Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )

Menyamar??!!

Pramodawardhani masih terdiam memikirkan caranya menyamar seperti apa yang dikatakan oleh Panji Rawit saat ia melihat sang pendekar muda tiba-tiba menangkupkan kedua tangan di depan dada sambil menundukkan wajah. Dengan cepat cahaya gelap menutupi seluruh tubuh Panji Rawit dan di kejap waktu berikutnya, sesosok lelaki bertubuh bogel dengan wajah penuh bopeng bekas jerawat muncul di tempat Panji Rawit berada. Punggungnya sedikit bungkuk beberapa bisul nampak menghiasi bahu.

Betapa terkejutnya Pramodawardhani melihat hal ini. Dia bahkan sampai mundur beberapa langkah ke belakang.

"Si-siapa kau? Mengapa kau ada disitu? ", tanya Pramodawardhani segera.

" Apakah kau sudah tidak mengenali ku lagi, Cempluk? Ini aku Panji Rawit.. ", kata Cempluk yang baru disebut oleh pemuda bogel itu seketika menyadarkan Pramodawardhani.

" Kau Kakang Panji Rawit? ", Pramodawardhani yang masih setengah tidak percaya kembali bertanya.

" Tentu saja. Memangnya kau pikir siapa yang ada di dekat mu sedari pertapaan Guru Maharesi Girinata tadi? ", jawab pemuda bogel itu tetap dengan gayanya yang cuek bebek.

" Loh loh loh, kog bisa berubah begini Kakang? Wah ini adalah penyamaran paling sempurna yang pernah aku lihat. Ajari aku ilmu ini Kakang.. ", ucap Pramodawardhani dengan bersemangat.

" Eits eits eits.. Ini adalah Ajian Malih Rupa, bukan ilmu yang sulit. Akan tetapi butuh waktu yang cukup lama untuk mempelajari nya. Sekarang tidak sempat lagi untuk mengajari mu.

Sekarang yang penting adalah menyamarkan diri", mata Panji Rawit menatap ke arah Pramodawardhani sebentar. Lalu ia dengan cepat merobek jarit nya sedikit, melepaskan ikatan rambutnya hingga menjadi awut-awutan, lalu mengoleskan tanah pada lengan perempuan berkulit kuning langsat ini. Penampilannya kini tak ubahnya seperti seorang gelandangan di pasar.

Lalu Panji Rawit membungkus pedang Pramodawardhani dengan kain hingga menyerupai tongkat kayu lalu mengikat buntalan kain hitam wadah bekal perjalanan mereka ke salah satu ujungnya hingga betul-betul membuat penampilan mereka mirip dengan pengembara miskin. Panji Rawit dan Pramodawardhani tersenyum puas dengan perubahan penampilan mereka.

Kedua nya saling menganggukkan kepala sebelum keluar dari tempat persembunyiannya untuk melintas di dekat pertarungan antara Ki Mandrakumara, Pramesthi dan Danarmaya. Kemunculan mereka berdua membuat pertarungan itu terhenti.

"Lanjutkan l-lanjutkan saja, k-kami hanya lewat.. ", ucap Panji Rawit dengan nada penuh ketakutan.

" I-iya kita numpang lewat ya, permisii.. ", sambung Pramodawardhani dengan nada lirih.

Seluruh mata tertuju pada mereka berdua. Meskipun mau bergerak, tapi bagaimanapun juga mereka adalah pendekar-pendekar dunia persilatan golongan putih yang tidak boleh membunuh orang tanpa alasan. Membunuh gembel gembel seperti mereka berdua hanya akan membuat martabat mereka menjadi lebih rendah.

Pramesthi menaruh curiga pada pemuda bogel dengan muka bopeng itu karena tatapan matanya teduh dan bening seperti mata Panji Rawit yang ia temui kemarin dulu. Akan tetapi tubuhnya yang bungkuk dengan beberapa bekas jerawat dan bisul di tubuhnya membuat nya urung menghentikan pergerakan dua gembel itu yang terus bergerak menjauhi tempat pertarungan.

Saat telah berada di pinggiran jalan yang cukup jauh dari arena pertarungan antara Ki Mandrakumara dan kedua muridnya melawan murid-murid Padepokan Padas Putih, Pramodawardhani dan Panji Rawit langsung melesat cepat bagaikan terbang meninggalkan tempat itu. Pramesthi yang sempat melihat keris pusaka yang terselip di pinggang pemgemis gembel itu, baru sadar kalau itu adalah keris yang sama dengan yang ada di pinggang Panji Rawit sebelumnya. Saat ia menoleh ke arah dua gembel itu, ternyata keduanya telah menghilang.

"Guru guru, dua gelandangan itu sudah pergi.. ", ucapan Pramesthi membuat Ki Mandrakumara dan Danarmaya seketika menoleh ke arah perginya dua gelandangan yang baru melintas akan tetapi mereka sudah tidak ada lagi di tempat itu.

"Kurang ajar!!! Kita sudah ditipu mentah-mentah oleh dua gembel itu!

Heh kalian orang-orang Padepokan Pandan Alas, aku curiga bahwa dua orang itu adalah orang yang akan membuat kekacauan di perguruan silat kalian. Kejar mereka, aku yakin mereka masih belum terlalu jauh.. ", teriak Danarmaya yang membuat Karta, pimpinan para murid itu mendengus keras.

" Kalau kalian sampai menipu kami, humphh..

Aku akan membuat perhitungan dengan kalian!!

Kawan-kawan, kita kejar gembel-gembel keparat itu!! ", begitu aba-aba dari Karta terdengar, kesepuluh kawannya mengangguk cepat dan mereka segera mengejar ke arah pergi nya Panji Rawit dan Pramodawardhani. Sebentar kemudian mereka sudah menghilang dari tempat itu.

Begitu Karta dan kawan-kawan nya pergi, Pramesthi menarik nafas lega dan menyarungkan kembali pedang nya sambil melangkah mendekati Ki Mandrakumara.

"Guru, apa kita tidak sebaiknya ikut mengejar dua gelandangan itu? Kalau orang itu bukan Panji Rawit sih kita tidak rugi tapi kalau dia Panji Rawit bukankah kesempatan kita untuk mendapatkan hadiah besar akan hilang begitu saja?"

Mendengar pertanyaan Pramesthi, Ki Mandrakumara menghela nafas panjang.

"Sebaiknya kita tidak usah memikirkan lagi untuk mendapatkan hadiah dari Adipati Aji Wiraprabhu lagi, Pramesthi..

Aku tidak mau jika urusan itu akhirnya malah menjadi masalah besar bagi kita di kemudian hari. Ayo sudah waktunya aku mengantar mu ke Kotaraja Tamwlang untuk bertemu dengan orang tua mu.. ", setelah berkata demikian, Ki Mandrakumara segera melangkah ke arah kuda tunggangan nya. Danarmaya menepuk-nepuk pundak Pramesthi sebelum mengikuti langkah kaki sang guru. Setelah itu, mereka bergegas memacu kuda kuda mereka ke arah tenggara dimana Kotaraja Tamwlang berada.

Karta dan kawan-kawan terus berlari cepat ke arah utara. Mereka berharap untuk dapat secepatnya bertemu dengan Panji Rawit dan Pramodawardhani yang sedang dalam penyamaran itu.

Sesampainya di tepi Sungai Wulayu, Karta dan kawan-kawan celingukan kesana kemari mencari sosok yang menjadi buronan mereka. Akan tetapi mereka tak juga berhasil menemukan nya.

"Apa yang sebaiknya kita lakukan Kakang? Apa kita sebaiknya segera pulang ke Padepokan Pandan Alas untuk melaporkan hal ini pada Ki Gandra?", tanya salah seorang pengikut Karta.

" Ya kalau gembel itu benar-benar orang yang kita cari? Kalau tidak, bukankah itu akan membuat marah Ki Gandra hah?!

Kita teruskan pencarian mereka lebih dulu, baru jika dalam satu dua hari ke depan tidak ketemu kita laporkan ini pada pimpinan Padepokan Pandan Alas. Ayo pergi.. ", perintah Karta yang membuat kesepuluh kawannya segera mengikuti langkah pimpinan mereka. Setelah Karta pergi, sepasang kepala menyembul dari balik bekas perahu terbengkalai di bantaran Sungai Wulayu.

" Sepertinya kita harus secepatnya menyatroni Padepokan Pandan Alas. Jika tidak segera, maka hidup kita akan selalu dalam bayang-bayang pengawasan mereka selamanya ", ucap Panji Rawit sembari memukul tepian geladak kapal rusak itu.

" Jumlah murid Padepokan Pandan Alas cukup banyak. Untuk bisa mengalahkan mereka, kita harus menggunakan taktik jitu. Jika tidak, kita berdua akan kelelahan akibat terlalu banyak menghadapi para cecunguk seperti mereka ", sahut Pramodawardhani segera. Panji Rawit cepat menganggukkan kepalanya.

Senja begitu indah menghiasi langit di barat Padepokan Pandan Alas. Warna jingga kemerahan nya perlahan-lahan menjadi gelap seiring berjalannya waktu. Para kelelawar mulai keluar dari sarangnya.

Suasana malam di Padepokan Pandan Alas berubah setelah beberapa titik api muncul dan membakar beberapa bangunan beratap daun alang-alang kering yang mudah terbakar. Angin semilir dari arah selatan semakin mempercepat api melahap setiap bagian bangunan. Tentu hal itu langsung membuat seluruh penghuni Padepokan Pandan Alas kelabakan berusaha keras untuk memadamkan api.

"Kebakaran..!! Kebakaran...!! Cepat padamkan apinya!! ", teriakan lantang terdengar bercampur suara titir kentongan bertalu-talu membuat suasana di Padepokan Pandan Alas benar-benar kacau balau.

Di sisi tebing batu yang tinggi, Panji Rawit dan Pramodawardhani yang telah berganti penampilan seperti semula menatap keributan yang mereka ciptakan.

"Tembak lagi, Kakang!! Itu ke arah bangunan paling besar yang ada di tengah. Sepertinya itu adalah bangunan utama Padepokan Pandan Alas", ucap Pramodawardhani sembari menunjuk ke arah sebuah bangunan besar yang merupakan tempat tinggal dari pimpinan perguruan silat ini. Panji Rawit mengangguk cepat dan segera menyulut ujung mata anak panahnya ke obor lalu membidik ke arah yang ditunjuk oleh Pramodawardhani.

Shhrrrriiiiiinnnggggg..!!

Shhrrrriiiiiinnnggggg..!!

Shhrrrriiiiiinnnggggg..!!

Tiga anak panah berapi melesat cepat ke arah bangunan besar. Tapi belum sempat menyentuh dedaunan kering yang menjadi atap, sebuah gelombang tenaga dalam menghantam ke arah nya.

Blllaaaarrrrr ttrraaaaakkk!!!

Anak panah itu langsung hancur seketika. Bersamaan dengan itu, dua sosok bayangan muncul di atap bangunan utama Padepokan Pandan Alas. Mereka adalah Mpu Sedah dan Nini Ciptarasa atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sepasang Burung Tua dari Padepokan Pandan Alas.

Mpu Sedah mengedarkan pandangan nya ke sekeliling tempat itu sembari berteriak lantang. Suaranya keras memekakkan gendang telinga karena mengandung tenaga dalam tingkat tinggi.

"Keluarlah, jangan jadi pengecut yang bersembunyi di balik kegelapan malam.

Ayo kita bertarung secara jantan!! "

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Pendekar tua sepasang burung ituuu sudah ada di Padepokan Pandan Alas rupanya.. hmm

2025-01-15

0

arumazam

arumazam

waowee

2024-11-27

1

Elmo noor

Elmo noor

padepokan Pandan Alas apa Padas Putih thor 🙏

2024-11-18

0

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!