Bab 5: Permusuhan

“Wow…keren…tetapi mengapa kamu baru sekarang bertindak, padahal kamu sejak kelas 10 selalu di bully semua siswa nakal itu…karena…jangan marah yaa…kamu itu culun dan ndut. tetapi hari ini beda bangettt!” Pulung langsung nyerocos.

“Hmm…begitu ya…ya sudah tak apa, tetapi mulai hari ini, tiada ampun lagi buat mereka (tukang bully dirinya)..!” sahut Nidu kalem, tak dia duga tubuh yang dirasukinya ini benar-benar apes, sejak dahulu jadi korban bullyan.

“Nidu…boleh duduk di sini?” si cantik kalem yang tadi suka curi-curi ke wajahnya kini duduk di depan Nidu, diapun menatap dada kanannya, ada tulisan nama Riona Lestari.

“Boleh…!”

Kini mereka pun ngobrol akrab bertiga, Riona sama seperti Pulung, bertanya mengapa Reza Ndut ini berubah jadi ‘jagoan’ setelah kecelakaan itu.

“Sama kayak kamu Riona, aku juga bingung nih, hebaattt sangat si Reza sekarang!” sela Pulung masih terus memuji ‘Reza Gendut’ ini.

“Tidak usah heran, aku kan berlatih keras di sasana beladiri, agar tidak selalu jadi bullyan, mulai hari ini, aku juga mau diet, biar tak gendut lagi!” sahut Nidu cuek.

Nidu tak asal bicara, dia hanya makan separu nasi di piringnya. Pulung dan Riona sampai terheran-heran melihat ini, selama ini Reza selalu nambah kalau makan.

Nidu malah dengan cueknya mengambil buah milik Riona di piring gadis cantik ini. Riona sampai tertawa dan bilang kalau masih pingin akan dia belikan.

Pulang sekolah Riona menawarkan Nidu pulang bersama dirinya, saat itulah di seberang jalan pintu gerbang sekolah ini, Nidu melihat Dipo juga menjemputnya.

Nidu memberi kode agar Dipo berlalu, karena Nidu tak ingin mencolok.

Dipo paham, dia pun buru-buru pergi dengan mobil mewahnya dan membiarkan Nidu kini bersam Riona dan ikut mobil gadis cantik ini.

Saat itulah Nidu melihat Bu Ari jalan sendirian, agaknya akan menunggu jemputan pulang dari ngajar di sekolah ini.

“Riona, ajak tuh bu Ari ikut mobil kamu sekalian!” Nidu yang mulai tertarik dengan guru cantik itu beri saran.

“Lohh ntar bentar lagi tunangannya yang akan jemput dia. Masa kita tawarin naik mobil ini, ntar tunangannya marah donk!” canda Riona Lestari tertawa kecil.

“Ohh begitu…ya udah yukss kita jalan,” ajak Nidu, Riona pun menjalankan mobil hatbacknya membelah jalan raya.

Riona ternyata membawa Nidu jalan-jalan ke mal, Nidu yang belum terbiasa ke tempat nongki anak remaja, terpaksa ikuti ke mana Riona membawanya.

“Apes gua, berlakon jadi anak remaja lagi,” keluh Nidu dan terpaksa ikut nongki di sebuah kafe di mal tersebut.

“Hai Rionaaa…!” tiba-tiba datang seorang tampan dan duduk begitu saja di dekat gadis cantik ini, Nidu sampai mendelik melihat gaya songon remaja ini.

“Deni, ngapain kamu ke sini?” Riona agaknya tak suka melihat pelajar dari sekolah lain, yang baru datang ini.

“Hemm…baru juga putus denganku 3 bulan lalu, udah bawa kekasih baru ajah, turun sangat nilai kamu, masa bawa kekasih gendut begini,” ceplos Deni sambil melirik Nidu yang asyk seruput kopi hitamnya.

“Bukan urusan kamu Deni, ngapain kamu ganggu aku, kan kamu sudah punya kekasih,” sentak Riona, jengkel ‘Reza’ di hina begitu.

“Onde mandeee…segitunya, dia barusan ku putus, aku ternyata di selingkuhinnya!” sahut Deni cuek, Riona hampir tersedak mendengar ucapan Deni, yang ternyata mantan kekasihnya tersebut.

“Katanya, dia jauh lebih baik dari aku, itu kan alasan kamu selingkuh dahulu dan putusin aku, malas sangat dengarin alasanmu lagi, sono pergi!” Riona.

“Kamu sudah dengar bukan ucapan Riona, sebaiknya kamu pergi!” Nidu yang tadi di sindir Deni ikut bersuara.

“Ooo…si gendut mau nunjukin diri jadi pahlawan rupanya, kamu belum pernah rasakan digebukin orang sekampung yaa!” bentak Deni, tak suka Nidu ikut bicara.

“Sudahlah Deni, sebaiknya kamu pergi, ingat kita bukan lagi kekasih, tetapi mantan, jadi tak perlu kamu ganggu aku lagi!” Riona buru-buru menengahi, dia tak ingin ada keributan di kafe ini.

Deni kalah, dia menatap beringas ke arah Nidu, yang di tatap cuek saja menyeruput kopi hitamnya.

“Kamu budek yaa, sono pergi,” usir Nidu cuek, mata Deni makin melotot, tangannya langsung tergenggam.

Saat akan ayun tangannya ke arah Nidu, Deni menahan diri, saat melihat Riona melotot ke arahnya.

“Awas kamu,” cetusnya, lalu bergegas pergi dari hadapan Riona dan Nidu.

“Amann…kalau perlu kita duel di ring!” sahut Nidu sengaja memanaskan kuping Deni. Hingga remaja ini makin marah bukan main, dan cepat-cepat berlalu dari sana.

“Aiih kamu Reza, bikin masalah saja, si Deni itu punya geng, teman-temannya banyak, dia bahkan sering serang sekolah kita,” kata Riona yang khawatir melihat kelakuan sahabatnya ini.

“Oh yaa…baiklah, kita lihat kelak, kalau berani serang sekolah kita, aku patahin kakinya sekalian,” sahut Nidu enteng, mata indah Riona langsung melotot.

**

Terus lanjut ya

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***