapuh."
Ujar Ryan serius setelah melihat sketsa gambar wajah Mikha yang di buat oleh sahabatnya.
"Hah... semoga perasaan ini gak hanya sekedar penasaran, jujur aku juga takut mengecewakan dia tapi kalau aku gak mencoba menjalani yaa... aku gak akan tau ! Dia sangat berbeda dari wanita lain." Max menghela nafas.
"Apakah kau sudah 'mencoba' melakukan dengannya atau sekedar mengetes respons tubuhmu terhadapnya?" tanya Ryan kembali.
"Hei kau ini bicara apa sih! dia itu wanita timur yang masih sangat menjaga kehormatannya dan aku sangat menghargai itu.
Namun jika dia sudah menjadi istriku walaupun dia tidak dapat membuatku berhasrat, aku tidak akan mempersalahkannya, asalkan dia tetap berada di sisiku dan tulus mencintai ku, aku akan sumpah setia seumur hidup padanya, dia wanita yang istimewa bagiku."
Ujar Max sungguh-sungguh, tak nampak keraguan pada wajahnya.
"ya namun bagaimana pun berusaha lah jujur padanya tentang kondisimu, karena cepat atau Lambat dia pasti akan mengetahuinya! terlebih lagi jika kalian benar-benar menikah." Ujar Ryan dan menepuk-nepuk bahu Max.
"Baiklah, tapi mungkin butuh waktu, jadi tolong bantu merahasiakan ini, aku sangat takut dia tidak dapat menerima keadaanku."
***
"Mikha!!!!! kemana aja kemarin gak bisa di hubungi, gw khawatir tau! lu gak sakit kan!"
Pekik Indah histeris saat melihat Mikha tiba di kantor.
"Gak apa-apa, gw cuma kecapean aja " Jawab Mikha lemas.
"Terus kenapa chat gw tadi kaga di bales? telepon juga gak di angkat?" Tanya Indah kembali.
"Ah masa sih? kok gak ada suara apa-apa di Handphone gu..." ucapan Mikha terputus saat dia tidak menemukan ponselnya di Tas maupun kantong jaket yang ia kenakan.
"Ya ampun Hp gw ketinggalan di atas lemari!" Pekik Mikha menepuk dahinya.
Waktu berlalu tepat jam makan siang, Mikha kembali termenung.
Biasanya setiap jam makan siang ia selalu bahagia menghampiri seseorang yang telah menunggunya di Lobby untuk mengantarkan makan siang, namun kini semua hanya tinggal serpihan kenangan.
Kini ia harus sadar dan kembali pada kehidupan normalnya sebelum bertemu pria itu.
"Kha tumben gak ngambil makan siang di Lobby?" Sapa Indah.
"Udah gak lagi Ndah, dia udah pergi ninggalin gue." jawab Mikha datar.
"Maksudnya? si mas bule pergi kemana?"
"Dia udah pulang ke negara asalnya"
"hah? terus hubungan kalian bagaimana? dia akan balik lagi kan?"
Mikha hanya mengangkat bahunya ketika menjawab pertanyaan Indah, Indah yang paham langsung memeluk Mikha sekedar untuk memberikan kekuatan dan semangat untuk temannya.
" Ya sudah jangan sedih lagi nanti pulang kerja kita jalan-jalan dulu kulineran! gw yang traktir deh! tapi gw nginep ya tempat lu, ajak si Dilla biar makin rame. udah dong... lu jangan murung gitu lagi, nih gw bawa nasi goreng cap emak tercinta kita makan bareng!"
Indah menyeret kursi kerjanya ke sebelah meja kerja Mikha, Mikha cukup bersyukur walaupun pria yang ia cintai pergi namun ia memiliki kedua sahabat yang sangat peduli padanya.
Bahkan kini jika ia mengingat pernah cemburu buta dengan Dilla, itu semua sangat membuatnya merasa malu.
"Dari pada lu galau-galau kan mending makan, nih mau denger gak? lagunya enak banget deh! mending lu ngikut gw nge-fangril!" Ujar Indah memberikan sebelah Earphone-nya kepada Mikha.
Mikha langsung menerima earphone dari sahabatnya dan memasangnya di telinga.
DEG!!!
"Suara ini mirip suara Max!" Gumam Mikha dalam hati.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Donat Mblondo
17
2021-08-12
0
Bagus Effendik
semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat semangat
2021-01-25
0
NA_SaRi
aduuuh mikha kemana aja kami sayang...itu emg suara Max mu🤭
2020-11-30
2