"Eh!" Mikha terkejut, gadis itu membulatkan matanya lebar-lebar seraya menunjuk seorang pria dengan jari telunjuknya. Sedangkan pria itu menanggapi reaksi Mikha dengan sebuah senyuman hingga memperlihatkan sepasang lesung di pipinya.
"Hai!"
"K-kok b-bisa!" Mikha bergeming dan tergagap nyaris tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
Lidahnya terasa kelu untung berucap, gadis itu tidak habis pikir, mengapa pria yang kemarin sempat ia caci maki kini berada tepat di hadapannya?
"Hei! Aku penghuni baru di sini. Namaku Maxim Andreas Larry, you can call me Max or Maxim," ucap Max dengan ramah seraya mengulurkan tangannya.
Mikha masih bergeming. Rasa takut, terkejut dan bingung berkecamuk menjadi satu di dalam hatinya.
Pikiran Mikha berlari ke kanan dan ke kiri, gadis itu sangat takut jika seandainya Max ternyata adalah orang jahat atau buronan seperti dugaannya. Memikirkannya saja cukup membuatnya seketika merinding dan berkeringat dingin.
"L-lo bule kemaren? Ngapain disini! Jangan-jangan ngikutin gue ya? L-Lo pikir gue takut!" ucap Mikha terbata-bata sambil perlahan berjalan mundur dengan tangan yang masih menunjuk ke arah Max, dia tak peduli apakah Max mengerti ucapannya atau tidak.
"No, tidak seperti itu! Saya bukan orang jahat, jangan takut oke! Tas saya dicuri dan saya butuh tempat tinggal murah dengan sisa uang seadanya, paspor serta visa saya hilang dan saya juga tidak tau kamu tinggal di sini juga. Semua hanya kebetulan," kilah Max beralasan.
Sebenarnya Max memang berbohong, tapi sungguh tidak ada niat jahat sedikitpun pada gadis itu, dia hanya tertarik dan ingin mendekatinya karena menurutnya Mikha adalah seorang gadis unik yang tak pernah ia jumpai sebelumnya.
"A-Awas lo bohong! Gue gak takut, gue bisa laporin lo ke polisi kalau sampai Lo macam-macam!" ancam Mikha mencoba memberanikan diri.
"Ya, kamu bisa mempercayai saya! Tolong jangan takut, kejadian kemarin juga tidak sengaja. Saya sangat panik karena ada preman yang mengejar saya," ujarnya kembali.
Lagi dan lagi, Max mencari alasan tapi setidaknya alasan itu membuat raut wajah gadis itu sedikit tenang dan percaya.
"Eh-eh-eh ada apa ini ribut-ribut!"
Tiba-tiba Bu Titin datang sambil mengibas-ngibaskan sebuah kipas di tangannya. Bu Titin adalah seorang wanita paruh baya pemilik rumah kost tersebut yang terkenal galak, genit dan juga mata duitan.
"No, Tidak ada apa-apa, Nyonya. Hanya sebuah kesalahpahaman," jelas Max.
"Ih! Si ganteng masih aja panggil nyonya, panggil Kakak atau eneng juga boleh!" ucap Bu Titin centil, sambil memukul kecil lengan Max dengan kipas tangannya.
"Bu! Kok ada laki-laki di lantai dua, sih? Lantai satu dan dua 'kan khusus wanita?" tanya Mikha kesal, tetapi Bu Titin hanya memandangnya sekilas dengan tatapan sinis.
"Suka-suka saya dong! Lagi pula lantai tiga dan empat sudah penuh semua, tinggal satu kamar yang kosong di lantai dua, noh di pojok sana!" jawab Bu Titin ketus seraya menunjuk ujung lorong. Mikha nampak terkejut dan membulatkan matanya karena tempat yang di maksud adalah sebuah kamar kosong yang berada tepat di depan kamarnya.
"A-Apa? Depan kamar saya dong? Gak bisa gitu dong, Bu!" pekik Mikha.
"Duh, gak usah ribet deh! Kalau kamu gak suka silahkan keluar. Masih suka nunggak aja banyak maunya! Udah ah saya pusing, gak usah bawel deh kalau masih mau tinggal disini!" jawab Bu Titin ketus
Mikha termenung mendengar ucapan Bu Titin, dia tahu benar dan sadar diri bahwa dirinya masih suka menunggak atau telat membayarkan uang sewa, tetapi mengatakannya di depan orang lain seperti itu dengan suara yang keras sungguh sangat menyakitkan hati.
Namun ia tak bisa berbuat apa-apa, dia butuh tempat tinggal yang layak dengan harga sewa yang terjangkau. Sehingga ia selalu bermuka tebal setiap Bu Titin berkata yang merendahkannya.
"Hallo ... hai! Are you okay? " ucap Max seraya melambai-lambaikan tangannya ke depan wajah Mikha yang termenung, seketika Mikha tersadar akan lamunannya, gadis itu beberapa kali mengedipkan matanya guna menarik kembali kesadarannya.
"A-ah iya sorry sorry , eh ... bentar deh! Perasaan tadi lu bisa ngomong bahasa Indonesia, lancar lagi! Kok bisa?" tanya Mikha yang baru saja menyadari.
Max tersenyum dan tertawa kecil melihat mimik wajah Mikha yang sedang bingung. Gadis itu sungguh terlihat menggemaskan baginya.
"Rahasia!" ucap Max berlalu seraya mengedipkan sebelah matanya, pria itu mengembangkan senyuman menggoda dan kembali memperlihatkan lesung di pipinya, yang menambah pesona pada parasnya yang rupawan.
Pria blonde bermata biru itu meninggalkan Mikha begitu saja dengan maksud hati menggoda gadis itu, entah mengapa kala dirinya melihat wajah Mikha yang kesal, menambah kesenangan sendiri di hatinya.
*Visualisasi Max khayalan thor (by idola Author Kentang dari jaman eSDe, Mark Feehily )😁
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 185 Episodes
Comments
Zuraida Zuraida
ni cowok pecinta terong juga, ganti yang laen napa
2022-12-27
1
Donat Mblondo
good
2021-08-12
0
Amalina Nurhayati
mau dong mark feeliy tapi sayang ya Thor aslinya dia itu...........?
2021-03-29
1