Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )

"Sepertinya kita sudah ketahuan, Cempluk..

Sebaiknya kita berpencar. Kau terus bakar seluruh bangunan Padepokan Pandan Alas ini sementara aku akan memancing para dedengkot perguruan ini untuk keluar.. ", ucap Panji Rawit sembari memberikan busur panah berapi nya pada Pramodawardhani.

" Hati-hati Kakang.. Ingat jangan terlalu memaksanya diri. Jika lawan mu lebih tangguh, cari cara untuk kabur secepatnya. Ingatlah, tidak ada kata terlambat untuk membalas dendam kematian orang tua angkat mu.. ", peringat Pramodawardhani segera. Panji Rawit mengangguk mengerti. Di bawah sinar bulan purnama, mata Pramodawardhani nampak jelas memancarkan kekhawatiran akan tetapi ia juga tidak bisa menghalangi keinginan Panji Rawit yang ingin menuntut keadilan bagi orang tua angkatnya.

Setelah komat-kamit merapal mantra Ajian Langkah Dewa Angin, Panji Rawit melesat cepat ke arah bangunan tengah Padepokan Pandan Alas dimana Mpu Sedah telah menunggu kedatangannya. Sedangkan Pramodawardhani langsung menyandang anak panah di punggung lalu dengan memegang obor dia bergerak meninggalkan tebing batu di belakang Padepokan Pandan Alas.

Mata Mpu Sedah menyipit kala melihat sosok bayangan hitam mendekat ke arah nya. Dari gerakan nya yang ringan seperti bulu burung bangau, jelas pemiliknya memiliki ilmu meringankan tubuh yang sangat tinggi.

Pada ujung bangunan utama itu, si bayangan hitam yang tak lain adalah Panji Rawit mendarat dengan santainya sementara Mpu Sedah dan Nini Ciptarasa terkejut melihat sosok yang masih muda itu.

"Jadi kau orang yang bernama Panji Rawit? ", tanya Mpu Sedah segera.

" Iya, aku adalah Panji Rawit, orang yang akan membuat Padepokan Pandan Alas rata dengan tanah tanpa ada puing-puing yang tersisa", mendengar jawaban itu, Nini Ciptarasa mendengus keras dan hendak bergerak maju ke arah Panji Rawit tapi Mpu Sedah segera menahannya.

"Besar sekali nyali mu, Bocah!!! Apa nyawa mu sudah lipat sembilan hingga berani menantang kami hah?! ", bentak Nini Ciptarasa dengan keras.

" Kalau iya, kenapa? Apa salah orang tua ku Mpu Ranudaksa dan seluruh anggota keluarga lainnya hingga kalian membantai mereka tanpa ampun hah?!

Hutang nyawa di bayar nyawa, hutang pati di bayar pati. Bersiaplah untuk meminta ampun pada keluarga ku di hadapan Dewa Yama..!! ", setelah menggembor buas demikian, Panji Rawit melesat ke arah Mpu Sedah dan Nini Ciptarasa.

Kegelapan malam membuat penglihatan menjadi terbatas, begitu juga dengan Mpu Sedah dan Nini Ciptarasa yang sudah berusia lanjut. Keduanya buru-buru mundur ke belakang saat Panji Rawit datang dengan serangan cepat dan beruntun.

Whhhuuuutttt whhhuuuutttt...

Plllaaaaakkkk Dhhhaaaaaaasssshhh!!!

Kecepatan Panji Rawit bergerak membuat Mpu Sedah sedikit gelagapan menahannya karena mereka bertarung di atas atap bangunan utama Padepokan Pandan Alas. Sedangkan Nini Ciptarasa lebih memilih meloncat meninggalkan atap bangunan dengan memanfaatkan cambuk nya.

Akan tetapi, tiba-tiba sebuah anak panah berapi melesat cepat ke arah Nini Ciptarasa. Perempuan tua itu langsung mengibaskan cakar tangannya untuk menangkis.

Chhhrrrrraaaaaakkkk ttrraaaaakkk..!!

Perempuan tua pemarah itu langsung melesat ke arah arah anak panah untuk mengejar orang yang melakukan nya. Pramodawardhani yang sudah meningkatkan kemampuan ilmu meringankan tubuh nya dengan lincah bergerak cepat kesana kemari sambil terus melesakkan anak panah nya ke arah bangunan bangunan di Padepokan Pandan Alas. Kejar kejaran antara mereka pun segera terjadi.

Plllaaaaakkkk plllaaaaakkkk..

Blllaaaarrrrr...!!!

Mpu Sedah dan Panji Rawit melayang turun dari atas atap bangunan utama Padepokan Pandan Alas dan mendarat di halaman. Tanpa menunggu lama, Mpu Sedah segera melompat ke arah Panji Rawit sambil melancarkan serangan terhadap sang pendekar muda dengan Ilmu Cakar Rajawali Melebur Gunung yang memang merupakan ilmu silat dari Padepokan Pandan Alas.

Shhhrraaaaaaaaakkkkkk...

Panji Rawit dengan lincah berkelit menghindari cakaran tangan kanan Mpu Sedah. Dia segera memutar tubuhnya lalu dengan cepat membuat tendangan melingkar cepat mengincar punggung lelaki sepuh yang menjadi lawannya.

Whhhhuuuuuuugggggh!

Merasakan gelombang angin dingin menderu ke arah punggung, Mpu Sedah segera merendahkan tubuhnya hingga tendangan memutar Panji Rawit menyambar angin kosong sejengkal diatas tubuhnya. Lelaki sepuh ini sepertinya memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai Ilmu Cakar Rajawali Melebur Gunung dibandingkan dengan mendiang Mpu Layang.

Tanpa membuang-buang waktu lagi, Mpu Sedah langsung merubah gerakan nya dan menjejak tanah dengan keras. Tubuhnya melenting tinggi ke udara. Lalu ia memutar posisi tubuhnya dengan kepala di bawah dan meluncur turun ke arah Panji dengan mengayunkan cakar tangannya sekaligus yang berselimut cahaya hijau kemerahan. Gerakan ini mirip dengan gerakan rajawali hendak menyambar mangsanya karena ini adalah ilmu puncak Cakar Rajawali Melebur Gunung yang dinamakan Rajawali Merenggut Nyawa.

Panji Rawit yang memang menunggu hal ini, langsung memejamkan matanya sebentar. Tubuhnya langsung diselimuti oleh cahaya kuning keemasan. Jelas bahwa ia ingin menjajal kemampuan Ajian Tameng Waja yang ia dapatkan dari Maharesi Girinata.

"Modyaaaaarrr kowe Bocah Keparat..!! "

Chhhiiiiiyyyyyaaaaaaaatttttt...

Thhhrrrraaaaaaaaannggggg!!!!

Blllllllaaaaaaaaammmmm...!!!!!

Terdengar suara seperti membentur logam keras saat cakar tangan Mpu Sedah menyentuh kulit Panji Rawit. Lalu diikuti dengan ledakan dahsyat yang membuat tubuh Mpu Sedah terpental jauh ke belakang.

Mata Mpu Sedah terbelalak melihat Ilmu Cakar Rajawali Melebur Gunung tahap puncaknya sama sekali tidak mampu membunuh pendekar muda ini, menggores kulitnya pun tidak. Selama ini setiap musuh yang ia hadapi pasti akan kehilangan nyawa jika terkena serangan pamungkas nya.

Masih tak percaya dengan apa yang telah terjadi, Mpu Sedah kembali melompat ke arah Panji Rawit sambil mengayunkan cakarnya bertubi-tubi ke arah sang pendekar muda.

Shhhrraaaaaaaaakkkkkk shhhrraaaaaaaaakkkkkk..

Thhhrrrraaaaaaaaannggggg blllllllaaaaaaaaammmmm!!!!

Panji Rawit menyeringai lebar melihat ulah Mpu Sedah yang seperti kesetanan mencakar-cakar tubuhnya tapi tak juga mampu menggores kulitnya sedikitpun. Dengan cepat, Panji Rawit memutar telapak tangan nya dan menghantam dada lelaki sepuh ini.

Bhhhuuuuuuuuggggghhh

Oooouuuuuuuuugggggh..!!!

Tubuh tua Mpu Sedah terpental ke belakang hampir 5 tombak jauhnya dan menghantam tanah halaman Padepokan Pandan Alas dengan keras. Dia langsung muntah darah segar.

Melihat sesepuh Padepokan Pandan Alas ini terjungkal, Ki Gandra dan tiga Rajawali Penjaga Penjuru lainnya yang sedari tadi hanya menonton pertarungan antara Panji Rawit dan Mpu Sedah segera melompat ke arah Panji Rawit sembari melayangkan serangan dari empat arah yang berbeda.

Shhhrraaaaaaaaakkkkkk shhhrraaaaaaaaakkkkkk shhhrraaaaaaaaakkkkkk shhhrraaaaaaaaakkkkkk!

Panji Rawit melihat serangan keempat petinggi Padepokan Pandan Alas ini tak bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri, seolah menunggu kedatangan serangan mereka sambil merapal mantra Ajian Guntur Saketi. Cahaya putih kebiruan seperti warna petir muncul dari tengah dada Panji Rawit yang menjalar cepat ke arah kedua tangannya.

Saat Keempat Rajawali Penjaga Penjuru mengayunkan cakar tangannya ke arah Panji Rawit, sang pendekar muda langsung menghentakkan kaki nya ke tanah sekeras mungkin.

Thhhrrrraaaaaaaaannggggg!!

Keempat pilar Padepokan Pandan Alas itu terbelalak melihat cakar tangannya yang berselimut cahaya hijau kemerahan tak mampu merobek kulit Panji Rawit. Belum sempat hilang keterkejutan mereka, Panji Rawit dengan cepat menghantamkan kedua telapak tangan nya ke arah mereka bergantian.

Blllaaaarrrrr blllaaaarrrrr blllaaaarrrrr..

Blllllllaaaaaaaaammmmm...!!!

Aaaaarrrrrrrggggghhhhhh...!!

Suara raungan penuh kesakitan terdengar kala hantaman keras telapak tangan Panji Rawit yang berselimut Ajian Guntur Saketi telak menghajar dada mereka berempat. Tubuh mereka berempat terpental jauh ke empat arah yang berbeda dan menghujam tanah dengan keras. Namun keempatnya mengalami nasib yang serupa.

Bekas hantaman Panji Rawit menyisakan bekas hitam bergambar telapak tangan di masing-masing dada Empat Rajawali Penjaga Penjuru. Keempat nya langsung muntah darah segar bercampur kehitaman yang menjadi pertanda bahwa mereka menderita luka dalam yang parah.

"K-k-kau bajingaaaannnnn...!! ", hanya itu yang terucap dari mulut Ki Gandra sesaat sebelum roboh ke tanah. Bersama ketiga orang kawan nya, Ki Gandra tewas mengenaskan.

Setelah melihat Ki Gandra dan ketiga Rajawali Penjaga Penjuru tewas, para murid Padepokan Pandan Alas berusaha keras melindungi Mpu Sedah yang masih duduk di tanah sembari memegangi dada nya yang sesak. Mereka mengepung Panji Rawit dari segala penjuru.

Segera mereka menerjang maju ke arah Panji Rawit yang kini bagaikan monster haus darah bagi mereka. Akan tetapi, perlawanan mereka sia-sia belaka. Satu persatu murid Padepokan Pandan Alas terbunuh di tangan Panji Rawit. Padepokan Pandan Alas benar-benar banjir darah malam hari itu.

Dengan wajah berlumuran darah dari murid Padepokan Pandan Alas yang ia bunuh, Panji Rawit melangkah mendekati Mpu Sedah yang masih terduduk di tanah. Rona ketakutan akan kehilangan nyawa jelas terpancar di wajah tua Mpu Sedah. Cahaya temaram bulan purnama tak mampu menutupi ketakutannya.

Setelah jarak mereka tinggal 5 langkah lagi, Panji Rawit menatap tajam ke arah Mpu Sedah sembari bertanya,

"Apa kau masih ingin meneruskan ini semua?"

Terpopuler

Comments

Zahra Latifatul

Zahra Latifatul

langsung habisi,jgn biarkan hidup

2025-02-01

1

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Hancur lebur pedepokan Pandan Alas...

2025-01-15

0

arumazam

arumazam

bantai

2024-11-27

1

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!