Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang

Ki Gandra langsung bergegas menemui Sepasang Burung Tua di tempat tinggalnya. Dua sesepuh Padepokan Pandan Alas ini memang tinggal di tempat yang berjarak cukup jauh dari Padepokan Pandan Alas, karena memerlukan waktu sepenanak nasi. Selain tempatnya yang terpencil di kaki Pegunungan Kapur Utara, jalan menuju kesana hanya bisa dengan berjalan kaki saking sempitnya jalan yang mesti di lewati. Ditemani oleh dua murid nya, Ki Gandra dengan penuh semangat bergegas menuju tempat itu.

Seorang lelaki sepuh dengan wajah penuh kerutan dan jambang yang memutih karena telah tertutup uban seluruhnya nampak asyik memberi makan burung perkutut peliharaannya di dalam kandang. Meskipun sudah berusia hampir dasawarsa, tetapi mata kakek tua ini masih jernih dan pendengaran nya masih sangat jelas.Namun sayangnya, ada sebuah luka yang membekas panjang di wajah lelaki itu dari dahi hingga ke pipinya, membuat alis kirinya hilang sebagian dan mata kiri nya ditutup dengan penutup mata yang terbuat dari kulit lembu. Dari ekor mata kanannya, kakek tua ini melihat kedatangan Ki Gandra dan kedua muridnya memasuki gapura tempat tinggalnya alan tetapi kakek tua ini nampak acuh tak acuh seolah-olah dia tidak melihat sama sekali.

Nama kakek tua ini adalah Mpu Sedah atau dunia persilatan Tanah Jawadwipa mengenalnya sebagai Si Rajawali Bermata Satu. Julukan ini jelas-jelas bukan sembarangan karena ia adalah pendekar sepuh yang memiliki kemampuan tinggi diatas Mpu Layang. Bersama dengan Nini Ciptarasa atau mada muda nya di kenal dengan nama Nyai Parwati, Mpu Sedah mendapat julukan sebagai Sepanjang Burung Tua dari Padepokan Pandan Alas.

"Sembah hormat kami Sesepuh.. ", ucap Ki Gandra sambil menghormat pada Mpu Sedah bersama dengan para muridnya begitu mereka sampai di dekat Mpu Sedah.

Hemmmmmmmmmmm...

"Mau apa kau kemari, Gandra? Tidak biasanya kau jika tidak ada sesuatu yang penting", tanya Mpu Sedah segera.

" Ada berita penting yang perlu sesepuh ketahui segera. Pimpinan Padepokan Pandan Alas, Kakang Mpu Layang dan putranya Sasongko telah dibunuh", jawaban Ki Gandra langsung membuat Mpu Sedah terkejut bukan main.

"Si Keponakan Durhaka itu di bunuh? Siapa pelakunya? Bagaimana ceritanya? ", beruntun pertanyaan Mpu Sedah saking penasarannya. Ki Gandra menghormat pada lelaki tua itu sebelum mulai menceritakan apa yang dilaporkan oleh murid Padepokan Pandan Alas yang kembali dari Perguruan Pedang Perak. Termasuk saat Panji Rawit dan Pramodawardhani yang dibawa lari orang dari pertarungan melawan Empat Berewok dari Lembah Trenggiling yang dilaporkan oleh mata-mata perguruan di warung makan.

Rona muka Mpu Sedah berubah-ubah sesuai dengan cerita Ki Gandra. Lelaki tua itu benar-benar ingin tahu apa yang sebenarnya telah terjadi. Terakhir kali, ia terdiam mendengar berita tentang ada orang yang membawa pembunuh Mpu Layang dan Sasongko menghilang dari hadapan orang banyak.

"Jadi ada orang berilmu tinggi yang membawa kabur Panji Rawit saat bertarung dengan Empat Berewok dari Lembah Trenggiling? ", tanya Mpu Sedah yang di sambut anggukan kepala oleh Ki Gandra.

" Setahuku, tak banyak pendekar yang bisa melakukan hal ini. Hanya tokoh-tokoh besar seperti Dewa Pendeta Bersayap Angin ataupun Si Pendekar Bukit Belalang saja yang mampu berlari cepat ataupun terbang di angkasa.

Jika benar mereka yang berada di belakang pendekar muda itu maka akan sangat sulit sekali untuk menuntut balas atas kematian Layang dan anaknya", lanjut Mpu Sedah sembari menghela nafas berat.

"Tapi yang kami takutkan adalah pendekar muda itu menyatroni Padepokan Pandan Alas, Sesepuh..

Sebab ia bertekad untuk membalas dendam pada siapapun yang terlibat dalam pembantaian keluarga Mpu Ranudaksa dari Wanua Jonggring. Jujur saja, jika kemampuan Kakang Mpu Layang yang diatas kemampuan ku saja masih bisa dia bunuh, lantas apa kami hanya bisa berpasrah diri saat dia datang membantai kami? ", ungkap Ki Gandra melepaskan unek-unek dalam hatinya.

" Ini semua karena kesombongan Si Layang yang ingin pamer kemampuan pada orang itu. Aku malah khawatir sebenarnya Padepokan Pandan Alas diperalat oleh kepentingan orang itu yang ingin memberontak terhadap kekuasaan Gusti Prabu Mpu Sindok di Kotaraja Tamwlang.

Haehhhh kalau aku tidak terikat pada sumpah janji ku pada leluhur Padepokan Pandan Alas, aku tidak sudi terlibat dalam hal ini. Gandra, pulanglah dulu ke perguruan. Aku akan berkemas lebih dulu bersama dengan Nini Ciptarasa untuk selanjutnya akan tinggal di Padepokan Pandan Alas", mendengar penuturan Mpu Sedah, Ki Gandra menghela nafas lega seolah-olah beban di hatinya telah menguap entah kemana. Segera ia menghormat pada Mpu Sedah sesaat sebelum pergi meninggalkan tempat itu untuk kembali ke Padepokan Pandan Alas.

Mpu Sedah menghela nafas panjang setelah mereka menghilang di tikungan bukit.

"Aku harap keputusan ku untuk kembali ke Padepokan Pandan Alas adalah keputusan yang benar.. "

*****

Hiyyyaaaaaaaaaaaaaattttt....

Bllaaaaaamm bllaaaaaamm bllaaaaaamm!!!

Tiga ledakan dahsyat beruntun terdengar menggoncang seisi hutan di utara Gunung Lawu. Burung-burung beterbangan ketakutan menjauhi tempat itu. Begitu juga dengan beberapa hewan liar yang ada di sekitar tempat ledakan seperti monyet, lutung, rusa dan lainnya, masing-masing kabur ke segala arah saking takutnya.

Panji Rawit menghela nafas panjang lalu menyeka keringat yang bercucuran dari dahinya. Pramodawardhani dengan cepat membawa sapu tangan dan menyeka keringat yang membasahi wajah tampan Panji Rawit. Di sisi lainnya, Maharesi Girinata tersenyum puas melihat kemajuan yang dicapai oleh muridnya itu.

Hampir tiga purnama terakhir ini, Panji Rawit berlatih keras di bawah didikan Maharesi Girinata atau si Dewa Pendeta Bersayap Angin itu. Ia sudah berhasil meleburkan Mustika Naga Api dan menyerap nya hingga memiliki tenaga dalam api yang sangat tinggi.

Selain itu, Panji Rawit ditingkatkan kemampuan beladiri nya semisal dengan menyempurnakan Ajian Langkah Dewa Angin hingga ia mampu bergerak seperti terbang di udara. Selain itu, Maharesi Girinata juga menurunkan beberapa ajian pamungkas seperti Ajian Tameng Waja yang bisa melindungi tubuhnya dari segala jenis ilmu kanuragan dan senjata tajam.

Untuk melengkapi kesaktian Panji Rawit, Maharesi Girinata juga menurunkan Ajian Guntur Saketi yang membuatnya mampu menciptakan petir yang bisa digunakan untuk membinasakan musuh nya hingga musuh yang terkena Ajian Guntur Saketi akan binasa dengan tubuh hangus seperti baru disambar petir.

Di samping mendapatkan pengajaran ajian kanuragan pada siang hari, Maharesi Girinata juga mengajari Panji Rawit ilmu kebatinan tingkat tinggi yang bernama Ajian Soca Jawata pada malam hari. Ajian ini mampu membuat pengguna nya melihat wujud asli makhluk halus, siluman ataupun genderuwo dan sejenisnya sekaligus bisa melihat sejelas siang hari saat malam tiba. Awalnya, Panji Rawit merasa kesulitan untuk mengamalkan ilmu ini, akan tetapi dengan kerja kerasnya selama hampir tiga purnama ini, pemuda tampan itu akhirnya berhasil juga.

Hari ini, Panji Rawit memang di latih Maharesi Girinata untuk menjajal Ajian Guntur Saketi di hutan tak jauh dari tempat pertapaan resi tua itu. Dan hasilnya sungguh sangat memuaskan.

"Kau benar benar hebat Rawit uhuukkk uhhuukkk..

Hanya dalam waktu tiga purnama kau berhasil menguasai semua ilmu ku. Aku benar-benar tidak salah menilai mu.. ", Maharesi Girinata batuk-batuk kecil lagi setelah berbicara. Memang terlihat dalam satu purnama ini lelaki tua ini terus-menerus batuk-batuk. Meskipun Panji Rawit memintanya untuk lebih banyak beristirahat, akan tetapi dia tidak mau mendengar malah semakin keras menurunkan ilmu nya pada sang pendekar muda.

"Ini semua karena didikan dari guru. Tanpa bimbingan dan bantuan guru, saya tidak mungkin bisa menguasai banyak ilmu kesaktian dalam waktu sesingkat ini", balas Panji Rawit dengan penuh hormat.

" Kau terlalu rendah hati, Rawit .. Aku suka dengan sikap mu ini. Tetaplah seperti itu jika nanti memasuki dunia persilatan uhuk uhukkk...

Pramodawardhani, sejauh mana Kitab Pedang Bulan Emas kau pelajari? ", Maharesi Girinata mengalihkan perhatiannya pada gadis cantik di samping Panji Rawit.

" Masih di tingkat 6, Guru. Saya kesulitan mengerti isi bagian ketujuh. Mungkin karena saya terlalu bodoh.. ", Pramodawardhani menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal.

" Itu sudah termasuk bagus. Jangan tergesa-gesa untuk naik tingkat ke tahap ketujuh. Pahami dulu bagian dasar hingga bagian keenam. Jika kau jeli melihat petunjuk-petunjuk di dalam setiap bagian, kau akan mudah menguasai bagian ketujuh Kitab Pedang Bulan Emas.

Panji Rawit, ulurkan tangan mu.. ", mendengar perintah dari Maharesi Girinata, Panji Rawit dengan patuh melakukannya. Maharesi Girinata segera merogoh balik bajunya dan memberikan untaian daun lontar pada Panji Rawit.

Sembari menghela nafas berat Maharesi Girinata langsung berkata,

"Ini adalah hal terakhir yang bisa aku berikan pada mu sebagai bekal untuk menjadi pendekar pilih tanding di dunia persilatan,

Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang.. "

Terpopuler

Comments

Okto Mulya D.

Okto Mulya D.

Wahhh luar biasa hanya 3 purnama Rawit bisa terbang dan bisa lihat makhluk halus setan siluman dll.. semoga ke depannya bisa juga lihat koruptor yaa..

2025-01-15

0

arumazam

arumazam

kerennn

2024-11-27

1

then_must_nanang

then_must_nanang

wow keren ceritanya.....

2024-11-23

0

lihat semua
Episodes
1 Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2 Berebut Ayam Panggang
3 Warung Makan
4 Sepasang Pendekar Muda
5 Sayembara
6 Kakak Seperguruan
7 Pertarungan Mencari Jodoh
8 Melawan Sasongko
9 Pembalasan Dendam
10 Saingan
11 Obat Mujarab
12 Hutang Budi
13 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14 Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15 Mustika Naga Api
16 Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17 Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19 Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20 Incaran Selanjutnya
21 Sepasang Gembel
22 Gelora Asmara Janda Kembang
23 Utusan Tumenggung Brajapati
24 Rahasia Cincin Permata Merah
25 Dewa Niskala
26 Desas-desus
27 Pendekar Tapak Petir
28 Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29 Racun Asmara Dahana
30 Paman Guru
31 Batu Langit Hitam
32 Sekar Kedaton Medang
33 Orang Dalam Mimpi
34 "Biyung, Aku Pulang... "
35 Gerombolan Hantu Merah
36 Gerombolan Hantu Merah 2
37 Akhir Hayat Mpu Wendit
38 Pertemuan Kedua
39 Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42 Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43 Tukang Ngarit Ganteng
44 Tiga Wanita
45 Sepuluh Setan Bayangan
46 Rebutan
47 Jati Diri Panji Rawit
48 Berguru Lagi
49 Berguru Lagi ( bagian 2 )
50 Apakah Kau Merindukanku?
51 Utusan Kerajaan Medang
52 Pedang Naga Api
53 Pakuwon Ketawang
54 Sang Penculik Anak-anak
55 Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57 Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58 Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59 Musuh Baru
60 Geger Kalingga ( bagian 1 )
61 Geger Kalingga ( bagian 2 )
62 Geger Kalingga ( bagian 3 )
63 Geger Kalingga ( bagian 4 )
64 Lokapala
65 Dampar Ablah
66 Harapan
67 Selir Ketiga
68 Pembawa Benih Para Raja Jawa
69 Pertapaan Lempewangi
70 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72 Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73 Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74 Derita Rakyat Jelata
75 Akibat Pertarungan
76 Kecurigaan Panji Rawit
77 Jawaban
78 Menuju Perang Besar
79 Desir Angin Selatan
80 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83 Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84 Situasi Istana Tamwlang
85 Situasi Istana Tamwlang 2
86 Akhir Hayat Adipati Lwaram
87 Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88 Malam Pertama
89 Bantaran Kali Kunta
90 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92 Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93 Orang Yang Ditunggu-tunggu
94 Perempuan Bermata Merah
95 Persaingan
96 Situasi Dalam Istana
97 Si Racun Sesat
98 Berita Yang Mengejutkan
99 Si Penyihir Putih
100 Selir Keempat
101 Fitnah Keji Ibu Tiri
102 Persekongkolan Jahat
103 Hukum Karma
104 Raja Tanpa Mahkota
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Tragedi Berdarah Wanua Jonggring
2
Berebut Ayam Panggang
3
Warung Makan
4
Sepasang Pendekar Muda
5
Sayembara
6
Kakak Seperguruan
7
Pertarungan Mencari Jodoh
8
Melawan Sasongko
9
Pembalasan Dendam
10
Saingan
11
Obat Mujarab
12
Hutang Budi
13
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling
14
Empat Berewok dari Lembah Trenggiling 2
15
Mustika Naga Api
16
Separuh Kitab Ajian Waringin Sungsang
17
Wasiat Terakhir Maharesi Girinata
18
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 1 )
19
Banjir Darah di Padepokan Pandan Alas ( bagian 2 )
20
Incaran Selanjutnya
21
Sepasang Gembel
22
Gelora Asmara Janda Kembang
23
Utusan Tumenggung Brajapati
24
Rahasia Cincin Permata Merah
25
Dewa Niskala
26
Desas-desus
27
Pendekar Tapak Petir
28
Pinggiran Kota Pakuwon Bojonegoro
29
Racun Asmara Dahana
30
Paman Guru
31
Batu Langit Hitam
32
Sekar Kedaton Medang
33
Orang Dalam Mimpi
34
"Biyung, Aku Pulang... "
35
Gerombolan Hantu Merah
36
Gerombolan Hantu Merah 2
37
Akhir Hayat Mpu Wendit
38
Pertemuan Kedua
39
Rencana Pemberontakan Sang Sepupu
40
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 1 )
41
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 2 )
42
Pralaya Kotaraja Tamwlang ( bagian 3 )
43
Tukang Ngarit Ganteng
44
Tiga Wanita
45
Sepuluh Setan Bayangan
46
Rebutan
47
Jati Diri Panji Rawit
48
Berguru Lagi
49
Berguru Lagi ( bagian 2 )
50
Apakah Kau Merindukanku?
51
Utusan Kerajaan Medang
52
Pedang Naga Api
53
Pakuwon Ketawang
54
Sang Penculik Anak-anak
55
Gemerincing Lonceng di Tengah Malam
56
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 1 )
57
Perebutan Kekuasaan di Dharmadhyapaksa Sangguran ( bagian 2 )
58
Situasi Kota Kadipaten Kalingga
59
Musuh Baru
60
Geger Kalingga ( bagian 1 )
61
Geger Kalingga ( bagian 2 )
62
Geger Kalingga ( bagian 3 )
63
Geger Kalingga ( bagian 4 )
64
Lokapala
65
Dampar Ablah
66
Harapan
67
Selir Ketiga
68
Pembawa Benih Para Raja Jawa
69
Pertapaan Lempewangi
70
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 1 )
71
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 2 )
72
Petaka Padepokan Alas Kaliwungu ( bagian 3 )
73
Rencana Penyerbuan Kerajaan Sriwijaya
74
Derita Rakyat Jelata
75
Akibat Pertarungan
76
Kecurigaan Panji Rawit
77
Jawaban
78
Menuju Perang Besar
79
Desir Angin Selatan
80
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 1 )
81
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 2 )
82
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 3 )
83
Pertempuran Anjuk Ladang ( bagian 4 )
84
Situasi Istana Tamwlang
85
Situasi Istana Tamwlang 2
86
Akhir Hayat Adipati Lwaram
87
Pernikahan Panji Rawit dan Dewi Widowati
88
Malam Pertama
89
Bantaran Kali Kunta
90
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 1 )
91
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 2 )
92
Pertarungan di Candi Palah ( bagian 3 )
93
Orang Yang Ditunggu-tunggu
94
Perempuan Bermata Merah
95
Persaingan
96
Situasi Dalam Istana
97
Si Racun Sesat
98
Berita Yang Mengejutkan
99
Si Penyihir Putih
100
Selir Keempat
101
Fitnah Keji Ibu Tiri
102
Persekongkolan Jahat
103
Hukum Karma
104
Raja Tanpa Mahkota

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!